[Coc Reg. Bromo] Yadnya Kasada! Ritual Tahunan Suku Tengger Di Gunung Bromo!
TS
batzforum
[Coc Reg. Bromo] Yadnya Kasada! Ritual Tahunan Suku Tengger Di Gunung Bromo!
Welcome To batzforum Thread!!! Enjoy!!!
Gunung Bromo terletak di Kabupaten Probolinggo. Tentu banyak hal yang bisa dibahas tentang Bromo, baik tempat wisatanya, kuliner khasnya, bahkan adat istiadat atau budayanya.
Bromo atau Gunung Bromo dikenal sebagai wilayah yang menjadi tempat tinggal Suku Tengger, dimana biasanya masyarakat Suku Tengger tingal di sekitaran Bromo loh. Sebagai suku yang tinggal di sekitaran Gunung Bromo, Suku Tengger masih termasuk kedalam kerabat dekat dari orang-orang Jawa, sehingga prinsip Kejawen masih berlaku bagi mereka.
Spoiler for Prinsip Kejawen:
Prinsip Kejawen : meyakini gunung sebagai tempat suci yang menjadi tempat bersemayamnya para Dewa dan roh leluhur.
Oleh karena itu, masyarakat Suku Tengger di Gunung Bromo menganggap kalau Gunung Bromo adalah simbol agung singgasana Sang Hyang Widhi. Berbicara tentang Suku Tengger tak adil rasanya jika tidak membicarakan tentang budayanya. Maka dari itu ane tertarik untuk membahas salah satu budaya Suku Tengger Bromo yang masih melekat hingga saat ini, yaitu Ritual Yadnya Kasada.
Ritual Yadnya Kasada adalah sebuah upacara adat umat Hindu suku Tengger yang diselenggarakan setiap tahun pada hari ke empat belas bulan Kasada. Upacara yang selalu berlangsung pada saat bulan purnama ini sudah dilangsungkan sejak abad ke-14. Melalui upacara Yadnya Kasada ini warga setempat disibukkan dengan kegiatan adat untuk mempersiapkan peranti upacara.
Ritual kuno yang sudah dilakukan sejak beradab-abad yang lalu ini menjadi simbol rasa syukur sekaligus penggenapan janji masyarakat Tengger kepada sang Hyang Widhi dan nenek moyang mereka. Maka dari itu tak heran kalau Ritual Yadnya Kasada ini wajib dilakukan setiap tahunnya, apapun kendalanya. Berikut akan ane bagikan sejarah terciptanya Ritual Yadnya Kasada ini.
Spoiler for Sejarah Ritual Yadnya Kasada:
Sebuah cerita rakyat menceritakan bahwa pada saat menjelang runtuhnya Kerajaan Majapahit dibawah pimpinan Prabu Brawijaya V pada sekitar abad ke XIV, ada seorang putri bernama Dewi Rara Anteng. Dewi Rara Anteng merupakan putri dari salah satu selir sang Raja Majapahit saat itu, yakni Prabu Brawijaya V. Karena terjadi pergolakan dan kerusuhan di pusat pemerintahan Majapahit di Trowulan, terjadilah eksodus besar-besaran oleh rakyat pada saat itu. Kebanyakan dari mereka menyeberang ke arah timur, seperti ke Kadipaten Blambangan atau sekarang dikenal dengan nama Kabupaten Banyuwangi, Pulau Bali, dan Pulau Lombok.
Namun ada beberapa diantara mereka yang memilih melarikan diri menuju kaki Gunung Bromo, tak jauh dari pusat pemerintahan Majapahit di Trowulan, Jawa Timur. Mereka adalah Dewi Rara Anteng bersama suaminya Raden Jaka Seger seorang putera Brahmana, para pengawal, dan juga pengikutnya. Setelah berhasil melarikan diri, Dewi Rara Anteng dan Raden Jaka Seger beserta rombongannya kemudian tinggal menetap di kaki gunung tersebut dan membuat sebuah pemukiman. Kemudian mereka memerintah di kawasan Tengger dengan gelar ‘Purbowasesa Mangkurat Ing Tengger’ atau penguasa Tengger yang budiman. Kawasan Tengger sendiri diambil dari nama belakang penguasanya saat itu, yakni Dewi Rara Anteng (Teng) dan Raden Jaka Seger (Ger).
