- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Tabula Rasa-Malang #2 Cinta Pertama


TS
Rolemodel2020
Tabula Rasa-Malang #2 Cinta Pertama
CERITA CINTA PERTAMA
Seperti yang ane ceritakan, Friska itu cakep banget gan. Rambut ikal sebahu, kulit putih, tinggi semampai, pintar lagi. Siapa sih yang ga terbuai. Tapi yah itu, kaya cerita sinetron, Friska diam2 mengagumi laki2 di kampung halamannya. Padahal, tidak perlu jauh mencari, cowok2 kampus berderet memujanya. Friska santuy dan memilih untuk setia dengan lelaki yang dia cintai itu. Sebuat saja namanya Erik.
Erik kuliah di Bandung, mengambil jurusan yang sama dengan Friska. Awal rasa cinta itu, Friska sendiri yang bercerita. Diaminkan oleh Silvi yang diklaim sebagai saksi hidup cinta mereka.
Klasik gan, katanya waktu SMA, pas study tour ke museum di kota Jay*pur*, Friska duduk disamping Erik. Temen sekelas, saling kenal, tapi yah jarang komunikasi, kalapun saling sapa, ala kadarnya saja.
Nah, pas perjalan pulang naik bus, Friska capek banget dan ketiduran gan, ternyata ketidurannya di bahu si Erik dong. Eriknya anteng aja, tidak berusaha membangunkan Friska, begitu Friska bangun, justru Erik meminjamkan jaketnya sebagai pengganti selimut, supaya Friska ga kedinginan.
Semenjak saat itu, Friska jatuh hati dengan Erik.
Jaim dan malu, rasa itu tidak pernah di utarakan Friska sampe kelulusan tiba, dan mereka berpisah dong gan, yang satu ke Malang, yang satunya ke Bandung.
Terima kasih Fac*bo*k yang mempertemukan Friska dan Erik lagi. Sebenarnya Friska punya nomer Hpnya Erik, tapi jaim dong kirim pesan duluan, kalo lewat Fb kan lebih casual.
Percakapan diantara mereka berdua pun dimulai. Silvi dan ane tim hore dibelakang kisah mereka berdua.
Setelah 3 bulan intens 'surat-suratan', Erik berjanji mengunjungi kita di Malang. Tiga hari saja, kalau ga salah itu long weekend. Senang bukan kepalang, kita mulai lobby temen kampus cowok yang kali aja mau berbagi kamar dengan Erik selama dia tinggal di Malang. Lumayan uang hotel bisa kita pake ngopi2 di Batu.
Cocok, sahabat kampus ane, Irgo, bersedia berbagi kamar dengan Erik, dengan catatan, dua kali nasi lalapan gratis dari kita, aman pokoknya.
Kami sambut Erik dengan gembira, Silvi dan Friska kelihatan lebih kompak, karena memang temen sekelas dan bahasa pengantar mereka sama. Ane hanya berjabat tangan saja, sambil sembari memperkenalkan diri.
Kita ajak Erik keliling kota, alun2, shopping ke MTS, nonton bioskop sama2, trus makan lesehan di depan unibr**.
Erik kelihatan sangat menikmati kunjungan singkatnya, Friska juga terlihat bahagia bisa quality time dengan Erik.
Malam terkhir kita mengajak Erik mengunjungi kota batu, menikmati bandrek dan jagung bakar sambil memandang lampu kelap kelip dari perumahan warga.
Friska dan Silvi pamit ke toilet, meninggalkan aku dan Erik berdua.
'kita harap kamu datang lagi mengunjungi kita rik' kata ku
'beneran kamu pengen saya datang lagi?' katanya sambil tersenyum
'iyah dong, kita seneng kamu menyempatkan diri main ke Malang, next time kalo kita ke Bandung,wajib di servis bak sultan yah' kataku lagi
Erik mengangguk setuju sembari menyeruput bandreknya
'Ly...' katanya
'kamu kalo ke bandung, ngajak cowokmu ga?' tanyanya lagi
'aduhhh Erik, wajah begini mah permanen single' kataku sembari tertawa
Erik kemudian meletakkan bandreknya dan berkata lirih
'kalo gitu, ko sama aku saja'
Kaget dong saudara-saudara....itu bandrek anget ampe muncrat dari mulut ane.
Teringat bagaimana perjuangan maksimal Friska menunjukkan ketertarikannya dengan Erik. Bahkan naik ke Batu malam ini, Friska memberanikan diri untuk duduk diboncengan Erik. Silvi dan ane naik motor berboncengan.
Ane jadi teringat lagi, waktu kita makan di Pizzah*t, Friska memohon supaya Silvi dan ane pulang kekosan berdua, supaya Erik dan Friska bisa ngobrol hati kehati tanpa gangguan duo nyamuk ini.
Dengan gegap gempita dong kita jabanin semua permintaan Friska, tujuan kita, sebelum Erik cabut lagi ke Bandung, minimal hatinya bisa luluh melihat perjuangan Friska.
Dan sekarang, pada saat Friska kebelet pipis, Erik menyatakan cinta ke ane.
Ane beneran ga enak hati.
Jujur ane ga ada rasa ama Erik, tapi ane jadi tau kalo semua perjuangan Friska itu sia2.
Sambil melotot ane buru2 menjawab Erik
'aihhh pace, ko tra bisa liat ka kalo Friska ada hati sama ko'
Ane berharap Friska ga hanya pipis, tapi boker sekalian, jadi ane bisa agak lama memaki2 Erik
Erik mengerutkan kening, tanda tak percaya
'Friska sang tuan Putri ada rasa sama saya?' tanyanya lagi
Ane mengiyakan dengan cepat
'jadi bagaimana ini, ko masa tra liat, dia su buat macam2 to. Ajak nonton, ajak makan. Sa pu mata sampai sakit melihat' kata saya lagi
'ko buta kah??' kata ane tajam
Erik menunduk tak percaya
'ihh tapi saya tidak ada rasa, mau bagaimana' katanya lagi
Aduh, ane ga tau harus bagaimana gan, betul cinta tidak bisa dipaksa.
'ko tra bisa coba kah pace, ko kasih waktu dua bulan dulu, ko coba' kata saya lagi
Erik menggelengkan kepalanya, dia bilang Friska betul2 bukan wanita idamannya dan tidak mau menyianyiakan hati dan waktu. Justru tidak baik, katanya lagi.
Kami tidak bisa melanjutkan pembicaraan ini, karena Silvi dan Friska datang dari toilet.
Masih dengan wajah penuh cinta dong, Friska duduk disamping Erik.
Silvi duduk disamping ane, sambil berbisik.. 'tonight is the night ly, Friska mau bilang perasaannya dengan Erik'
Ane ga bisa banyak bicara, karena keadaan tidak memungkinkan.
Dan betul, bak sudah dirancang sedemikan rupa, Silvi mengeluh sakit perut dan minta diantar pulang ke kos2an.
Dengan 'tidak enak hati' kami pamit meninggalkan Friska dan Erik saja.
Waktu Erik mengantarkan ku ke parkiran, secepat kilat ane melemparkan kode melotot kearahnya sembari berbisik, Silvi masih di dalam warung berbincang dengan Friska , memberi support dan wejangan terakhir dengan dalih mengambil helm. malam ini harus sukses, titik! kata Silvi
'kau itu pejantan asli kan, kau coba dulu lah, kalo kau memang betul ..sampai akhir, rasa itu tidak ada,kau pergi baik2 jangan patahkan hatinya, pecah kepala kau nanti' kataku dengan logat sumatra.
Erik mengangguk, sembari mengucapkan selamat malam. Rencananya besok kami masih akan mengantar Erik ke stasiun Malang.
Sesampai di kamar kos, ane tidak bisa menceritakan hal ini dengan Silvi, ane masih bingung apa lebih bagus menutup rapat pengakuan Erik atau berterus terang dengan Silvi.
Akhirnya ane putuskan, lebih baik menunggu sampe Friska mengupdate kami dengan kelanjutan 'date'nya dengan Erik.
Silvi sudah terlelap tidur, jam juga sudah menunjukan jam setengah dua pagi. Ane mulai kuatir, kenapa Friska belum pulang2 juga.
Tadi pagi kami bertiga sudah menghadap ibu kos, meminta kelonggaran bisa malam ini, kunci cadangan pagar depan boleh kami pegang, alasannya kami akan menghadiri pesta ulang tahun saudara ku di Gondanglegi.
Sekitar jam dua, Friska menelpon hapeku, lima menit lagi dia sampe, katanya.
Cepat ane bangunkan Silvi, mana berani ane melewati lorong kos2an sendirian, mengingat cerita dan kejadian seram yang lalu2.
Ketika ane membuka pintu pagar, ane udah takut aja Friska bakal bersimbah airmata menangis sesegukan.
Kenyataannya beda, Friska terlihat sumringah, kami kembali saling berpamitan dengan Erik. Motor diparkir rapi, Erik juga sudah berjalan menuju kos2an Irgo yang berjarak hanya 300m. Pintu istana ditutup!
'kami jadiaaaaaannnn' kata Friska sambil memeluk ku erat
Ane bengong dong yah, Silvi ikut menari2 dengan riang, cepat2 aku memberi komando supaya kami lebih tenang, sebelum semua penghuni baik yang kasat mata maupun yang tidak kasat mata terbangun.
Masih tidak percaya, ane berjalan beriringan menuju kamar kos.
'bagaimana cerita lengkapnya ska?' tanya Silvi
Ane pun ikut penasaran.
'jadi kita lagi nunggu roti bakar pesananku' kata Friska
'tiba-tiba Erik tanya apa kita juga mau mengunjungi dia di Bandung next time'
'trus sa jawab, pastinya, tapi dia wajib ajak kita jalan-jalan keliling bandung'
'dia bilang, no problem teman'
'trus dia tanya, apa saya datang dengan cowok ka, ato sendiri saja'
'saya kaget, trus saya bilang, saya masih single bemooooo!!!ehhh dia tembak dong'
'Dia bilang, ya sudah ko sama saya saja kah'
Mendengar cerita yang bak dejavu, ane bahagia bercampur bingung.
Ini pace player sejatikah ato dia memang ikutin saran ane jadi pejantan tangguh.
Tapi intinya, ane senang melihat perjuangan Friska akhirnya tidak sia2, dan hanya berharap cinta yang ditawarkan Erik memang tulus.
Keesokan harinya, pada saat kita mengantar Erik di stasiun Malang, ane menyempatkan diri berbicara empat mata dengan dia. Lagi-lagi Friska kebelet pipis, dan minta ditemani Silvi.
'selamat yah rik, sudah resmi dengan Friska' kataku
Erik mendesah lirih
'ko yang suruh to, semoga senang teman' katanya lagi
Ane merasa tidak puas dengan jawaban Erik sekaligus tidak enak hati
'aih pace, ko jangan begitu, kemaren malam aku bilang, kalo memang tidak suka, OK, tapi kau bilang baik2. jangan sampe Friska sakit hati'
Erik terdiam
Ane jadi tambah ga enak
'ya sudah, sa minta maaf, kalo ko jadi merasa tertekan' kata ane lagi
Erik masih diam
Ane jadi ga enak plus gusar, kembali ane berharap semoga Friska ga hanya kebelet pipis tapi sekalian boker juga, jadi agak lamaan.
'Ly, sa tidak ada harapan kah dengan ko' katanya
Ane kaget dan secepat kilat memastikan kiri kanan, kalo Silvi dan Friska bener2 belum kembali ke spot kami.
'maaf jo pace, lagian mana mungkinlah, masa tiga hari saja kita langsung naksir2an, Friska sudah berbulan2 loh suka'
Belum sempat ane panjang lebar berceramah, Friska dan Silvi udah terlanjur menampakkan batang hidungnya
KA yang ditunggu sampai, Erik berjalan menuju gerbong tujuannya, disamping Erik sudah pasti Friska, ane dan Silvi berjalan perlahan dari belakang.
Ane yakin apa yang ada dibenak Silvi berbeda dengan yang ada di benak ane. Erik menyalam dan memeluk Friska dan Silvi bergantian.
Giliran ane, Erik memegang tangan ane erat, mencondongkan bibirnya ke telinga ane, sembari berbisik
'ko perempuan sejati to, ko coba dulu lah, kalo memang sampai akhir.. rasa itu tidak ada, kau pamit baik2, jangan buat sa pu hati patah'
Dan Erikpun pergi
Friska dan Silvi mendesak ane, tentu mereka pengen tahu apa yang dibisikkan Erik ketelingaku.
Tak sanggup ane mengatakan yang sebenarnya gan, akhirnya ane bilang aja, Erik meminta ane buat menjaga Friska baik2 sampai kita bertemu lagi di Bandung. kedua pemirsah tepuk tangan bahagia, ane manyun dalam hati saja.
Friska dan Erik jadian selama 6bulan, kita belum sempat mengunjungi bandung, mereka sudah putus duluan.
Dan sampai hari ini, ane tidak pernah tau dimana dan bagaimana kabar Erik lagi.
ane tidak akan pernah lupa percakapan kami di stasiun Malang, dengan segala kerendahan dan ketulusan hati, ane berdoa semoga Erik sehat dan bahagia dengan wanita pujaannya. mungin dengan keluarga kecilnya. terima kasih sudah menjadi bagian dari cerita di tabula rasa hidupku rik! raise the glass for you!
'kau itu pejantan asli kan, kau coba dulu lah, kalo kau memang betul sampai akhir rasa itu tida ada,kau pergi baik2 jangan patahkan hatinya, pecah kepala kau nanti'
'ko perempuan sejati to, ko coba dulu lah, kalo memang sampai akhir rasa itu tidak ada, kau pamit baik2, jangan buat sa pu hati patah'
Disclaimer: maafkan logat ane yang mungkin tidak pas dengan logat asli Papua, ane menulis yang ane ingat aja gan. Tidak ada unsur sara, ini hanya cerita saja.
Next time, ane post lagi, Tabula rasa chapter malang dengan kisah yang lainnya... Stay tuned
.
salam rolemodel 2020

Seperti yang ane ceritakan, Friska itu cakep banget gan. Rambut ikal sebahu, kulit putih, tinggi semampai, pintar lagi. Siapa sih yang ga terbuai. Tapi yah itu, kaya cerita sinetron, Friska diam2 mengagumi laki2 di kampung halamannya. Padahal, tidak perlu jauh mencari, cowok2 kampus berderet memujanya. Friska santuy dan memilih untuk setia dengan lelaki yang dia cintai itu. Sebuat saja namanya Erik.
Erik kuliah di Bandung, mengambil jurusan yang sama dengan Friska. Awal rasa cinta itu, Friska sendiri yang bercerita. Diaminkan oleh Silvi yang diklaim sebagai saksi hidup cinta mereka.
Klasik gan, katanya waktu SMA, pas study tour ke museum di kota Jay*pur*, Friska duduk disamping Erik. Temen sekelas, saling kenal, tapi yah jarang komunikasi, kalapun saling sapa, ala kadarnya saja.
Nah, pas perjalan pulang naik bus, Friska capek banget dan ketiduran gan, ternyata ketidurannya di bahu si Erik dong. Eriknya anteng aja, tidak berusaha membangunkan Friska, begitu Friska bangun, justru Erik meminjamkan jaketnya sebagai pengganti selimut, supaya Friska ga kedinginan.
Semenjak saat itu, Friska jatuh hati dengan Erik.
Jaim dan malu, rasa itu tidak pernah di utarakan Friska sampe kelulusan tiba, dan mereka berpisah dong gan, yang satu ke Malang, yang satunya ke Bandung.
Terima kasih Fac*bo*k yang mempertemukan Friska dan Erik lagi. Sebenarnya Friska punya nomer Hpnya Erik, tapi jaim dong kirim pesan duluan, kalo lewat Fb kan lebih casual.
Percakapan diantara mereka berdua pun dimulai. Silvi dan ane tim hore dibelakang kisah mereka berdua.
Setelah 3 bulan intens 'surat-suratan', Erik berjanji mengunjungi kita di Malang. Tiga hari saja, kalau ga salah itu long weekend. Senang bukan kepalang, kita mulai lobby temen kampus cowok yang kali aja mau berbagi kamar dengan Erik selama dia tinggal di Malang. Lumayan uang hotel bisa kita pake ngopi2 di Batu.
Cocok, sahabat kampus ane, Irgo, bersedia berbagi kamar dengan Erik, dengan catatan, dua kali nasi lalapan gratis dari kita, aman pokoknya.
Kami sambut Erik dengan gembira, Silvi dan Friska kelihatan lebih kompak, karena memang temen sekelas dan bahasa pengantar mereka sama. Ane hanya berjabat tangan saja, sambil sembari memperkenalkan diri.
Kita ajak Erik keliling kota, alun2, shopping ke MTS, nonton bioskop sama2, trus makan lesehan di depan unibr**.
Erik kelihatan sangat menikmati kunjungan singkatnya, Friska juga terlihat bahagia bisa quality time dengan Erik.
Malam terkhir kita mengajak Erik mengunjungi kota batu, menikmati bandrek dan jagung bakar sambil memandang lampu kelap kelip dari perumahan warga.
Friska dan Silvi pamit ke toilet, meninggalkan aku dan Erik berdua.
'kita harap kamu datang lagi mengunjungi kita rik' kata ku
'beneran kamu pengen saya datang lagi?' katanya sambil tersenyum
'iyah dong, kita seneng kamu menyempatkan diri main ke Malang, next time kalo kita ke Bandung,wajib di servis bak sultan yah' kataku lagi
Erik mengangguk setuju sembari menyeruput bandreknya
'Ly...' katanya
'kamu kalo ke bandung, ngajak cowokmu ga?' tanyanya lagi
'aduhhh Erik, wajah begini mah permanen single' kataku sembari tertawa
Erik kemudian meletakkan bandreknya dan berkata lirih
'kalo gitu, ko sama aku saja'
Kaget dong saudara-saudara....itu bandrek anget ampe muncrat dari mulut ane.
Teringat bagaimana perjuangan maksimal Friska menunjukkan ketertarikannya dengan Erik. Bahkan naik ke Batu malam ini, Friska memberanikan diri untuk duduk diboncengan Erik. Silvi dan ane naik motor berboncengan.
Ane jadi teringat lagi, waktu kita makan di Pizzah*t, Friska memohon supaya Silvi dan ane pulang kekosan berdua, supaya Erik dan Friska bisa ngobrol hati kehati tanpa gangguan duo nyamuk ini.
Dengan gegap gempita dong kita jabanin semua permintaan Friska, tujuan kita, sebelum Erik cabut lagi ke Bandung, minimal hatinya bisa luluh melihat perjuangan Friska.
Dan sekarang, pada saat Friska kebelet pipis, Erik menyatakan cinta ke ane.
Ane beneran ga enak hati.
Jujur ane ga ada rasa ama Erik, tapi ane jadi tau kalo semua perjuangan Friska itu sia2.
Sambil melotot ane buru2 menjawab Erik
'aihhh pace, ko tra bisa liat ka kalo Friska ada hati sama ko'
Ane berharap Friska ga hanya pipis, tapi boker sekalian, jadi ane bisa agak lama memaki2 Erik
Erik mengerutkan kening, tanda tak percaya
'Friska sang tuan Putri ada rasa sama saya?' tanyanya lagi
Ane mengiyakan dengan cepat
'jadi bagaimana ini, ko masa tra liat, dia su buat macam2 to. Ajak nonton, ajak makan. Sa pu mata sampai sakit melihat' kata saya lagi
'ko buta kah??' kata ane tajam
Erik menunduk tak percaya
'ihh tapi saya tidak ada rasa, mau bagaimana' katanya lagi
Aduh, ane ga tau harus bagaimana gan, betul cinta tidak bisa dipaksa.
'ko tra bisa coba kah pace, ko kasih waktu dua bulan dulu, ko coba' kata saya lagi
Erik menggelengkan kepalanya, dia bilang Friska betul2 bukan wanita idamannya dan tidak mau menyianyiakan hati dan waktu. Justru tidak baik, katanya lagi.
Kami tidak bisa melanjutkan pembicaraan ini, karena Silvi dan Friska datang dari toilet.
Masih dengan wajah penuh cinta dong, Friska duduk disamping Erik.
Silvi duduk disamping ane, sambil berbisik.. 'tonight is the night ly, Friska mau bilang perasaannya dengan Erik'
Ane ga bisa banyak bicara, karena keadaan tidak memungkinkan.
Dan betul, bak sudah dirancang sedemikan rupa, Silvi mengeluh sakit perut dan minta diantar pulang ke kos2an.
Dengan 'tidak enak hati' kami pamit meninggalkan Friska dan Erik saja.
Waktu Erik mengantarkan ku ke parkiran, secepat kilat ane melemparkan kode melotot kearahnya sembari berbisik, Silvi masih di dalam warung berbincang dengan Friska , memberi support dan wejangan terakhir dengan dalih mengambil helm. malam ini harus sukses, titik! kata Silvi
'kau itu pejantan asli kan, kau coba dulu lah, kalo kau memang betul ..sampai akhir, rasa itu tidak ada,kau pergi baik2 jangan patahkan hatinya, pecah kepala kau nanti' kataku dengan logat sumatra.
Erik mengangguk, sembari mengucapkan selamat malam. Rencananya besok kami masih akan mengantar Erik ke stasiun Malang.
Sesampai di kamar kos, ane tidak bisa menceritakan hal ini dengan Silvi, ane masih bingung apa lebih bagus menutup rapat pengakuan Erik atau berterus terang dengan Silvi.
Akhirnya ane putuskan, lebih baik menunggu sampe Friska mengupdate kami dengan kelanjutan 'date'nya dengan Erik.
Silvi sudah terlelap tidur, jam juga sudah menunjukan jam setengah dua pagi. Ane mulai kuatir, kenapa Friska belum pulang2 juga.
Tadi pagi kami bertiga sudah menghadap ibu kos, meminta kelonggaran bisa malam ini, kunci cadangan pagar depan boleh kami pegang, alasannya kami akan menghadiri pesta ulang tahun saudara ku di Gondanglegi.
Sekitar jam dua, Friska menelpon hapeku, lima menit lagi dia sampe, katanya.
Cepat ane bangunkan Silvi, mana berani ane melewati lorong kos2an sendirian, mengingat cerita dan kejadian seram yang lalu2.
Ketika ane membuka pintu pagar, ane udah takut aja Friska bakal bersimbah airmata menangis sesegukan.
Kenyataannya beda, Friska terlihat sumringah, kami kembali saling berpamitan dengan Erik. Motor diparkir rapi, Erik juga sudah berjalan menuju kos2an Irgo yang berjarak hanya 300m. Pintu istana ditutup!
'kami jadiaaaaaannnn' kata Friska sambil memeluk ku erat
Ane bengong dong yah, Silvi ikut menari2 dengan riang, cepat2 aku memberi komando supaya kami lebih tenang, sebelum semua penghuni baik yang kasat mata maupun yang tidak kasat mata terbangun.
Masih tidak percaya, ane berjalan beriringan menuju kamar kos.
'bagaimana cerita lengkapnya ska?' tanya Silvi
Ane pun ikut penasaran.
'jadi kita lagi nunggu roti bakar pesananku' kata Friska
'tiba-tiba Erik tanya apa kita juga mau mengunjungi dia di Bandung next time'
'trus sa jawab, pastinya, tapi dia wajib ajak kita jalan-jalan keliling bandung'
'dia bilang, no problem teman'
'trus dia tanya, apa saya datang dengan cowok ka, ato sendiri saja'
'saya kaget, trus saya bilang, saya masih single bemooooo!!!ehhh dia tembak dong'
'Dia bilang, ya sudah ko sama saya saja kah'
Mendengar cerita yang bak dejavu, ane bahagia bercampur bingung.
