

TS
rizadwi88
Pernikahan
Creepypasta part5
#story
#pernikahan
Seorang wanita paruh baya datang padaku dengan raut wajah sedih. Matanya berkaca-kaca. Sembab.
Dia hanya terdiam menatapku. Tatapan itu begitu menyiratkan luka yang amat dalam.
Aku terhenyak.
Dadaku sakit rasanya, melihatnya seperti itu.
Wanita itu … dia adalah ibuku ….
Siapa yang sampai hati membuat ibuku bersedih seperti itu. Hatiku rasanya bagai tercabik-cabik. Perih.
Belum sempat aku bertanya, dia membuka suaranya.
"Ibu ingin kau menikah, Prama …," ucapnya dengan suara parau. Sepertinya semalam suntuk ibu menangis terus.
Hatiku mencelos.
'Kenapa selalu bahas pernikahan terus sih, Bu?' batinku.
"Ibu sangat ingin punya cucu, Pram. Sepi rasanya rumah tanpa celoteh dan tangisan anak kecil. Ibu ingin seperti itu. Kenapa kau selalu menolak untuk segera menikah, Nak? Kau tak kasian denganku yang sudah semakin tua ini?" Ibu kembali tergugu.
Wajahnya menunduk.
Aku benar-benar tak kuasa melihat wanita tercintaku terluka seperti itu. Aku tak sanggup. Namun, apalah daya ….
"Kenapa kau sepertinya takut untuk menikah, Prama? Kenapa? Jawab ibu, Nak. Jawab!" Ibu mulai meninggi emosinya. Tangisnya pun semakin kencang.
Aku bingung.
Aku benar-benar tak tahu harus berbuat seperti apa.
Ingin sekali kupeluk dia. Menenangkan beliau. Meyakinkannya, semuanya akan baik-baik saja. Sekalipun aku tak pernah menikah seumur hidup. Sekalipun tak akan ada tangis riuh seorang cucu.
Aku ingin melakukan itu semua. Hanya saja, aku tak bisa ….
Aku hanya mampu menatap nanar ibu yang masih menangis. Memukul-mukul pelan tanah coklat yang lembab dengan taburan bunga di atasnya.
Mengusap lembut dan memeluk erat sebuah papan nisan, bertuliskan … Prama Hutama.
Ya, itu namaku ….
"Maafkan Prama … semoga sehat selalu ya, Bu …." Suaraku lirih … menghilang tertiup angin senja di pemakaman ….
#end
#story
#pernikahan
Seorang wanita paruh baya datang padaku dengan raut wajah sedih. Matanya berkaca-kaca. Sembab.
Dia hanya terdiam menatapku. Tatapan itu begitu menyiratkan luka yang amat dalam.
Aku terhenyak.
Dadaku sakit rasanya, melihatnya seperti itu.
Wanita itu … dia adalah ibuku ….
Siapa yang sampai hati membuat ibuku bersedih seperti itu. Hatiku rasanya bagai tercabik-cabik. Perih.
Belum sempat aku bertanya, dia membuka suaranya.
"Ibu ingin kau menikah, Prama …," ucapnya dengan suara parau. Sepertinya semalam suntuk ibu menangis terus.
Hatiku mencelos.
'Kenapa selalu bahas pernikahan terus sih, Bu?' batinku.
"Ibu sangat ingin punya cucu, Pram. Sepi rasanya rumah tanpa celoteh dan tangisan anak kecil. Ibu ingin seperti itu. Kenapa kau selalu menolak untuk segera menikah, Nak? Kau tak kasian denganku yang sudah semakin tua ini?" Ibu kembali tergugu.
Wajahnya menunduk.
Aku benar-benar tak kuasa melihat wanita tercintaku terluka seperti itu. Aku tak sanggup. Namun, apalah daya ….
"Kenapa kau sepertinya takut untuk menikah, Prama? Kenapa? Jawab ibu, Nak. Jawab!" Ibu mulai meninggi emosinya. Tangisnya pun semakin kencang.
Aku bingung.
Aku benar-benar tak tahu harus berbuat seperti apa.
Ingin sekali kupeluk dia. Menenangkan beliau. Meyakinkannya, semuanya akan baik-baik saja. Sekalipun aku tak pernah menikah seumur hidup. Sekalipun tak akan ada tangis riuh seorang cucu.
Aku ingin melakukan itu semua. Hanya saja, aku tak bisa ….
Aku hanya mampu menatap nanar ibu yang masih menangis. Memukul-mukul pelan tanah coklat yang lembab dengan taburan bunga di atasnya.
Mengusap lembut dan memeluk erat sebuah papan nisan, bertuliskan … Prama Hutama.
Ya, itu namaku ….
"Maafkan Prama … semoga sehat selalu ya, Bu …." Suaraku lirih … menghilang tertiup angin senja di pemakaman ….
#end
0
280
1


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan