Kaskus

News

Lockdown666Avatar border
TS
Lockdown666
RI Getol Borong Vaksin Covid-19 dari China, Seaman Apa Sih?
RI Getol Borong Vaksin Covid-19 dari China, Seaman Apa Sih?

Jakarta, CNBC Indonesia - Demi mewujudkan Indonesia yang bebas Covid-19, pemerintah getol sekali menjajaki kerja sama dengan para pengembang vaksin global terutama dari China. Upaya lobi sana - sini pemerintah akhirnya membuahkan hasil dengan mengantongi sejumlah pasokan vaksin dari Negeri Panda. 

Per 2 Oktober 2020,ada 10 kandidat vaksin Covid-19 yang berada di uji klinis tahap akhir yakni fase 3. Empat dari sepuluh kandidat vaksin tersebut dikembangkan oleh China. Satu dikembangkan oleh Sinovac, dua oleh Sinopharm dan satu oleh CanSino Biologics.
Pengembangan vaksin China yang sangat progresif ini membuat banyak negara di dunia berlomba-lomba menempel China agar bisa kebagian jatah vaksin yang dianggap juru selamat itu, tak terkecuali RI. 

Kabar baiknya adalah kandidat-kandidat vaksin China itu siap dikirim ke RI mulai tahun ini dan tahun depan. Untuk tahun 2020, setidaknya ada 18,1 juta dosis vaksin baik yang sifatnya single maupun dual dose. 


Untuk tahun depan, RI sudah mengantongi komitmen dari ketiga pengembang vaksin China (Sinovac, Sinopharm dan CanSino Biologics) setidaknya 195 juta dosis. Komitmen China tersebut membuat RI bisa melaksanakan vaksinasi dengan lebih cepat.
Eits...tunggu dulu? Memangnya sudah aman? Memangnya masyarakat mau disuntik vaksin yang memang belum selesai uji klinis tahap tiga tersebut?

Sebenarnya menentukan indikator vaksin bisa diedarkan tidak hanya pada tingkat keamanannya saja tetapi juga efektivitasnya dalam memicu kekebalan tubuh dari patogen yang disasar.

Tiga kandidat vaksin China bisa masuk fase 3 atau akhir artinya sudah lewat uji klinis tahap 2. Hasilnya, ketiga vaksin tersebut mampu menginduksi pembentukan antibodi dan dilaporkan tidak memberikan dampak buruk kepada para relawan uji. 
Berikut ini adalah rangkuman hasil uji klinis tiga vaksin China yang diborong oleh RI


Pengembang Platform Vaksin Sampel Studi Hasil Uji Klinis Dipublikasikan di
Sinovac Inactivated Virus 600 orang Pemberian CoronaVac dengan dosis 3 µg/0.5 mL dan 6 µg/0.5 mL terbukti mampu menginduksi pembentukan antibodi penetral (Nab) hingga level 23.8 - 65.8. Rata-rata efek samping yang dirasakan oleh para relawan berupa nyeri di lokasi injeksi. medRxiv

Wuhan Insstitute of Biological Product/ Sinopharm Inactivated Virus Fase 1: 96 orang ; Fase 2 : 224 orang Pasca 14 hari injeksi mampu menghasilkan antibodi penetral. Vaksin COVID-19 yang dilemahkan ini memiliki tingkat efek samping yang rendah dan menunjukkan imunogenisitas. JAMA Nerwork

CanSino Biological Inc/Beijing Institute of Biotechnology Non-replicating viral vector 603 orang Vaksin COVID-19 vektor Ad5 pada partikel virus 5 × 1010 aman, dan menimbulkan respons imun yang signifikan di sebagian besar penerima setelah imunisasi tunggal. The Lancet

Sumber : CNBC Indonesia


Ya, apabila dilihat dari hasil uji klinis tahap sebelumnya memang menunjukkan hasil yang positif. Untuk uji klinis tahap 3 ini diharapkan bakal berakhir di September-Oktober 2021 untuk Sinovac dan Juli 2021 untuk kandidat vaksin CanSino Biological Inc.
Seharusnya vaksinasi baru bisa dilakukan ketika suatu vaksin sudah lolos uji klinis sampai tahap 3 dan mendapat izin dari otoritas kesehatan terkait dalam hal ini adalah BPOM.
Namun apabila dalam kondisi darurat akan dilakukan vaksinasi darurat seperti yang dilakukan di China, hal itu tentu beda cerita dan harus benar-benar dipertimbangkan risikonya. 
Lantas bagaimana respons masyarakat sendiri? Apakah ada kekhawatiran?
Sebuah studi yang dilakukan oleh peneliti lokal dan asing yang dipublikasikan di Jurnal Front Public Health 14 Juli 2020 dengan judul 'Acceptance of a COVID-19 Vaccine in Southeast Asia: A Cross-Sectional Study in Indonesia' menunjukkan bahwa 93,3% responden bersedia divaksinasi jika vaksinnya memiliki efektivitas sebesar 95%.

Namun jika vaksinnya hanya memiliki efektivitas sebesar 50% saja keberterimaan program vaksinasi menurun drastis menjadi hanya 67%. Studi tersebut dilakukan terhadap 1.359 responden.

Dari studi tersebut dapat disimpulkan bahwa publik dalam hal ini masyarakat Indonesia akan lebih susah menerima program vaksinasi jika vaksinnya memiliki efektivitas yang rendah.

Apalagi sejak tahun 2015-2019, kepercayaan masyarakat Indonesia terhadap vaksin cenderung drop. Studi yang dilakukan oleh de Figueiredo dkk yang dipublikasikan di jurnal the Lancet baru-baru ini menunjukkan bahwa kepercayaan masyarakat RI terhadap keamanan, urgensi dan efektivitas vaksin terus menurun.


sumur

https://www.cnbcindonesia.com/tech/2...seaman-apa-sih
nomoreliesAvatar border
nomorelies memberi reputasi
1
691
4
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan