Kaskus

News

mabdulkarimAvatar border
TS
mabdulkarim
Ketua TGPF Intan Jaya: Kalau Kami Tak Datang Maka Laporan Tidak Objekti
Ketua TGPF Intan Jaya: Kalau Kami Tak Datang Maka Laporan Tidak Objekti
Merdeka.com - Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) Intan Jaya merampungkan investigasi kasus penembakan terhadap Pendeta Yeremia Zanambani serta anggota TNI di Kabupaten Intan Jaya, Papua. Sebanyak 25 saksi dimintai keterangan demi mendapat titik terang kasus tersebut.

Selama beberapa hari melakukan investigasi, tim dipimpin Irjen (Purn) Benny Jozua Mamoto ini bukan tanpa halangan. Mereka sempat mendapat serangan diduga berasal dari Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB).

Akibat serangan tersebut Bambang Purwoko, salah satu anggota tim TGPF, tertembak pada bagian pergelangan kaki. Kemudian satu prajurit TNI sekaligus anggota Satgas Apter Sertu Faisal Akbar mengalami luka tembak di pinggang. Mereka kini sedang mendapat penanganan khusus di RSUD Sugapa dan RSPAD Jakarta.

Kondisi di Intan Jaya diakui Benny memang masih mencekam. Semua anggota tim terlibat dalam investigasi ini bahkan harus memakai rompi anti peluru dan mendapat pengawalan ketat.

Ketua harian Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) itu menceritakan kondisi menegangkan di Intan Jaya ketika tim TGPF melakukan investigasi kasus penembakan Kepada jurnalis merdeka.com Ronald Chaniago, Selasa kemarin. Berikut petikannya:

Kondisi Intan Jaya yang Masih Mencekam
Bagaimana kondisi terakhir setelah TGPF Intan Jaya melakukan investigasi terhadap kasus kontak senjata yang menewaskan Pendeta Yeremia dan seorang anggota TNI?

Kondisi terakhir kami meninggalkan Sugapa Intan Jaya masih rawan karena maskapai pesawat yang akan kita pakai juga diancam sehingga kami ganti menggunakan helikopter TNI yang ada senjatanya. Di Hitadipa setelah kami pulang keesokan harinya juga terjadi serangan tembakan sehingga masyarakat berlindung di kantor Koramil Persiapan.

Saya dapat info dari Kapolsek bahwa di belakang Polsek Sugapa juga terjadi penembakan. Jadi serangan tembakan memang membuat masyarakat takut beraktifitas.

Ketua TGPF Intan Jaya: Kalau Kami Tak Datang Maka Laporan Tidak Objekti

Ada cerita menarik apa selama Anda dan tim melakukan investigasi kasus kontak senjata ini?

Sejak awal kami akan masuk Intan Jaya memang sudah menerima info tentang kerawanan serangan KKB sehingga kami minta bantuan pengamanan ekstra ketat dan kami diwajibkan mengikuti SOP yang berlaku, termasuk menggunakan helm dan rompi anti peluru yang cukup berat, sekitar 10 kg, khususnya bagi anggota tim yang belum pernah merasakan beban seperti itu.

Kami memang tidak mengira dengan pengawalan ketat tersebut ternyata mereka masih juga menembak kami. Saat kejadian penembakan kami beriringan mobil yang dikawal ketat, termasuk dengan motor dan anggota yang ditempatkan di titik-titik tertentu.

Seperti apa kejadian serangan yang menimpa salah seorang anggota TGPF saat melakukan investigasi?

Saya bersama Bupati ada di mobil urutan ketiga. Begitu bunyi tembakan maka kami semua diminta turun dan tiarap di samping mobil. Hal itu terjadi tiga kali.

Saat agak reda kami mendapat info bahwa teman kami Pak Bambang Purwoko terkena tembakan dan juga Sersan Faisal yang kondisinya cukup parah. Korban langsung dievakuasi ke Puskesmas Sugapa untuk diberikan pertolongan pertama sebelum kmd dibawa ke RSPAD Jakarta.

Kejadian itu memang membuat shock dan takut tapi hanya sesaat, karena kami dapat melanjutkan perjalanan dengan kondisi jalan yang sudah datar sehingga bisa lebih cepat di banding saat berada di tanjakan di lokasi penembakan.

Kami memang sempat mendapat masukan sejak dari Jakarta dan di Timika tentang kondisi di Hitadipa dan perjalanan menuju Hitadipa.

Oleh sebab itu, kami minta bantuan ke Danrem dan Satgas yang ada di Sugapa untuk memberikan pengamanan ekstra karena kami harus melihat lansung TKP (tempat kejadian perkara) dan merekonstruksi peristiwanya bersama saksi-saksi. Hal ini sangat penting karena kami harus mengumpulkan data dan informasi langsung dari lapangan (data primer).

Itu menjadi pengalaman menarik bagi anggota tim yang blm pernah mengalami kondisi seperti itu.

Dalam mendalami kasus kontak senjata yg menewaskan seorang pendeta dan TNI, siapa saja tokoh maupun saksi yang TGPF ditemui?

Kami memeriksa saksi yang datang ke TKP, istri korban, tenaga medis yang ikut datang melihat korban, anggota TNI yang bertugas di daerah Hitadipa, khususnya yang saat itu bertugas karena pagi harinya ada kasus penembakan terhadap Sersan Sahlan yang wajahnya dibacok dengan parang sehingga saat evakuasi diperlukan pengamanan ekstra. Kami mendatangi tiga TKP di Hitadipa.

Ketika mendatangi keluarga korban, apa yang TGPF bicarakan dengan mereka? Adakah permintaan khusus?

Kalau Tim TGPF tidak datang ke TKP maka laporannya tidak akan obyektif. Mengapa? karena di antara anggota tim kami ada perwakilan dari pihak yang mengadukan kasus ini ke Presiden.

Untuk kepentingan transparansi maka kami berikan akses seluas-luasnya bertanya dan mengklarifikasi atas info yang mereka terima sehingga masalahnya jadi terang.

Pemeriksaan saksi di kota berbeda dengan di pedalaman. Kami kesulitan bahasa maka kami meminta bantuan anggota tim yang berasal dari sana dan memang satu gereja dengan korban sehingga lebih mudah meyakinkan dan lebih dipercaya.

Para saksi memang perlu diberi penjelasan yang lengkap dan clear soal hukum dan proses hukum, arti pentingnya otopsi dan BAP. Dengan pendekatan kultural tersebut maka akhirnya para saksi mau menandatangani BAP dan keluarga memberikan izin auotopsi.

https://www.merdeka.com/khas/ketua-t...ny-mamoto.html
OPM hanya mau TGPF yang disi orang asing dan perwakilan PBB. kalau perlu ada Veronica Koman dan nanti disambut lagu kayak gini:



[ltr]"Jangan diam, Papua!" oleh Ilalang Zaman[/ltr]
[ltr]Sa mo bebas, terbang lepas[/ltr]
[ltr]Mace, hari ini penindasan rantai kaki tangan kami[/ltr]
[ltr]Pace, hari ini kerakusan rudapaksa bumi kami[/ltr]
[ltr]Kaka, esok hari kuingin senyum tawa datang lagi[/ltr]
[ltr]Kaka, esok hari bintang kejora sambut mentari pagi ini[/ltr]
[ltr]Rendah sudah kini harga diri, sabar tak berarti lagi[/ltr]
[ltr]Diam sama saja mati!

Biar makin dramatisir bahwan pelakunya TNI emoticon-Belo

yang menarik dari keterangan  TGPF bahwa daerah TKP masyarakatnya masih kesulitan bahasa Indonesia dan masyarakat, khususnya keluarga masih takut untuk koperatif . Dari berita versi Suara Papua  sebulan yang lalu, ketika kejadian masyarakat berlarian ke hutan karena ketakutan[/ltr]

nomoreliesAvatar border
muhamad.hanif.2Avatar border
muhamad.hanif.2 dan nomorelies memberi reputasi
2
513
1
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan