Islam membangun konfigurasi teologisnya di dalam sanubari dan realitas di atas asas penghambaan seutuhnya kepada Allah semata. Kemudian menjadikan penghambaan ini tercermin secara linier dalam keyakinan, ibadah, dan syariat, dengan asumsi bahwa penghambaan--kepada Allah-- dalam format ini merupakan tujuan praktis bagi syahadat la ilaha illallah dan bahwa menerima tata cara penghambaan ini semata-mata dari Rasulullah Saw merupakan tujuan praktis bagi syahadat anna Muhammadan rasulullah

Ketika Islam membangun konsepnya berdasarkan landasan ini maka syahadat la ilaha illallah wa anna muhammadan rasulullah akan tercermin dalam manhaj kehidupan Islam; wajah-wajah manhaj ini dapat digambarkan dan potensi-potensinya mampu diandalkan

Ketika Islam mendirikan konstruksinya dengan cara yang unik ini--yang membedakannya dari segenap tatanan lain yang dikenal manusia--maka sebenarnya ia merujuk pada sumber yang lebih komperehensif dalam membicarakan semua entitas alam, bukannya sebatas eksistensi manusia saja.

Selain itu, ia juga membicarakan manhaj semua alam, bukannya sebatas kehidupan manusia saja.

Konsepsi Islam berdiri di atas prinsip bahwa semua alam ini termasuk ciptaan Allah. Ketika kehendak (iradah) Allah menunjuk pada makhluk-Nya maka terjadilah (apa yang dikehendakinya). Allah yang Mahasuci menetapkan untuknya hukum-hukum yang menyebabkan bergerak dinamis, Dengan hukum-hukum itu, satuan-satuan alam bergerak ajek secara partikular, disamping mereka bergerak dalam keteraturan yang lebih kompleks. (188-189)

Sayyid Quthb
"Ma'alim fi ath-thariq" petunjuk jalan yang menggetarkan iman