Bali. Satu pulau yang ing in ane kunjungi. Entah kenapa, ane pingin banget ke sana. Namun, melihat dari segi ekonomi, rasanya hal itu sangat mustahil. Dulu pas SMP, sekolah ane mau study tour ke sana, tapi batal karena ada peristiwa 98. Pas SMA, study tour juga ke Bali, dan ane gak ikut.

Halo, jumpa lagi dengan ane, Mayya Rossa, penyaji thread informatif dan inspiratif. Kali ini, ane akan ajak Agan Sista ke Pulau Dewata.

Impian ane ke Bali, akhirnya terwujud tahun lalu, GanSist. Waktu itu, ane ditawarin temen yang udah kek sodara sendiri, mau gak lebaran di Banyuwangi. Entar ke Ijen, kalau sempet ke Bali. Kalau mau, dia mau subsidi 2 tiket PP. Nah, siapa yang tak mau piknik gratis cobak? Ya ane maulah!

Akhirnya, kami berangkat juga. Teman ane sekeluarga 4 orang, ane 3 orang. Niat utama sih emang mau silaturahmi ke ortu temen yang di Banyuwangi, udah temenan lama, masak belum tahu rumahnya?

Dengan kereta Sri Tanjung, kami berangkat dari Stasiun Lempuyangan, Jogja, pukul 7 pagi. Ane excited banget dong, belum pernah jalan jauh naik kereta, pa ms puasa pulak. Harga tiket Jogja- Banyuwangi waktu itu 94 ribu rupiah.



Sampai di Stasiun Kalisetail, Banyuwangi, sekitar jam setengah 8. Lalu kami lanjutkan perrjalanan ke rumah temen. Ada hal yang tak terlupa saat perjalanan ini. Suami ane ketinggalan kereta pas di Surabaya! Jadi, niatnya turun periksa karena giginya sakit, abis itu beliin ane ama anak makanan buat buka puasa. Pas dia sampai pintu masuk, pas kereta jalan. Kami sama-sama bingung, karena hape android suami ane yang bawa, sedangkan hape jadul dibawa suami semua, nah loh. Mana suami baru pertama ke Surabaya. Akhirnya atas saran polisi, dia naik ojeg ke terminal, lanjut naik bus jurusan Banyuwangi. Dan nyesegnya, saat buka, di kereta dibagikan nasi, hiks.


Perjalanan ke Bali pun dimulai 3 hari kemudian. Kami diantar naik mobil sampai pelabuhan Ketapang. Dari sana kami naik ferry untuk menyeberang, dengan biaya 6.500 per orang. Pembayaran ferry ini tak bisa dengan uang cash, harus dengan uang digital. Ane deg-degan banget, baru pertama kali mau naik kapal. Ane pikir akan naik kapal lama, ternyata, hanya sekitar 40 menit. Dari Ketapang, Bali sudah terlihat.




Sampai di Gilimanuk, kami dijemput oleh mobil temen. Kami menuju Mengwi. Sampai Mengwi, kami istirahat sebentar, lalu ke pantai. Tujuan awal kami adalah pantai Pandawa, tapi memperkirakan waktunya, kami pun beralih pantai Batu Bolong. Kami sampai di sana menjelang sunset. Di pantai ini banyak banget bule, hampir tak ane temui wisatawan domestik.



Ombak di pantai ini cukup tinggi dan kuat, sehingga banyak wisatawan melakukan surfing di sini. Namun, banyak pula bule yang mengajak anaknya berjalan-jalan menikmati senja di pantai.



Saat bumi menggelap, lampu pun mulai dinyalakan sebagai ganti sang surya. Pengunjung bisa menikmati pantai dengan musik jedag jedug dan lampu kelap-kelip. Dan di situ ane baru tahu, kalau di pantai pun ada pura.





Sekitar jam 8 kami keluar dari pantai dan cari makan. Kami makan di salah satu gerai fried chicken di sana. Sesudahnya kami pulang ke kos temen di Mengwi. Di kos itu, ada pengalaman tak terduga lagi. Ane mwncoba menghubungi twman sekaligus tetangga di Semarang dulu, yang sudah 13 tahun tak bertemu. Dia dulu yang sering ikutan ngasuh anak ane. Jam 11 malem dia datang ke kos temen untuk menemui ane sekeluarga. Seketika tangis haru pecah. Hampir 2 jam pertemuan itu.

Hari kedua di Bali, kami menuju Bedugul. Bukan ke danaunya, tapi ke Kebun Raya Bedugul. Kebun ini luaaasss banget. Maklum, kebun dengan luas 157,5 hektare ini adalah yang terluas di Indonesia. Dengan ketinggian 1.240 mdpl, udara di sini cukup nyaman dan sejuk. Di sana ada beberapa warung, ada pula camp area. Buat yang mau main flying fox tersedia juga lho. Yang unik, ada patung Kumbakarna gede banget di sana.







Mengingat waktu, kami tak sempat jalan berkeliling. Kami hanya berkeliling naik mobil. Setelah itu, kami lanjutkan perjalanan menuju danau Beratan, Bedugul.



Di tengah danau ini terdapat sebuah pura, yaitu Pura Ulun Danu. Pura ini sebagai pura pemujaan kepada Sang Hyang Dewi Danu, sang pemberi kesuburan. Di sini adeemmmmm, banget. Ane pun sempat naik speedboat untuk mengelilingi Danau Beratan. Aselik, asyik banget. Di tengah-tengah danau kapal berhenti dan kita bisa berfoto dengan latar belakang bukit, juga kabut.





Akhirnya, kami meninggalkan Bedugul menuju Gilimanuk. Sampai di Gilimanuk, kami beristirahat sebentar di pinggir pelabuhan. Kami ngobrol dengan para pemancing di situ.




Menjelang maghrib, kami meninggalkan Pulau Dewata. Memang, kami di sana hanya 2 hari, karena esoknya adalah hari terakhir puasa. Namun, kenangan di Bali tak kan terlupa.



Jogja, 25 Oktober 2020

Dari ane, yang masih ingin berkeliling Bali.