Seiring berjalannya waktu, Dewi Rara Anteng dan Raden Jaka Seger beserta rakyatnya hidup damai, tentram, dan makmur. Tanah subur kaki pegunungan membuat hasil panen melimpah ruah, akan tetapi setelah bertahun-tahun menikah meraka tak kunjung dikarunia keturunan juga. Oleh sebab itu, Raden Jaka Seger dan Dewi Rara Anteng melakukan semedi atau bertapa di puncak Gunung Bromo (Brahma) tepat di tepi kawah.
Di tengah malam dalam pertapaanya, Dewi Rara Anteng dan Raden Jaka Seger mendapatkan bisikan gaib bahwa wirid atau keinginan mereka untuk mempunyai keturunan akan terkabul dengan satu syarat, yakni anak bungsunya harus dikorbankan di kawah Gunung Bromo. Pasangan suami istri keturunan Majapahit itupun menyanggupinya. Lantas singkat cerita, pasangan tersebut akhirnya dikarunia 25 orang anak, dan sang anak bungsu yang harus dikorbankan tersebut bernama Raden Hadi Kusuma yang tengah tumbuh menjadi seorang pria yang gagah perkasa.
Sebagai orang tua, naluri Dewi Rara Anteng dan Raden Jaka Seger tentu tidak rela apabila anaknya sendiri dikorbankan dengan dilarung ke dalam kawah Gunung Bromo. Karena mereka ingkar janji, Dewa pun murka. Langit di kawasan Tengger seketika berubah menjadi gelap gulita dan Gunung Bromo pun meletus dan mengeluarkan api. Raden Hadi Kusuma seketika lenyap terjilat oleh api dan masuk ke kawah Gunung Bromo. Bersamaan dengan kejadian tersebut kemudian terdengar suara gaib dari Raden Kusuma yang mengatakan bahwa dirinya telah dikorbankan untuk keselamatan warga Tengger dan mengingatkan untuk selalu menyembah Sang Hyang Widhi dan mengadakan sesaji setiap hari ke-14 di bulan Kasada. Semenjak saat itulah ritual Yadnya Kasada ini pertama kali dilakukan oleh warga suku Tengger di Gunung Bromo.
Spoiler for Prosesi Ritual Yadnya Kasada:
Upacara adat ini biasanya diadakan pada tanggal 14 – 16 bulan Kasada atau saat bulan purnama tampak di langit.
Prosesi Upacara Kesada Bromo ini dimulai dengan beberapa ritual seperti pengambilan air suci dari mata air Widodaren, persembahyangan umat Hindu, pemberkatan sesajen yang akan dilarung, pengangkatan dukun baru (pemimpin upacara agama umat Hindu), dan pelarungan sesajen menuju kawah Gunung Bromo.
Dalam Yadnya Kasada terdapat beberapa urutan upacara yang harus dilakukan oleh masyarakayt Suku Tengger agar acara adat ini dapat berlangsung dengan khidmat. Dimulai dari Puja Purkawa, Manggala Upacara, Ngulat Umat, Tri Sandiya, Muspa, Pembagian Bija, Diksa Widhi, dan terakhir Penyerahan sesaji di Kawah Bromo.
Sesajen yang dibawa biasanya berupa hasil bumi atau ternak peliharaan seperti ayam yang disimpan dalam ongkek. Semua ini kemudian akan dibuang ke Kawah Bromo sebagai seserahan untuk Sang Hyang Widhi.
Kira-kira seperti itulah gambaran Ritual Yadnya Kasada yang dilakukan Suku Tengger di Bromo. Bagaimana GanSis? Apamah diantara kalian sudah ada yang pernah melihat perayaan Yadnya Kasada ini?
Sumber Referensi : Tulisan pribadi, dari sinidan dari sini
Sumber Gambar : Google Images