Telur angsa gagal menetas, konon katanya memiliki nilai magis jika digunakan dalam ritual tertentu?. Seringnya mendengar orang mencari telur angsa yang telah dierami tetapi gagal menetas, membuat ane penasaran. Apalagi ane punya pengalaman disuruh membantu orang dalam memanfaatkan telur angsa gagal menetas itu, saat beliau sedang membangun rumah.

Hari sudah gelap, mentari telah meninggalkan peraduannya. Semburat jingga berangsur hilang dan digantikan gelapnya malam.

Badan terasa lelah karena seharian membantu tetangga yang mau membangun rumah. Sudah menjadi adat dikampung ane, jika ada salah satu warga yang sedang membangun rumah maka semua masyarakat desa ikut bergotong royong. Istilah didesa kami adalah "sambatan". Dimana orang yang sedang membangun rumah, hanya menyediakan makan, minum dan snack. Sementara warga bersama-sama membantu dengan tenaga tanpa meminta upah.



Tok tok tok ...

"Kang ada dirumah?" suara seseorang memanggil dari luar. Segera kupakai sarung yang sejak tadi ane gunakan sebagai selimut.

"Ada kang, gimana ya?" tanyaku pada kang Darman yang sudah menunggu di depan pintu.

"Bisa minta tolong sebentar kang?"

"Bisa Kang, minta tolong apa ya?" tanyaku, memastikan apa keperluan Kang Darman.

"Tolong, bantu pegangin lampu senter sebentar ya," ucap Kang Darman sambil menyodorkan lampu emergensi berbentuk persegi panjang.

"Menerangi apa kang?" tanyaku dengan rasa heran.

"Ayok ikut aja."

Ane ikutin aja Kang Darman menuju rumah yang sedang mulai dibangun itu.

Proses membangunnya baru dimulai hari ini, sehingga baru mencapai tahap pondasi saja. Pondasi membentuk persegi sebagai calon tembok bagian luar rumah, sementara pondasi bagian dalam rumah baru akan dilaksanakan hari berikutnya.

"Ini tolong diterangi bagian pojok pondasinya ya Kang, biar aku gali lubangnya dulu." Kang Darman menjelaskan sedikit dari maksud permintaan tolongnya.

"Loh, buat apa sih Kang?" tanyaku heran.

"Ini, nanti mau saya kubur telur angsa gombyar."

"Telur angsa gombyar itu apa kang?"

"Itu lho, telur angsa yang sudah dierami tapi tidak menetas," jelas Kang Darma.

"Biar ngapain ya Kang?, biar cepet kaya?" tanyaku lagi.

"Ini bukan pesugihan, biar nanti rumahnya ini jauh dari marabahaya, lancar rejeki, penghuninya juga sehat." penjelasan Kang Darma ini membuat ane heran. Pasalnya, ane belum pernah menemukan kejadian serupa.



Tak terasa, empat lubang galian sedalam setengah meter itu selesai dibuat di setiap sudut pondasi rumah.

Kang Darman mengeluarkan empat bungkusan kain berwarna merah. Di dalam kain merah itu, berisi telur angsa gagal menetas atau gombyar.

Masing-masing bungkusan, dikubur di pojokan pondasi rumah sambil dibacakan sesuatu. Tapi ane tidak tahu apa bacaannya, karena Kang Darman mengucapkannya dengan tidak jelas. Setelah itu, galian ditutup kembali hingga rapat.

"Kang, apa kainnya harus merah?" tanyaku lagi, tapi yang ditanya hanya tersenyum. Mungkin malas menanggapi rasa keppo ane.



Rasa penasaran ane sebenarnya belum terjawab dengan tuntas oleh Kang Darman, mau bertanya lebih lanjut kok tidak enak hati, sehingga ane berharap akan terjawab di #Oktoberhantu kali ini.

Setelah beberapa tahun, memang tetangga ane ini hidupnya lebih mapan dari pada saudara-saudaranya dalam hal finansial. Tetapi dalam ketentraman hati, ane tidak paham.

Ane masih bingung nih, kira-kira dari mana telur-telur seperti bisa diperoleh? Dan dari segi kegunaan, apakah benar adanya jika telur angsa gagal menetas itu bisa membantu sang pemilik rumah untuk bisa mewujudkan impiannya memiliki tolak bala, lancar rejeki dan kesehatan ya? Apakah itu juga termasuk sarana pesugihan? Lantas kenapa kain pembungkusnya berwarna merah?

Sekian dan terima kasih

Sumber gambar. Dokpri
Sumber tulisan. Opini pribadi