Ini pace player sejatikah ato dia memang ikutin saran ane jadi pejantan tangguh.
Tapi intinya, ane senang melihat perjuangan Friska akhirnya tidak sia2, dan hanya berharap cinta yang ditawarkan Erik memang tulus.
Keesokan harinya, pada saat kita mengantar Erik di stasiun Malang, ane menyempatkan diri berbicara empat mata dengan dia. Lagi-lagi Friska kebelet pipis, dan minta ditemani Silvi.
'selamat yah rik, sudah resmi dengan Friska' kataku
Erik mendesah lirih
'ko yang suruh to, semoga senang teman' katanya lagi
Ane merasa tidak puas dengan jawaban Erik sekaligus tidak enak hati
'aih pace, ko jangan begitu, kemaren malam aku bilang, kalo memang tidak suka, OK, tapi kau bilang baik2. jangan sampe Friska sakit hati'
Erik terdiam
Ane jadi tambah ga enak
'ya sudah, sa minta maaf, kalo ko jadi merasa tertekan' kata ane lagi
Erik masih diam
Ane jadi ga enak plus gusar, kembali ane berharap semoga Friska ga hanya kebelet pipis tapi sekalian boker juga, jadi agak lamaan.
'Ly, sa tidak ada harapan kah dengan ko' katanya
Ane kaget dan secepat kilat memastikan kiri kanan, kalo Silvi dan Friska bener2 belum kembali ke spot kami.
'maaf jo pace, lagian mana mungkinlah, masa tiga hari saja kita langsung naksir2an, Friska sudah berbulan2 loh suka'
Belum sempat ane panjang lebar berceramah, Friska dan Silvi udah terlanjur menampakkan batang hidungnya
KA yang ditunggu sampai, Erik berjalan menuju gerbong tujuannya, disamping Erik sudah pasti Friska, ane dan Silvi berjalan perlahan dari belakang.
Ane yakin apa yang ada dibenak Silvi berbeda dengan yang ada di benak ane. Erik menyalam dan memeluk Friska dan Silvi bergantian.
Giliran ane, Erik memegang tangan ane erat, mencondongkan bibirnya ke telinga ane, sembari berbisik
'ko perempuan sejati to, ko coba dulu lah, kalo memang sampai akhir.. rasa itu tidak ada, kau pamit baik2, jangan buat sa pu hati patah'
Dan Erikpun pergi
Friska dan Silvi mendesak ane, tentu mereka pengen tahu apa yang dibisikkan Erik ketelingaku.
Tak sanggup ane mengatakan yang sebenarnya gan, akhirnya ane bilang aja, Erik meminta ane buat menjaga Friska baik2 sampai kita bertemu lagi di Bandung. kedua pemirsah tepuk tangan bahagia, ane manyun dalam hati saja.
Friska dan Erik jadian selama 6bulan, kita belum sempat mengunjungi bandung, mereka sudah putus duluan.
Dan sampai hari ini, ane tidak pernah tau dimana dan bagaimana kabar Erik lagi.
ane tidak akan pernah lupa percakapan kami di stasiun Malang, dengan segala kerendahan dan ketulusan hati, ane berdoa semoga Erik sehat dan bahagia dengan wanita pujaannya. mungin dengan keluarga kecilnya. terima kasih sudah menjadi bagian dari cerita di tabula rasa hidupku rik! raise the glass for you!

'kau itu pejantan asli kan, kau coba dulu lah, kalo kau memang betul sampai akhir rasa itu tida ada,kau pergi baik2 jangan patahkan hatinya, pecah kepala kau nanti'
'ko perempuan sejati to, ko coba dulu lah, kalo memang sampai akhir rasa itu tidak ada, kau pamit baik2, jangan buat sa pu hati patah'
Disclaimer: maafkan logat ane yang mungkin tidak pas dengan logat asli Papua, ane menulis yang ane ingat aja gan. Tidak ada unsur sara, ini hanya cerita saja.
Next time, ane post lagi, Tabula rasa chapter malang dengan kisah yang lainnya... Stay tuned

salam rolemodel 2020

0
219
0


Komentar yang asik ya


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan