Kaskus

News

masramidAvatar border
TS
masramid
Kena Batunya, Jerman Bereaksi Keras dan Ultimatum Raja Thailand, Berkat .............
Kena Batunya, Jerman Bereaksi Keras dan Ultimatum Raja Thailand, Berkat Aksi Mahasiswa 21 Tahun

Minggu, 11 Oktober 2020 12:05


Kena Batunya, Jerman Bereaksi Keras dan Ultimatum Raja Thailand, Berkat .............
twitter@PixelHELPER

Kena Batunya, Jerman Bereaksi Keras dan Ultimatum Raja Thailand, Berkat Aksi Mahasiswa 21 Tahun. Projektor menampilkan gambar Raja Thailand yang dianggap penjahat HAM di Bundestag (Parlemen) Jerman 

Kena Batunya, Jerman Bereaksi Keras dan Ultimatum Raja Thailand, Berkat Aksi Mahasiswa 21 Tahun

Akhirnya Jerman bereaksi keras menyikapi kasus Raja Thailand yang memerintah negaranya dari villa di Jerman.

Raja Maha Vajiralongkon tinggal di villa mewah di Jerman dan menjalankan tahta kerajaannya hingga memicu protes di Thailand dan di Jerman sendiri.

Menteri Luar Negeri Jerman Heiko Maas menyatakan, dia meminta Raja Thailand untuk tak menggelar kegiatan pemerintahan di negara mereka.

Maas menegaskannya saat menjawab anggota Bundestag (parlemen Jerman) dari Partai Hijau, di mana Raja Maha Vajiralongkon tengah mengalami gejolak di negerinya.

"Kami telah menegaskan politik yang menyangkut Thailand tidak boleh digelar di tanah Jerman," ujar Maas dalam rapat dengar parlemen Rabu (7/10/2020).

Sang menlu menyatakan, dia mengibaratkan jika ada tamu yang sampai memerintah di negaranya, maka mereka bakal berusaha mencegahnya.

Respons Maas itu muncul setelah ribuan orang berunjuk rasa dalam beberapa bulan terakhir, di mana mereka menyerukan reformasi monarki.


Kena Batunya, Jerman Bereaksi Keras dan Ultimatum Raja Thailand, Berkat .............

Raja Thailand Maha Vajiralongkorn memegang anjing bersaama dengan selirnya Sineenat Wongvajirapakdi. (Thailand Royal Office)

Dilansir Reuters Kamis (8/10/2020), massa berniat membatasi kekuasaan Raja Thailand, mendesak Perdana Menteri Prayuth Chan-O-Cha mundur, reformasi konstitusi dan pemilihan baru.

Politisi Partai Hijau Frithjof Schmidt kemudian menanyakan kepada Maas mengenai unjuk rasa yang dilakukan di hotel tempat Raja Vajiralongkon menginap.

Selain itu, Frithjof juga mendiskusikan apakah Berlin siap untuk membuka ruang diskusi dengan Uni Eropa mengenai pembekuan perjanjian dagang.

Dalam pandangan Frithjof, pembekuan itu diperlukan selama junta yang menguasai "Negeri Gajah Putih" masih menghalangi demokrasi.

Uni Eropa dilaporkan sempat menghentikan hubungan dengan Bangkok pada 2014, menyusul kudeta yang mengantarkan Prayuth ke kekuasaan pada 2014.

Setelah itu, mereka baru memulihkan hubungan lima tahun berselang setelah Prayuth kembali mengamankan posisinya dalam pemilu.

Maas kemudian menjawab bahwa membekukan negosiasi adalah 'pilihan".

Namun, dia berujar alangkah baiknya jika mereka memberi tahu Thailand dulu.

Baik pihak istana maupun pemerintahan PM Prayuth sama sekali tak memberikan tanggapan atas pernyataan yang keluar dari Menlu Maas.

Raja Vajiralongkon menggantikan ayahnya, Raja Bhumibol Adulyadej, yang meninggal pada 2016.

Namun, dia lebih banyak menghabiskan waktu di Jerman.

Para pengunjuk rasa sudah mengeluhkan biaya yang harus ditanggung negara karena sang raja tinggal di luar negeri, dan absen di rumahnya sendiri.

Sebelumnya aktivis Thailand menggelar aksi protes di kediaman Raja Maha Vajiralongkorn di Jerman.

Aksi protes aktivis di Thailand di Jerman adalah memasang plakat bertuliskan "negara milik rakyat" di depan villa Raja Maha pada Jumat (25/9/2020).

Pada Minggu (20/9/2020), plakat serupa juga sempat dipasang di lapangan sebelah Istana Kerajaan di Bangkok.

Namun plakat tersebut dicopot sehari setelah dipasang.

Dilansir dari Channel News Asia, di tengah hujan lebat, penyelenggara protes Junya Limprasert dari Act4Dem membacakan surat kepada raja.

Dia menyerukan lebih banyak demokrasi dan mengatakan rakyat Thailand tidak menginginkan seorang raja yang menghabiskan sebagian besar waktunya di Jerman.

"Kami ingin raja menyerahkan takhta, kami ingin raja berhenti melecehkan rakyat Thailand," teriak Junya di luar vila Raja Maha di Tutzing, Jerman.

Kedutaan Besar Thailand di Berlin tidak dapat dihubungi untuk dimintai komentar.

Sementara itu, Istana Kerajaan Thailand tidak memberikan komentar dan tidak memberikan tanggapan atas aksi unjuk rasa di Thailand.

Para pengunjuk rasa mulai berani menantang monarki Thailand, melanggar tabu yang sudah lama ada, dengan menuntut reformasi monarki sejak Agustus.

Kena Batunya, Jerman Bereaksi Keras dan Ultimatum Raja Thailand, Berkat .............

Projektor menampilkan protes di villa Raja Thailand tinggal di Jerman (twitter@PixelHELPER)

Seruan reformasi monarki semakin bergema dalam aksi unjuk rasa yang dihadiri oleh puluhan ribu rakyat Thailand akhir pekan lalu di Bangkok.

Jagad media sosial Thailand juga tak kalah ramainya. Tanda pagar (tagar)

#RepublicofThailand menjadi tren di Thailand pada Jumat setelah parlemen menunda menanggapi permintaan pengunjuk rasa untuk perubahan konstitusi.

Plakat simbolis yang dipasang di pot bunga di depan vila Raja Maha menyerupai salah satu plakat yang dipasang di dekat Istana Kerajaan di Bangkok akhir pekan lalu.

Raja Maha telah naik takhta sejak 2016 tetapi menghabiskan sebagian besar waktunya di Jerman, tempat putranya yang berusia 15 tahun bersekolah.

Gaya hidup sang raja telah lama menjadi makanan bagi tabloid Jerman, bahkan ketika dia masih menjadi Putra Mahkota.

Sementara di Thailand, kehidupan glamour Raja Maha di Jerman tidak dimuat di media arus utama di negara tersebut.

Pasalnya, di Negeri “Gajah Putih” undang-undang lese majeste menetapkan hukuman penjara hingga 15 tahun bagi siapa pun yang menghina monarki.

Pengunjuk rasa Thailand mengeluh tentang biaya dan gaya hidup raja mereka Eropa serta ketidakhadirannya dari kerajaan.

Para pengunjuk rasa di Thailand berusaha untuk mengurangi kekuasaan raja di bawah konstitusi dan juga untuk menghilangkan kendali langsung atas kekayaan kerajaan senilai puluhan miliar dollar AS dan beberapa unit tentara.

Sosok Mahasiswa 21 Tahun  

Seorang tokoh di balik protes monarki Thailand adalah Panusaya Sithijirawattankul seorang mahasiswa berusia 21 tahun.

Dengan belasan ribu orang menghadiri sebuah unjuk rasa baru-baru ini tidak jauh dari Grand Palace di Bangkok, Panusaya menyampaikan protes terhadap sistem politik dan kerajaan yang ada saat ini di Thailand.

Di depan layar besar yang memancarkan gambarnya Panusaya, akrab dipanggil Rung, berbicara dalam unjuk rasa terbesar anti-sistem kerajaan sejak tahun 2014 ketika Jenderal Prayuth Chan-O-Cha mengambil alih kekuasaan lewat kudeta.

"Kita memiliki ideologi yang sama, niat yang sama, tujuan yang sama: mengakhiri rezim Prayuth, dan melakukan reformasi terhadap kerajaan, bukankah begitu?" katanya yang disambut meriah oleh peserta unjuk rasa.

Tanpa rasa takut terhadap aturan hukum yang melarang warga menghina raja, Rung dengan suara lantang mengatakan keinginannya agar keluarga kerajaan memiliki kuasa lebih sedikit di dunia politik.

"Saya memutuskan untuk berbicara karena kalau kita tidak berani mengatakannya, perubahan tidak akan terjadi," kata Rung kepada ABC.

"Saya tidak takut masuk penjara," kata dia.

Kena Batunya, Jerman Bereaksi Keras dan Ultimatum Raja Thailand, Berkat .............
Panusaya Sithijirawattankul (facebook)

Meskipun mengatakan hal tersebut, Rung bersikeras mengatakan bahwa dia tidaklah menghina kerajaan.

"Kita tidak ingin menghancurkan institusi. Usulan kami adalah reformasi, bukan revolusi."

Hukuman penjara antara tiga sampai 15 tahun mungkin bisa dijalani pegiat muda ini bila dinyatakan bersalah oleh undang-undang yang dalam bahasa Inggris disebut lese majeste law.

Beberapa orang telah ditangkap dan kemudian dibebaskan dengan jaminan berkenaan dengan protes lain selama dua bulan terakhir.

Rung mengatakan bahwa waktunya akan segera tiba.

"Saya pasti akan ditahan di satu hari nanti karena perintah penahanan sudah dikeluarkan," katanya.

"Apa yang harus saya lakukan adalah melakukan perencanaan apa yang akan saya kerjakan sebelum dan sesudah penahanan, sehingga gerakan ini tidak berhenti ketika saya atau pemimpin lain tidak ada lagi." 

" Harry Potter" dan "The Hunger Games" jadi simbol protes Gerakan anti monarki yang dipimpin oleh para mahasiswa ini sudah mulai bergerak sejak Juli dengan beberapa unjuk rasa dilakukan tiap minggu.

Pemimpin unjuk rasa mulai dengan tiga tuntutan: parlemen dibubarkan, konstitusi diubah, dan diakhirinya penekanan terhadap pegiat oposisi.

Setelah raja Thailand yang sekarang berkuasa pada 2016, istana meminta adanya perubahan dalam undang-undang dasar yang memberinya kuasa lebih besar dalam keadaan darurat.

Raja sekarang sudah secara pribadi berkuasa atas beberapa unit militer dan aset istana bernilai puluhan miliar dolar.

"Politik Thailand tidak berkembang sama sekali, hanya terjadi lingkaran setan. Kudeta, pemilu, kudeta, pemilu," kata Rung.

"Bila kita ingin kehidupan lebih baik, harus ada sistem politik yang bagus. Jadi kita harus memperbaiki masalahnya."

Bulan Agustus lalu, sebuah kelompok mengadakan protes menggunakan tema Harry Potter melawan "Seseorang yang tidak bisa disebut namanya", karena adanya larangan menyebut nama Raja Thailand Maha Vajiralongkorn.

Mengangkat tiga jari dari film The Hunger Games juga dilakukan di unjuk rasa sebagai simbol demokrasi.

Di akhir Agustus, para pengunjuk rasa mulai terang-terangan menyampaikan tuntutan mereka termasuk mengurangi kuasai Raja dalam soal konstitusi, polisi, angkatan bersenjata, dan dana publik dan penghapusan UU Lese Majeste.

Adalah Rung yang naik ke panggung dalam salah satu unjuk rasa guna membacakan manifesto politik berisi 10 hal tuntutan untuk pertama kalinya.

"Massa dengan penuh semangat mendukung pernyataan itu," katanya.

"Sulit dipercaya bahwa masyarakat Thailand, yang sudah ditekan begitu lamanya, menjadi begitu berani. Saya juga terkejut dengan diri sendiri yang begitu berani untuk berbicara."

Menurut Rung dalam bilangan jam sesudahnya, dia kemudian diikuti oleh polisi berpakaian preman.

"Mereka memantau saya dari luar asrama, dan kadang mengikuti saya dengan mobil ketika saya keluar," katanya.

"Mereka menghilang sebentar, tetapi kembali lagi beberapa hari lalu."

Warga Thailand terkejut dengan tuntutan radikal para pengunjuk rasa Pegiat muda ini mengatakan bahwa orangtuanya takut dan khawatir akan keselamatannya.

"Mereka mengatakan bahwa kalau gerakan ini menentang pemerintah boleh-boleh saja, tetapi meminta saya tidak berbicara menentang kerajaan," katanya.

"Saya mengatakan kepada mereka bahwa saya tidak bisa melakukan hal tersebut, karena itulah akar permasalahannya, dan kalau kita tidak menyelesaikan masalah monarki, tidak bisa menyelesaikan masalah lain. Saya harus menyebutnya."

Beberapa generasi lebih tua mendukung gerakan mahasiswa ini, kata Kanokrat Lertchoosakul dosen ilmu politik dari Chulalongkorn University di Bangkok. Yang lain mengatakan "terkejut" bahwa para mahasiswa berani meminta bahwa "institusi yang sakral, tidak bisa disentuh dan penuh dicintai" ini harus melakukan reformasi. "Tuntutan ini merupakan tuntutan paling radikal dalam sejarah politik Thailand," kata Dr Lertchoosakul.

"Generasi yang lebih tua tidak berani berbicara mengenai apa yang mereka pikirkan. Apakah kita suka atau benci mengenai sesuatu, kami hanya menyimpan dalam. Inilah ajaran yang kami terima dari kecil."

Artikel ini dikompilasi dari Kompas.com dengan judul "Menteri Jerman Larang Raja Thailand Memerintah dari Negara Mereka", "Mulai Berani Pertanyakan Raja Thailand, Anak Muda Ini Jadi Sorotan", "Demo di Depan Vila Raja Thailand, Aktivis Pasang Plakat "Negara Milik Rakyat""=

https://medan.tribunnews.com/2020/10...1-tahun?page=4
tepsuzotAvatar border
AdejailaniAvatar border
jazzcousticAvatar border
jazzcoustic dan 2 lainnya memberi reputasi
3
2.1K
17
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan