Makan siang di gedung-gedung pemerintah itu adalah hal biasa, makan siang sambil bercengkrama itu itu memang sudah menjadi budaya. Tapi bagaimana bila makan siang bareng tersangka kasus red notice Djoko Tjandra, dimana yang menjadi tersangka adalah para Jenderal Polisi yang memiliki koneksi dan uang yang luar biasa. Kita tahu Brigadir Jenderal Prasetijo Utomo dan Inspektur Jenderal Napoleon Bonaparte, sedang terkena kasus red notice Djoko Tjandra.

Jangan kaget, ini bukan jamuan makan untuk para Jenderal kilah Kepala Kejaksaan Negeri Jakarta Selatan, Anang Supriatna namun sudah sesuai prosedural. Yup, bila dilihat dari kemanusiaan para tersangka siapapun orangnya harus diberi makan.



Tapi melihat secara luas, rakyat banyak lapar kok tutup mata? Kenapa tidak diberi makan? Terjadi ketidak adilan ketika para tersangka tidak ada jabatan apapun.

Mau berkelit seperti apapun, makan siang yang diatur seperti itu adalah jamuan seperti pelayanan makan kepada para tamu yang datang. Pantas saja negara kita tak sanggup berdiri di kaki sendiri, semua orang yang menjadi pejabat sibuk menggemukkan perut sendiri.

Polemik ini bisa dibilang sangat sederhana tetapi mempunyai pesan yang kuat, bila kamu punya jabatan, pangkat dan uang maka hukum itu tidak terasa.



Hukum akan terasa bila kamu adalah orang susah yang tak punya biaya, paling-paling dikeluarkan kembali dengan program asimilasi ala pak Yasona, apalagi kalau di dalam tahanan cuma bawa kolor ma baju saja, ya ambyar bakalan jadi tukang di suruh-suruh.

Ketidakadilan di pertontonkan secara terbuka, lantas berkelit bagaikan belut yang licin hingga apa yang terlihat adalah hal yang biasa.



Ketika Polisi menjadi bad cop, ini yang bikin pusing negara. Apalagi pangkat yang diemban bukan kaleng-kaleng Jenderal bray, minimal bertabur bintang siapa yang tak pusing bila kiprah mereka ternyata merugikan negara.

Apakah kita perlu pemimpin seperti Kim Jong Un, yang kerap membuat hukuman keras bagi perwira yang bermasalah. Korupsi dan suap menyuap di zaman reformasi semakin menggurita, dari level bawah hingga di atas asik menumpuk harta.

Ya sudahlah, sebagai rakyat kecil yang hanya punya Tuhan sebagai tempat mengadu hanya memohon jangan hantam tsunami dan bencana besar ke negeri ini. Karena kerusakan yang sudah mendarah daging di banyak pemimpin kami, semoga masih ada pemimpin yang bersih dari duniawi.



Lihat betapa besarnya Mesir, Romawi, Yunani, Mongolia, Uni Soviet, kini hancur hanya menyisakan banyak cerita sejarah. Akankah negeri elok ini akan tinggal menjadi cerita dongeng dimasa depan? Saya c4punk see u next thread.





"Nikmati Membaca Dengan Santuy"
--------------------------------------
Tulisan : c4punk@2020
referensi : klik
Pic : google