- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Gadis 17 Tahun Yang Hilang Ingatan Akibat Kebanyakan Tugas Sekolah


TS
delia.adel
Gadis 17 Tahun Yang Hilang Ingatan Akibat Kebanyakan Tugas Sekolah
Spoiler for Instagram:


Quote:
Gan-sis apa ya kira-kira yang ada dibenak para guru, jika ada seorang muridnya, yang pada akhirnya menjadi seseorang yang tidak lagi memiliki ingatan?
Well kisah ini bukanlah sebuah drama televisi, yang mana berakhir sangat menyedihkan sekali. Tentang seorang anak yang berasal dari Ashford, Kent, Inggris. Namanya Rafaela Domingos, seorang remaja berusia 17 tahun yang mana mengalami hal yang sangat tragis sekali.
Bagaimana dikatakan tidak tragis jika pada akhirnya dia harus segera dilarikan ke rumah sakit akibat dari kejang kejang yang dialaminya tanpa henti. Pasti orang tuanya sangat cemas saat itu.
Entahlah apa yang sedang dialami oleh Rafa, setelah mengalami kejang di sekolahnya, ingatan Rafa menjadi serupa terlepas-lepas, bahkan sampai pada akhirnya tidak lagi mengenal orang tuanya, miris bukan? Ingat kembali lalu hilang, ingat dan hilang kembali. Dalam waktu yang sangat lama.
Lalu kalian bisa membayangkan tidak, bagaimana dari perasaan orang tuanya?
Pastinya sangatlah buruk sekali bukan? Bagaimana tidak? Anak adalah sebuah napas kehidupan bagi orang tua. Jadi jikalau terjadi sesuatu kepada si anak, maka napas orang tua akan menjadi tidak stabil, atau bahkan bisa menurunkan sistem imun dan kesehatannya.
Orang tuanya pasti merasa resah dengan keadaan ini, kemudian Rafa dibawanya ke rumah sakit dan pada akhirnya tim media menduga jikalau Rafa mengalami stres akibat pekerjaan rumah ataupun tugas-tugas dari sekolahnya.
Bagaimana dikatakan tidak tragis jika pada akhirnya dia harus segera dilarikan ke rumah sakit akibat dari kejang kejang yang dialaminya tanpa henti. Pasti orang tuanya sangat cemas saat itu.
Entahlah apa yang sedang dialami oleh Rafa, setelah mengalami kejang di sekolahnya, ingatan Rafa menjadi serupa terlepas-lepas, bahkan sampai pada akhirnya tidak lagi mengenal orang tuanya, miris bukan? Ingat kembali lalu hilang, ingat dan hilang kembali. Dalam waktu yang sangat lama.
Lalu kalian bisa membayangkan tidak, bagaimana dari perasaan orang tuanya?
Pastinya sangatlah buruk sekali bukan? Bagaimana tidak? Anak adalah sebuah napas kehidupan bagi orang tua. Jadi jikalau terjadi sesuatu kepada si anak, maka napas orang tua akan menjadi tidak stabil, atau bahkan bisa menurunkan sistem imun dan kesehatannya.
Orang tuanya pasti merasa resah dengan keadaan ini, kemudian Rafa dibawanya ke rumah sakit dan pada akhirnya tim media menduga jikalau Rafa mengalami stres akibat pekerjaan rumah ataupun tugas-tugas dari sekolahnya.
Spoiler for Instagram:



Quote:
Sangatlah disayangkan, jika pada akhirnya Rafa tidak dapat menikmati masa remajanya dengan baik, akibat kejadian ini. Tentu orang tuanya lebih sedih dan terluka bukan?
Namun orang tuanya segera menindaklanjuti masalah yang dihadapinya. Mereka kembali ke rumah sakit untuk pemeriksaan lebih lanjut.
Dokter pada akhirnya memeriksanya lebih lanjut dan menemukan pembengkakan pada otaknya, rafa kemudian divonis menderita ensefalalitis(radang otak) yang mana memiliki gejala seperti kehilangan nafsu makan, sulit tidur, tidur sambil berjalan, dan sering melamun.
Biasanya penyakit ini disebabkan oleh sebuah infeksi virus. Tetapi bisa juga berasal dari faktor-faktor lain yang menyerang bagian kepala.
Untung saja orang tuanya sesegera mungkin menanganinya, sehingga pada akhirnya Rafa mampu kembali hidup dengan normal sampai saat ini.
Namun biskah kalian membayangkan jikalau apa yang dialami Rafa terjadi kepada anak anak yang orangtuanya berekonomi lemah? Apakah bisa kembali hidup dengan normal? Apalagi sebuah pengobatan itu pastinya memakan banyak biaya bukan?
Namun orang tuanya segera menindaklanjuti masalah yang dihadapinya. Mereka kembali ke rumah sakit untuk pemeriksaan lebih lanjut.
Dokter pada akhirnya memeriksanya lebih lanjut dan menemukan pembengkakan pada otaknya, rafa kemudian divonis menderita ensefalalitis(radang otak) yang mana memiliki gejala seperti kehilangan nafsu makan, sulit tidur, tidur sambil berjalan, dan sering melamun.
Biasanya penyakit ini disebabkan oleh sebuah infeksi virus. Tetapi bisa juga berasal dari faktor-faktor lain yang menyerang bagian kepala.
Untung saja orang tuanya sesegera mungkin menanganinya, sehingga pada akhirnya Rafa mampu kembali hidup dengan normal sampai saat ini.
Namun biskah kalian membayangkan jikalau apa yang dialami Rafa terjadi kepada anak anak yang orangtuanya berekonomi lemah? Apakah bisa kembali hidup dengan normal? Apalagi sebuah pengobatan itu pastinya memakan banyak biaya bukan?
Quote:
Belajar si boleh saja, akan tetapi jangan lupa akan kesehatan, jangan dibuat terlampau sampai terbebani, yang akan membuat kesehatan memburuk. Ya memang sih, aku mengakuinya jikalau terkadang tugas dari seorang guru itu sangatlah banyak dan deadline nya sangat cepat, bahkan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya, tanpa mengetahui kendala yang dialami oleh si anak.
Bahkan ada sebagian guru yang tidak menerima alasan apapun bagi anak yang tidak mampu melakukannya. Langsung men-judge malas dan sebagainya yang membuat nilai mereka langsung bernoda merah
Padahal jikalau sang guru mau melakukan proses pendekatan, maka semua masalah murid mampu diatasnya bukan. Ya dalah hal ini bukan hanya guru yang berperan saja, terkadang murid juga harus berusaha melakukan berbagai cara untuk membuat dirinya merasa nyaman tanpa terbebani oleh tugas-tugas yang rumit.
Seperti contoh pendekatan dengan guru, bertanya kepada kawan-kawan, meminta tolong orang tua, atau mencari solusi jawabannya dari si pintar Google. Yang mana selalu ada jawaban dari tiap-tiap masalah bukan?
Well, memang aku akui pada dasarnya kemampuan anak itu berbeda-beda, jadi sangatlah diperhatikan dalam hal ini, peringatan bagi seorang guru, untuk mendengarkan curhatan dari anak muridnya. Dan mau memaklumi dan memberikan arahan agar si anak merasakah kenyamanan saat berkonsultasi dengan seorang guru.
Begitu juga dengan para murid yang seharusnya dapat menciptakan ruang belajar dan mengajar semakin efektif. Banyak bertanya dan berdiskusilah dalam hal mengerjakan tugas-tugas yang terlampau sulit. Lambaikan tangan jika memang tidak mampu.
Dan orang tuanya juga jangan memberikan tekanan tentang sebuah nilai bagus dan berprestasi. Sebab dukungan yang akan membuat anak lebih stabil adalah berasal dari orang tua, setelah itu barulah lingkungannya.
Sebab kedua hal itulah di mana perkembangan si anak bisa maju atapun mundur. Begitu sih menurutku. Bagaimana dengan kalian?
Cos sangatlah tidak etis jikalau hanya karena masalah belajar dan mengajar pada akhirnya menjadi Boomerang untuk pertumbuhan jiwa si anak selanjutnya.
Bahkan ada sebagian guru yang tidak menerima alasan apapun bagi anak yang tidak mampu melakukannya. Langsung men-judge malas dan sebagainya yang membuat nilai mereka langsung bernoda merah
Padahal jikalau sang guru mau melakukan proses pendekatan, maka semua masalah murid mampu diatasnya bukan. Ya dalah hal ini bukan hanya guru yang berperan saja, terkadang murid juga harus berusaha melakukan berbagai cara untuk membuat dirinya merasa nyaman tanpa terbebani oleh tugas-tugas yang rumit.
Seperti contoh pendekatan dengan guru, bertanya kepada kawan-kawan, meminta tolong orang tua, atau mencari solusi jawabannya dari si pintar Google. Yang mana selalu ada jawaban dari tiap-tiap masalah bukan?
Well, memang aku akui pada dasarnya kemampuan anak itu berbeda-beda, jadi sangatlah diperhatikan dalam hal ini, peringatan bagi seorang guru, untuk mendengarkan curhatan dari anak muridnya. Dan mau memaklumi dan memberikan arahan agar si anak merasakah kenyamanan saat berkonsultasi dengan seorang guru.
Begitu juga dengan para murid yang seharusnya dapat menciptakan ruang belajar dan mengajar semakin efektif. Banyak bertanya dan berdiskusilah dalam hal mengerjakan tugas-tugas yang terlampau sulit. Lambaikan tangan jika memang tidak mampu.
Dan orang tuanya juga jangan memberikan tekanan tentang sebuah nilai bagus dan berprestasi. Sebab dukungan yang akan membuat anak lebih stabil adalah berasal dari orang tua, setelah itu barulah lingkungannya.
Sebab kedua hal itulah di mana perkembangan si anak bisa maju atapun mundur. Begitu sih menurutku. Bagaimana dengan kalian?
Cos sangatlah tidak etis jikalau hanya karena masalah belajar dan mengajar pada akhirnya menjadi Boomerang untuk pertumbuhan jiwa si anak selanjutnya.
Quote:
Jadikanlah guru adalah sahabat, kawan, musuh dan bahkan orangtuanya. Begitupula sebaliknya dengan para guru
Opini pribadi berdasarkan sebuah artikel dari:
link sumber tulisan
Dari Instagram:







d0dittt dan 8 lainnya memberi reputasi
9
5.2K
Kutip
83
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan