Kaskus

Story

dwianggiepraseAvatar border
TS
dwianggieprase
Cerita Remake After Editing dari 1-Tamat (REINE and LEIVE STORY)
Chapter 1      (Hari Yang Datar)

      Lagi dan lagi, seberapapun kita menolaknya hari esok pasti akan selalu tiba juga tanpa mau berkompromi untuk menundanya barang sedetikpun. Dan pagi ini pun masih sama seperti pagi2 lainya tidak ada yang istimewa sama sekali. Aktifitas yang selalu sama sudah menungguku, bangun pagi berangkat sekolah, pulang dan bertemu dengan malam hari lagi untuk mengulangi lagi semuanya dari pagi lagi esoknya. Begitupun seterusnya minggu ini, miggu depan dan minggu yang lainnya benar-benar hidup yang terlalu normal bagiku.
    Pagi ini aku berangkat ke sekolah sama seperti pagi-pagi sebelumnya. Sebenarnya aku juga tidak terlalu antusias untuk berangkat sekolah. Aku hanya melakukan apa yang anak-anak lain seumuran denganku lakukan yaitu sekolah. Aku juga tahu kalau diluar sana juga banyak yang sependapat denganku, mereka ke sekolah hanya karena mengikuti arus kehidupan sepertiku. Tetapi tidak sedikit juga diantara mereka yang benar-benar  bersemangat untuk ke sekolah setiap harinya. Seperti mereka yang sungguh punya cita-cita yang tinggi untuk kehidupan yg lebih baik dimasa depan. Dan tidak sedikit juga siswa yang pergi ke sekolah hanya berniat untuk bertemu teman-temannya di sekolah atau mungkin hanya untuk pacaran saja. Bener-benar alasan yang bisa membuat mereka senang atau setidaknya semangat untuk berangkat ke sekolah. Tidak sepertiku yang hanya pergi ke sekolah tanpa alasan tapi ada sedikit hal yang membuatku senang ketika berada disekolah, yaitu “bel pulang sekolah”. Ketika mendengar bel pulang sekolah entah kenapa perasaanku sangat gembira, seolah aku mendengar adzan Magrib ketika bulan ramadhan.
    Jam menunjukan pukul 07.00 wib, aku sudah tepat berada di depan gerbang sekolah. Ya meskipun aku malas tapi aku bukanlah tipe siswa yang suka melanggar peraturan. Aku hanya tidak ingin terlibat urusan-urusan yang tidak penting seperti dihukum karena terlambat.
Aku : Selamat pagi pak !
Sambil tersenyum malas aku menyapa guru piket yang berjaga di depan gerbang sekolah untuk sekedar mengawasi siswa-siswa yang berpakaian tidak rapi.
“brugg” suaraku yang baru saja mendudukan tubuh ku diatas kursiku didalam ruang kelas.
“Huffttt....”
    Aku pun duduk dikursiku yang terletak hampir paling belakang di barisan pojok kelas. Sambil menunggu guru mapel masuk aku memainkan hp yang baru saja aku keluarkan dari sakuku. Ada beberapa pesan masuk dari beberapa perempuan yang saat ini sedang dekat denganku. Baru saja aku mau membaca pesan-pesan tersebut, tiba-tiba terdengar suara yang mengagetkanku dari belakang.
“Woy Leive lo dah ngerjain pr mtk yang kemarin hal 21?” seru Anton dengan suara yg mengagetkanku.
Owh shitt, aku bener2 lupa ada PR mtk hari itu dan sialnya jam pertama adalah pelajaran mtk tersebut. Ditambah lagi guru mapel tersebut adlah salah satu guru yang patut “diwaspadai” di sekolah ini. Aku hanya terdiam pasrah sambil membayangkan hukuman apa yang akan gw terima hari yh?
“Blom ton, gw lupa banget sumpah” jawabku sambil mengaruk kepala yg sebenarnya tidak gatal.
“bagus dah gw jadi ada tmenya.” Anto tersenyum senang.
Aku : -_-‘.
    Tepat setelah jam 07.10 wib sang “algojo” pun masuk kelas dengan membawa setumpuk buku beserta penggaris kayu yg besar. Itu memang Cuma penggaris kayu biasa, tetapi dimata kami itu adalah sebuah pedang Katana Panjang dan Tajam made in Japan yang siap memenggal kepala kami kapan saja.
      Dan tepat seperti dugaan kami sang “Algojo” pun langsung menayakan prihal PR minggu kemarin. Mungkin suatu keajaiban bagi kami jika sang algojo lupa menayakan pr yang telah diberikan kepada kami tapi sayangya keajaiban itu tidak pernah terjadi bahkan sampe aku lulus dari sekolah ini. Singkat cerita 9 dari 30 anak dikelas kami harus maju ke depan kelas karena tidak mengerjakan tugas yg diberikan. Kebetulan kelas kami terdiri dari 30 siswa dan kesemuanya adalah laki2 tanpa ada wanita barang secuilpun.
      Bak terpidana mati yang sedang harap-harap cemas menunggu waktu eksekusi dari sang algojo. Kami pun bertanya-tanya dalam hati kira-kira hukuman apa yah hari ini?
“Lo sih gak ngingetin gw kemarin ! ujar Toni kepada Nevil yg berdiri di sebalahnya.
Nevil pun menimpal perkata Toni “yaa lo sbuk pacaran mulu dari kemaren”
“DIAM !!!!” bentak sang algojo yang mendengar kami terus ribut sendiri dari tadi.
      “Panasnya cuaca hari ini Tuhan” gumamku dalam hati sambil hormat kepada sang bendera Merah Putih diikuti teman2ku disisi kanan dan kiriku. Ya hukuman kali ini adalah kami disuruh berdiri sambil hormat bendera di lapangan upacara. Lebih sadisnya lagi kami dijemur dengan tidak menggunakan baju atasan kami alias bertelanjang dada.
    Selama satu jam pelajaran kami berdiri dengan gagah dilapangan bendera itu. Beberapa siswa yang lalu lalang juga ikut memperhatikan kami sambil sedikit tertawa jahat kepada kami. Lebih parahnya lagi diantara mereka adalah siswa perempuan dari kelas lain.
“ah massa bodo dengan mereka” itulah yg terlintas dipikiranku saat itu.
Entah apa yang ada diipikiran teman-temanku yang lain.
      Begitu memasuki jam pelajaran ke 2 sang algojo pun datang menghampiri kami. 
“gimana udah panas belum?” tanya beliau sambil sdikit membentak kepada kami.
“Panas Pak!!!” jawab kami dengan kopak.
      Finally, beliau menyuruh kami untuk memakai pakaian kami kembali dan masuk ke kelas untuk mengikuti pelajarannya di jam yang ke 2. Kami pun akhirnya diperbolehkan mengikuti pelajaran mtk tersebut tetapi kami tidak dipersilakan duduk di bangku kami. Ya tepat sekali beliau menyuruh kami mengikuti pelajaran dengan duduk lesehan didepan kelas seperti gembel pasar rebo. Tidak sampe disitu kami pun tetap harus menyelesaikan PR yang kemarin dan harus dikumpulkan saat jam pulang sekolah nanti.
      Dihari itu 2 kali kesempatan istirahat yang diberikan pihak sekolah tidak bisa kita nikmati sebagaimana semestinya. Kami sibuk mengerjakan tugas mtk tersebut selama 2 x istirahat ditambah lagi beberapa menit setelah jam pulang sekolah. Akhirnya 30 menit setelah bel pulang kami selesai mengerjakannya. Aku dan Toni lah yg akhirnya terpilih secara tidak adil dan jujur untuk mengatarkan tugas tersebut ke meja guru sang algojo.
  “ Lo depan sonoh Lev!!” ucap Toni sambil berjalan dibelakangku.
  “ iya, iya tenang aja “. Jawabku singkat
        Kami berjalan melewati lorong sekolah kami yang lumayan banyak. Sekolah kami ini termasuk sekolah yg cukup besar di kota ini dengan fasilitas yang hampir komplit. Selama perjalanan dari kelas kami menuju kandang srigala tersebut, kami melihat masih banyak siswa berlalu lalang mungkin sebagian dari mereka adalah anak yang sedang mengikuti kegiatan extrakurikuler. Disekolah kami ini memiliki cukup banyak kegiatan extra seperti basket, pencak silat, sepakbola, volli, drama, musik,pmr dan masih banyak lagi.
“baiklah lev selamat berjuang yak, semangat!” Ucap Toni dengan seenaknya sambil menyuruhku masuk ke ruang guru sendirian.
“sialan lo!” jawabku singkat
      Aku pun masuk dengan perasaan was-was sedangkan Toni hanya menunggu di luar guru saja. “Sialan tuh anak” gumamku.
    Setelah di dalam ruangan tersebut aku secara samar-samar melihat ada seorang siswi perempuan dari kelas lain yg sedang ngobrol dengan Pak Mtk itu.
“eh nak Leive mau ngumpulin tugas yak ? Sini taruh dimeja bapak aja!” ucap beliau.
    What the.... seperti tidak percaya guru yg biasanya sangat killer di dalam kelas tiba-tiba ramah begitu saja dsini.
“iya pak ini.” Jawabku singkat.
Siswa perempuan yang tadi sedang asik mengobrol dengan Pak Budi pun menoleh ke arahku sambil sedikit tersenyum. Aku pun membalasnya dengan sedikit senyum pula.
“baik pak saya pulang dulu”. Ujarku
“oh ya monggo silahkan” jawab pak Budi sambil tersenyum.
Si siswa perempuan tersebut pun ikut tersenyum kepadaku. Aku dengan malas dan dibuat-buat akhirnya membalas senyum mereka berdua. Akupun berlalu ke luar ruangan dimana Toni sedang menungguku. “Sialan Lo!” kataku sambil menempiling kepala Toni yang hanya tertwa jahat kepadaku.
“ hahahah.... harusnya lo berterimakasih ke gw, berkat gw kan lo bisa ketemu sama si Reine tadi di dalamkan?”
“ ah itu sih gk sengja juga” jwabku.
“gimana cakep kan dia ?” tanya Toni
“ya cakeplah dia kan cewe” jawabku sekenanya.
“ dia itu anak yang cukup populer di angktan kita loh, selain cakep dia juga pintar dan juara umum sekolah gimana lo gk minat?” gw sh minat banget... kata Toni sambil bejalan menjauhi ruang guru.
“taulah gelap msih rada malas” jwbku singkat.
        Sore itu aku dan Toni pulang bersama seperti biasanya kami mampir dulu di kafe pinggir kota untuk sekedar nongkrong dan ngopi2 sebentar. “Sialan juga mereka meninggalkan kami berdua begitu saja” gumamku dalam hati. Tony merupakan salah satu temen baiku dia sering bersamaku bahkan setelah kami pulang sekolah. Kebetulan tony berasal dari keluarga yang ayah dan ibunya selalu sibuk bekerja jadi dia lebih banyak sendirian di rumahnya yang besar itu. Aku beserta teman2 yg lainpun sangat sering main bahkan sampai menginap dirumah Toni. Dia akan sangat senang kalo aku dan teman2 lainya main ke rumahnya apalagi smpe menginap, dia itu benar2 kesepian dirumah.
    Sore itupun sama, aku memutuskan untuk mampir ke rumah Tony sebelum pulang ke rumah. Kami memang berniat mengerjakan tugass ipa bersama dirumahnya. Lebih tepatnya hanya aku yang mengerjakanya dan Toni tinggal menyalin punyaku. Setelah turun dari bis kota kami berjalan beberapa puluh meter untuk sampe dirumah Tony. Sesampainya di rumah Toni aku langsung rebahan di kasur yg berada di kamar Toni. Singkat cerita kami mengerjakan semua tugas IPA tersebut hingga selesai atau lebih tepatnya hanya aku yg mengerjakan dan Toni cukup menyalinya.
      Gelap ya itulah yang aku lihat ketika sampai dirumahku, mungkin ayah juga belum pulang kerja. Aku masuk kedalam rumah dan menyalakan beberapa lampu di rumah. Kulihat jam tanganku menunjukan jam 07.00 malam ya aku baru saja sampe rumah setelah mengerjakan tugas di rumah Tony. Sebenarnya rumahku dan rumah Toni sama saja selalu sepi. Setiap harinya ayah bekerja hingga larut malam dan berangkat pagi2 sekali. Yang membedakan mungkin rumah Toni jauh lebih bagus dari rumahku serta terawat karena mereka mempunyai 2 orang pembantu dirumahnya. Tidak sepertiku yang hanya tinggal berdua dengan ayah tanpa pembantu, ya karena kami ini memang bukan orang kaya. Sepeninggal ibu smua pekerjaan rumah aku yg mengerjakan dan ayah cukup mencari nafkah saja. Aku tidak ingin ayah harus kerepotan ikut mengerjakan pekerjaan rumah. Beberapa kali ayah memang mengusulkan untuk punya pembantu tapi aku selalu menolaknya.
“Daripada untuk menggaji pembantu lebih baik uangnya untuk tambahan uang sakuku saja”
Usulku pada ayah. Dan beliaupun menyetujuinya.
    Sunyi dan sepi itulah atmosfer yang selalu menyelimuti rumah ini. Beberpa orang mungkin tidak menyukai suasana seperti ini tetapi tidak bagiku justru suasana seperti inilah yg membuatku betah tinggal dirumah ini. Karena pada dasarnya aku memang tidak menyukai keramaian. Sambil meminum kopi yang baru saja aku seduh tadi aku duduk di teras rumah sembari memainkan hpku dan membalas bebrapa pesan dari teman2ku.
      Tanpa terasa waktu telah menunjukan jam 11 malam aku pun masuk ke dalam rumah untuk tidur. “ah mungkin malam ini ayah lembur lagi” gumamku dalam hati. Setelah mengunci semua pintu rumah aku pun rebahan di kasur di kamarku. Saat aku mulai memejamkan mata tiba-tiba terbesit bayangan seseorang yang tersenyum manis kepadaku. Wat the... siapa itu ? aku mencoba mengingat-ngingat lagi senyum itu. Damn...ternyata itu adalah bayangan senyum dari Rinei yang tak sengaja aku temui tadi siang. “Sial... kenapa aku tiba2 teringat senyum Reine ?? Ah masa bodo” pikirku. Selang beberapa lama akupun akhirnya terlelap juga.


nomoreliesAvatar border
tien212700Avatar border
tien212700 dan nomorelies memberi reputasi
2
2K
24
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan