Welcome back to Pamali The Stories. Menemani Malam Jum'at kalian, Ane balik lagi dengan Thread seputar Pamali dan mitos-mitos khas Indonesia.
Gak kerasa malam ini kita akan berpisah dengan bulan Oktober. Itu artinya, kita semakin dekat dengan penghujung tahun 2020 ini, semoga di tahun depan keadaan dunia bisa kembali normal. Tanggal 31 Oktober sendiri bagi orang-orang di luar negeri sana biasa dikenal dengan "Malam Halloween". Sebuah malam dimana akan ada pesta kostum, trick or treat sampai menikmati malam dengan segala sesuatu yang bertemakan horor, baik itu film, cerita sampai game.
Bertepatan dengan Halloween kali ini, ada satu mitos yang menarik untuk Ane bahas. Apa itu? Ini dia...
Quote:
BUANG AIR SEMBARANGAN
Terkadang seseorang terpaksa harus buang air di sembarang tempat jika mereka sedang dalam perjalanan ataupun berada di suatu tempat yang sama sekali tidak ada toiletnya. Ada yang buangnya di dalam botol, dikubur dalam tanah sampai di bawah pohon. Buat kita nih, sebagai orang awam pasti ngerasa jijik ngeliatnya. Tapi bagi mereka yang melakukannya, pasti ada alasan tersendiri.
Ada banyak sekali mitos tentang buang air sembarangan ini. Dari yang katanya bisa bikin (maaf) kelaminnya bermasalah sampai mengundang penyakit. Bahkan beberapa orang ada yang mempercayai kalau penyakit yang timbul akibat buang air sembarangan itu disebabkan oleh "sesuatu" yang tak kasat mata, katanya sih karena "nggak permisi sama yang punya". Mitos ini sendiri bisa dibilang cukup mainstream di kalangan masyarakat kita.
Nah, untuk cerita seputar mitos ini sendiri, Ane terinspirasi dari cerita salah satu temen Ane yang pernah Ia alami waktu kecil dulu. Pas Ane denger ceritanya...lumayan menarik sih. Penasaran dengan ceritanya? Daripada berlama-lama lagi...langsung aja...
Spoiler for Episode 30:
Malam tahun baru...
Malam yang paling dinanti oleh keluargaku...
Di malam itu, Kami sekeluarga akan berkumpul dan merayakan malam pergantian tahun. Layaknya keluarga umumnya, Kami membakar Jagung, membuat Sate hingga berbagi kisah dan kenangan di masa lalu. Di sini...ceritaku bermula...
Beberapa tahun yang lalu, ketika Aku masih duduk di bangku SD, Aku dan Kakakku kebetulan sedang menghabiskan liburan akhir semester di rumah Paman. Kami biasa memanggil Paman Kami...Uwa. Cerita ini akan menjadi cerita yang takkan pernah Aku dan Kakakku lupakan, karena cerita inilah yang menjadi pelajaran paling berharga dalam hidup Kami.
Di satu malam, salah satu temannya Uwa datang berkunjung. Katanya Ia ingin mengajak Uwa memancing. Ngomong-ngomong, Uwa memiliki hobi memancing. Setiap kali ada waktu senggang, Uwa selalu pergi memancing dengan temannya. Malam itu, Aku dan Kakakku berniat untuk ikut bersama Uwa memancing. Uwa sempat melarang Kami untuk ikut karena jaraknya yang cukup jauh. Kami merengek minta ikut, beruntung Uwa mengizinkannya. Bibi Kami juga yang meminta Uwa untuk mengajak Kami. Lalu, Kami berempat pun pergi menuju tempat pemancingan.
Rumah Uwa kebetulan berada di dataran tinggi, sementara tempat pemancingannya berada tepat di dataran rendah. Kami harus berjalan menurun untuk sampai ke sana. Setelah menuruninya, ternyata jalan menuju ke tempat pemancingan masih cukup jauh. Kami harus berjalan melewati jalan setapak yang gelap. Jalan ini merupakan penghubung antara kampungnya Uwa dengan kampung sebelah. Di dekat jalan masuk menuju kampung sebelah, ada sebuah lapangan yang dikelilingi oleh pepohonan yang sudah tua. Kata Uwa, dibalik pepohonan tersebut ada sebuah perkebunan yang sudah terbengkalai. Mitos mengerikan mengenai perkebunan dibalik pohon tersebut sudah bukan lagi rahasia umum bagi warga di kedua kampung.
Akhirnya, Kami sampai di tempat pemancingan. Sesampainya di sana, Kami lihat beberapa orang yang turut memancing ikan di sana. Selain Kami berdua, kelihatannya ada juga anak kecil lainnya yang ikut dengan keluarganya memancing di tempat itu. Satu tempat yang menarik perhatian anak-anak adalah warung kecil di pinggir tempat pemancingan. Tentu saja Aku dan Kakakku juga ingin mampir untuk jajan. Sementara Aku dan Kakakku bermain dengan anak-anak lain, Uwa dan temannya tengah sibuk memancing. Malam itu adalah malam yang menyenangkan... untuk saat itu...
Malam semakin larut, kini tersisa Uwa dan temannya saja yang sedang memancing. Melihat yang lainnya sudah pulang, membuatku ingin pulang juga. Aku mengajak Uwa untuk pulang, namun Uwa masih merasa kepalang tanggung. Beberapa kali Aku merengek minta pulang kepada Uwa. Dan setelah itu, Kami pun pulang.
Aku dan Kakakku berjalan di depan Uwa dan temannya. Sesekali, Kakak mengerjai ku dan membuat Kami harus kejar-kejaran. Tak terasa di saat Aku mengejar Kakakku, Aku sudah meninggalkan Uwa jauh di depan. Aku coba untuk mencari Kakakku, namun...Ia menghilang entah kemana. Kebetulan sekali Aku kehilangan jejak Kakakku di lapangan yang dikelilingi pepohonan tersebut. Aku melihat ke dalam pepohonan tersebut dan penasaran dengan sesuatu yang ada dibaliknya. Aku pun berjalan mendekati pepohonan tersebut...
“DARRR!!!”
Aku dikejutkan oleh Kakakku sendiri. Selama ini, Dia bersembunyi dibalik salah satu pohon di sana. Dari situ, rasa penasaran Kami pun muncul. Kami ingin membuktikan kebenaran soal perkebunan terbengkalai itu. Aku berjalan bergandengan tangan dengan Kakakku. Kakak yang 3 tahun lebih tua dariku itu menuntunku ke dalam. Saat di dalam, Kami serasa masuk ke dalam hutan. Karena waktu itu penerangan belum sebanyak sekarang, jadinya Kami berjalan menelusuri kegelapan. Udara dingin yang menusuk kulit membuat Kami merinding.
Setelah berjalan cukup jauh, Kami berhasil menemukannya. Rupanya ada sebuah perkebunan yang tak berpenghuni di dalamnya. Di sekeliling kebun, ada pepohonan Bambu yang pohonnya sudah ditebang. Kami mencoba untuk melihat-lihat sekeliling, namun tak satupun yang menarik di mata Kami. Lalu, Kami pun berjalan meninggalkan perkebunan tersebut.
Entah mengapa...Kami merasa... sedikit aneh...
Jalan yang seharusnya bisa dilalui dalam waktu singkat, terasa lebih lama. Rasanya Kami seperti berjalan di tempat. Di tengah perjalanan...
Kami merasa...kalau Bumi bergetar...
Kami mulai panik karena Kami tersesat di dalam hutan di saat gempa terjadi. Kami berlari lurus ke depan sambil berteriak memanggil Uwa. Tak lama, Kami melihat ujung dari hutan tersebut. Dan benar saja, Kami berhasil keluar dari sana. Kami mencoba untuk mendapatkan nafas Kami terlebih dulu. Setelah itu...
Kami merasa ada yang aneh...
Kalau tadi ada gempa... seharusnya kan tempat disekitarnya berantakan? Tapi...kenapa semuanya terlihat baik-baik saja? Seolah tak terjadi apa-apa...
Tak lama...Kami dengar suara Uwa. Kami mengejar suara itu dan menemukan Uwa dan temannya. Kami pun berlari menuju Uwa...
Belum sempat Kami mendekati Uwa, sebuah kaki raksasa datang entah darimana. Kaki tersebut menginjak Uwa dan temannya hingga rata dengan tanah. Kaki tersebut ditutupi oleh bulu yang lebat berwarna hitam pekat. Terlihat seperti kaki seekor hewan buas. Saat Kami lihat si pemilik kaki...
Kami berteriak ketakutan dan berlari menghindari raksasa yang mengerikan tersebut. Bodohnya, bukannya Kami berlari menuju jalan pulang, Kami malah berlari ke dalam hutan itu lagi. Kami berlari sekencang-kencangnya tanpa memperhatikan arah. Walaupun Aku sudah berlari sekencang mungkin, Aku tetap tertinggal oleh Kakakku. Dia berlari meninggalkanku. Aku coba untuk mengejarnya namun tidak berhasil. Sekarang, tinggal Aku sendirian di dalam hutan.
Di tengah kesendirianku, kulihat si raksasa mencoba untuk menangkap ku. Dimanapun Aku bersembunyi, makhluk itu selalu berhasil menemukan keberadaanku. Ukurannya yang besar dan mata merahnya yang menyala membuatnya lebih mudah untuk mencariku. Tidak ada tempat sembunyi yang lain selain naik ke atas dahan pohon. Pada akhirnya, Aku memanjat sebuah pohon yang menurutku aman dari pandangan si raksasa. Aku menunggu cukup lama sampai si raksasa benar-benar pergi dari hutan. Di dalam persembunyian ku, Aku lihat si raksasa berjalan mengitari hutan mencariku. Dengan jantung yang berdebar-debar, Aku terus berdoa dan berharap semoga semua hal mengerikan ini berlalu. Kututup mataku dan kupeluk erat tubuhku.
Tak lama, suasananya mulai tenang. Aku tidak mendengar lagi suara hentakan kaki makhluk itu. Aku bisa mendengar kembali suara Jangkrik yang saling bersahutan di tengah malam. Lalu, angin malam yang sejuk pun kembali berhembus. Aku bisa merasakannya berhembus di sekitar tubuhku. Aku rasa...sudah saatnya bagiku untuk pergi. Aku membuka mataku...
Dan ternyata Aku salah...
Saat kubuka mataku, ternyata makhluk itu berada tepat di depan wajahku. Makhluk itu langsung menangkapku. Ia mencengkeram tubuh kecilku dengan tangan raksasanya. Rasanya sangat tidak masuk akal, namun apa yang Aku rasakan saat itu, seluruh tubuhku seperti diikat dengan sangat kencang. Tubuhku diangkat ke udara saat si raksasa membawaku pergi. Aku hanya bisa menangis dan berteriak minta tolong.
Aku tidak tahu kemana makhluk besar itu membawaku. Namun yang pasti, Dia mempertemukan ku dengan Kakakku. Aku tidak terlalu ingat jelas seperti apa tempatnya, namun kelihatannya, tempat itu seperti sebuah gubuk tua yang kosong. Saat kulihat Kakakku, Ia sedang menyantap hidangan yang lezat, dari buah-buahan, permen dan cemilan. Tidak terlihat sama sekali ekspresi takut di wajahnya. Dia terlihat bahagia sekali. Dia mengajakku untuk memakan semua hidangan tersebut. Sebagai anak kecil yang polos...Aku pun menuruti perbuatan Kakakku.
Tetapi...baru saja Aku menggigitnya...
Semua makanan itu berubah menjadi sesuatu yang mengerikan untuk dimakan. Kulihat Kakakku masih menikmati “hidangan” tersebut. Aku tidak tahu apa yang ada di dalam pikirannya, tetapi apa yang Aku lihat saat itu adalah Kakakku menyantap jeroan hewan, ulat sutra sampai belatung. Aku coba untuk kabur dari sana, namun makhluk itu menahan jalan keluarnya. Ia memaksaku untuk menyantap “hidangan” tersebut. Ia menyuapiku dengan sesuatu yang seharusnya tidak Aku makan. Aku tidak sanggup lagi melawannya...Aku hanya bisa pasrah dan berharap semua ini berakhir...
“Ki? Riki? Riki!”
Aku terbangun... rupanya Aku bermimpi. Aku bisa bernafas lega karena itu semua cuma mimpi. Tetapi...ada yang janggal saat Aku bangun...
Aku tertidur di atas sebuah dahan pohon. Saat kulihat, ternyata Uwa, Bibi dan para warga sudah berada di sana. Aku pun diturunkan dari pohon oleh Uwa. Setelah itu, dalam keadaan setengah sadar Aku dibacakan doa oleh seorang ulama. Beliau memegang kepalaku dan mengusapnya. Kemudian, Aku pun diberi minum air putih yang sudah diberikan doa. Setelah meminum air itu, Aku sepenuhnya sadar. Aku langsung menangis ketakutan setelahnya. Lalu, Aku, Kakak, Uwa dan Bibi pulang. Kulihat hari sudah berganti. Aku digendong oleh Bibi, sedangkan Kakak digendong oleh Uwa.
Di hari itu juga, Aku dan Kakakku langsung jatuh sakit. Namun, ada yang beda dengan sakit Kami alami. Aku hanya mengalami demam selama 3 hari, sedangkan Kakak mengalami muntaber selama seminggu. Aku lihat Kakakku muntah-muntah selama 4 hari berturut-turut. Hal yang mengejutkan pun terjadi selama Kakakku sakit, rupanya Ia memuntahkan jeroan hewan, ulat sutra dan belatung. Kalau saja Aku dan Kakak ada di rumah orang tua, pasti Kakak sudah dibawa ke Rumah Sakit. Namun, Bibi dan Uwa sama sekali tidak membawa Kakak ke Rumah Sakit. Mereka yakin dengan muntahan Kakak yang seperti itu, Kakakku akan berangsur pulih. Dan benar saja, Kakakku berhasil sembuh, walaupun sakitnya sedikit lebih lama dariku.
Lalu, Aku coba mencari tahu apa yang terjadi. Tapi sebelum Aku tahu semuanya, Uwa yang bertanya terlebih dulu. Ia ingin tahu apa yang Aku dan Kakakku alami. Aku pun menceritakannya, walaupun...itu sangatlah mengerikan. Kata Uwa, intinya sih Aku dan Kakakku diculik oleh “penghuni” perkebunan kosong itu. Dan soal Kakakku yang memuntahkan sesuatu yang mengerikan itu, sebetulnya Kakak memuntahkan seluruh “hidangan” yang Ia makan di tempat si raksasa tinggal. Semenjak itu, Aku mulai belajar untuk tidak bertindak sembarangan dimanapun Aku berada.
Kisah itulah yang Aku bawakan pada malam tahun baru. Sekaligus mengenang kepergian Uwa yang sudah meninggal 4 tahun yang lalu. Kini, tersisa Bibi seorang. Tentunya, Beliau sudah sangat tua sekarang. Kini, Aku dan Kakakku sudah memiliki keluarga Kami masing-masing. Dan Kami akan mengajarkan pelajaran hidup itu kepada anak-anak Kami.
Oh ya, ada satu hal yang masih belum sempat Aku beritahu kepada Uwa hingga akhir hayatnya. Tapi...Aku sendiri masih ragu untuk mempercayainya. Dengar-dengar...makhluk seperti itu bisa tersinggung juga kan? Jadi...apa jangan-jangan...si raksasa mengejar Aku dan Kakak...hanya karena Aku buang air kecil di bawah pohon tua yang ada di kebun kosong itu ya?
Oke itu tadi postingan buat malam ini. Kalau kalian punya pendapat, kritik dan saran bisa tulis aja di kolom komentar. Traktir Ane dengan segelas cendol kalau kalian menyukai postingan ini dan timpuk Ane dengan bata kalau kalian kurang suka dengan postingan ini. Thanks for coming and see you on the next post.
-Diaz-
Spoiler for BONUS:
Eits...jangan kemana-mana dulu...
Ada satu pembahasan menarik yang pengen Ane bagi ke kalian. Semuanya berawal dari scrolling Facebook, sampai di suatu halaman, ada satu postingan yang menarik perhatian Ane.
Apa kalian pernah atau mungkin masih mainin konsol PS1? Kira-kira...apa gamefavorit kalian? Pastinya akan ada banyak sekali jawabannya. Tapi...tahukah kalian bahwa ada 1 game di PS1 yang katanya..."TERKUTUK"???
Apa kalian percaya dengan adanya kutukan? Jika kalian percaya...jangan pernah sekali-kali mencoba game ini. Tapi jika tidak...silahkan coba sendiri. Resiko di tanggung oleh kalian...