Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

alfiaunsahAvatar border
TS
alfiaunsah
TPU Jeyuk Puyut
Berdasarkan kisah seorang teman-

Berkat dukungan orang tua, aku memberikan kesempatan kedua pada suamiku. Terus menerus kubisiki diri sendiri, 'Bertahanlah! Ini demi anak!"

Kami kembali tinggal serumah. Dengan hati yang sudah retak, aku mencoba menata kepingan masa depan. Seringkali, rasa sakit atas pengkhiatannya kembali hadir, aku menepisnya dengan melakukan hobby-ku, memasak.

Meski aku bekerja, aku tak pernah menyepelekan tugas di rumah. Semua tugas rumah mulai dari mencuci, memasak, bersih-bersih sampai mengurus anak dan suami kukerjakan sepenuh hati.

Enam bulan sudah kami kembali bersama. Dan selama itu pula, suamiku tak kunjung berubah. Ia tetap pada kebiasan suka memukul dan berselingkuh. Pun orang tuaku, tetap menyarankan aku tuk bertahan.

Dalam keputus asaan, aku benar-benar merasa terkekang. Lalu kupaksa otakku berpikir keras, apa salah dan kurangku selama ini? Mengapa suamiku selalu tergoda wanita lain, mengapa tak cukup denganku saja?

Sakit karena dipukul atau ditendang, itu sungguh tak sebanding dengan sakitnya pengkhianatan. Setidaknya, begitulah yang kurasakan.

Tanpa sepengetahuan orang tua, akhirnya kuberanikan diri tuk pergi ke pengadilan agama. Jantungku berdegup sangat kencang tiap kali aku mengurus perceraian ini.

Ternyata prosesnya tak serumit yang kukira. Hanya dalam kurun waktu satu bulan, setelah tiga kali sidang, hakim mengabulkan permohonan ceraiku. Maka, resmilah aku menjadi janda diusia muda, dengan seorang anak lelaki berusia dua tahun.

Kala keluar dari kantor pengadilan agama. Aku berjanji satu hal, bahwa meski tanpa didampingi seorang ayah, kan kuberikan hal terbaik untuk anakku. Kan kuberi ia pendidikan yang baik, juga kan kuukir senyum di wajah bulatnya setiap hari.

Pasca dua bulan perceraian, ternyata aku tak bisa bernafas lega. Kurasakan ada yang aneh di perutku, seperti ada yang bergerak-gerak, aku flek berkepanjangan. Apa lagi sekarang?

Kuberanikan diri tuk memeriksa kondisiku ke dokter. Alangkah terkejutnya aku, begitu dokter menyatakan aku sedang hamil empat bulan. Padahal, selama ini aku selalu mens teratur dan sama sekali tak ada gejala hamil yang kurasakan.

Sempat berpikir tuk menggugurkan kandungan, kubeli obat dan jamu. Namun, bayiku ini kuat, imanku lah yang lemah. Kutangisi niat tercelaku, aku menyesal, sangat menyesal!

Sadar bahwa ini adalah anak dari calon suamiku, akupun mengabarinya perihal kandunganku. Di luar dugaanku, lelaki itu sangat bahagia dan antusias atas kehamilan ini. Ia memintaku tuk kembali bersama.

Perdebatan itu muncul di kepalaku. Rasa takut dan trauma masih sangat melekat. Namun, rasa kasihan pada anak-anakku kembali membuatku luluh. Alasan klasik kembali kutelan, 'Bertahan demi anak!'.

Seorang wanita hamil tidak diperbolehkan untuk melangsungkan pernikahan. Oleh karena itu, rencana pernikahan antara aku dan mantan suami harus diundur sampai aku melahirkan.

Diundurnya hari pernikahan, memberiku secercah harapan. Ada waktu bagiku tuk berpikir sekali lagi, tentang pantaskah hubungan ini dilanjutkan? Berubahkah ia?

Usia kandunganku sudah memasuki bulan ke delapan. Mantan suamiku tiba-tiba datang memberi kejutan, ia membawakan tas dan sepatu yang kutahu itu sangat mahal. Selama ini, ternyata ia bekerja keras. Aku sangat terharu.

Aku terasa diterbangkan sangat tinggi, lalu dijatuhkan begitu saja. Sangat menyakitkan!

Rasa haru itu tak bertahan lama. Di laman instagram miliknya, seorang wanita men-tag suamiku dan memamerkan tas dan sepatu mahal, yang mantanku baru saja berikan padanya.

Aku mulai bertanya-tanya, adakah buah manis yang dapat kupetik atas ?
Diubah oleh alfiaunsah 22-05-2021 04:09
Fh4zm1Avatar border
depata.prasetyaAvatar border
andrerain5Avatar border
andrerain5 dan 3 lainnya memberi reputasi
4
365
13
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan