- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
4. Warna Waktu - #30HaggieBercerita


TS
agnarra
4. Warna Waktu - #30HaggieBercerita
Disarankan untuk mendengarkan Cardigan - Taylor Swift, sambil membaca part ini,
terima kasih
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Si penyihir pengabul mimpi, tiba-tiba meminta jeda.
Jeda agar tidak bekerja sebagai pelindung dari anak tersebut.
Hanya beberapa jam, namun cukup menyiksa.
Menyita waktu tidur si anak lak-laki, memikirkan apa jadinya dia tanpa penyihir pengabul mimpi.
Dicobanya menguatkan diri dengan menyambungkan pembuluh darah dengan akar di dataran, agar kembali bercahaya, namun yang ditampilkan cahaya, adalah warna biru.
Kesedihan.
Penyihir pengabul mimpi ingin marah kepada anak laki-laki, saat mereka berjanji esok hari di meja segi lima, di kota satelit, milik peri bayangan.
Anak laki-laki pun ingin melakukan yang sama, memarahi dan memaki penyihir pengabul mimpi, atas siksaan tersirat yang dilakukannya.
Mereka berdua, menahan segala ego dan amarah.
Tidak jadi marah dan maki.
Berusaha membuat jernih segala asa dan hati.
Membuat jernih kembali, apa yang dialirkan emosi kepada masing-masing intuisi.
Nyatanya, waktu tidak menyembuhkan, namun bicara dan cakap, penyihir pengabul mimpi dan anak laki-laki bersama-sama pergi ke utara.
Untuk menemukan kawan baru, agar mereka bisa sejenak lupa atas masalah yang dihadapinya.
Dan seolah, bisa mendapatkan penyelesaian dari kawan baru, yaitu pasukan peri hutan.
Menyebarkan tawa.
Mengalirkan udara.
Memberikan cinta.
Agar dua rasa yang hampir hilang, kembali dihadirkan secara sadar.
Hingga waktu penyihir pengabul mimpi, dan anak laki-laki,
kembali berwarna.
terima kasih
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Si penyihir pengabul mimpi, tiba-tiba meminta jeda.
Jeda agar tidak bekerja sebagai pelindung dari anak tersebut.
Hanya beberapa jam, namun cukup menyiksa.
Menyita waktu tidur si anak lak-laki, memikirkan apa jadinya dia tanpa penyihir pengabul mimpi.
Dicobanya menguatkan diri dengan menyambungkan pembuluh darah dengan akar di dataran, agar kembali bercahaya, namun yang ditampilkan cahaya, adalah warna biru.
Kesedihan.
Penyihir pengabul mimpi ingin marah kepada anak laki-laki, saat mereka berjanji esok hari di meja segi lima, di kota satelit, milik peri bayangan.
Anak laki-laki pun ingin melakukan yang sama, memarahi dan memaki penyihir pengabul mimpi, atas siksaan tersirat yang dilakukannya.
Mereka berdua, menahan segala ego dan amarah.
Tidak jadi marah dan maki.
Berusaha membuat jernih segala asa dan hati.
Membuat jernih kembali, apa yang dialirkan emosi kepada masing-masing intuisi.
Nyatanya, waktu tidak menyembuhkan, namun bicara dan cakap, penyihir pengabul mimpi dan anak laki-laki bersama-sama pergi ke utara.
Untuk menemukan kawan baru, agar mereka bisa sejenak lupa atas masalah yang dihadapinya.
Dan seolah, bisa mendapatkan penyelesaian dari kawan baru, yaitu pasukan peri hutan.
Menyebarkan tawa.
Mengalirkan udara.
Memberikan cinta.
Agar dua rasa yang hampir hilang, kembali dihadirkan secara sadar.
Hingga waktu penyihir pengabul mimpi, dan anak laki-laki,
kembali berwarna.
0
249
0
Thread Digembok
Thread Digembok
Komunitas Pilihan