- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
2. Marah Terdiam - #30HaggieBercerita


TS
agnarra
2. Marah Terdiam - #30HaggieBercerita
Disarankan untuk mendengarkan Raisa - Bahasa Kalbu, sambil membaca part ini, terima kasih.
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Sang penyihir pengabul mimpi, kembali membuat ulah yang manis.
Dia mengumpulkan Antares, Grafias, dan Dschubba untuk menerangi malam si anak laki-laki tersebut.
Anak laki-laki pun bahagia bukan main.
Seperti banyak kupu-kupu hinggap berkeliaran di sekitar perutnya malam itu.
Menggelitik secara kasat mata, membuatnya tersenyum tanpa paksaan.
Tiga bintang dikumpulkan, ternyata si penyihir punya alasan.
Dia punya tugas baru, sebuah tugas suci baru untuk penyihir pengabul mimpi.
Sang anak bertanya sambil menujuk Antares, "Kamu harus pergi penyihir?"
Penyihir menjawab sambil mengayun tongkatnya, membuat ketiga bintang tersebut membentuk rasi Banyak Angrem. Lalu ketiga bintang tersebut berteriak "Belum saatnya kami berasi! Ini masih waktunya sigma librae untuk mengorbit!"
Ternyata, hal itu dilakukan penyihir untuk mengalihkan desakan jawaban atas pertanyaan anak tersebut.
"Aku pergi, kamu ikut" jawab penyihir tegas dan singkat.
Sang anak menangis, marah.
Dia teringat bahwasanya, akar cahaya yang ditanamkan oleh peri hutan atas dirinya, sudah semakin kuat dan bertahta dengan gagah menembus dirinya, sehingga dirinya terikat kepada dataran ia berpijak.
Sang anak tidak menjawab apapun, namun hanya membuka jubahnya, menunjukkan cahaya yang mengalir dari venanya, menyambungkan dirinya dengan seluruh dataran, membuat semua lapisan menjadi terang.
Sang anak tersenyum. Sang penyihir mengerti.
Tiba-tiba, petir menyambar.
Membuat ketiga bintang yang dipanggil untuk menghibur si anak, pergi berlarian kembali ke galaksi.
Sang penyihir bingung, berputar-putar di meja persegi panjang.
Sang anak mendekat, namun ada sekat.
Seperti dinding kasat mata yang membuatnya tidak bisa mendekati penyihir lebih jauh lagi.
Terdengar sang penyihir pengabul mimpi bergumam,
"Aku sudah melakukannya, tapi mengapa petir menyambar"
"Aku sudah menjaganya, namun mengapa ini tidak cukup"
"Apa aku sudah membahagiakannya dengan benar?"
"Apa kekuatanku ini kutukan atau memang keistimewaan?"
"Apa aku akan diambil kekuatannya oleh para dewa? Sehingga aku akan menjadi tanah lagi?"
"Aku ingin kembali saja ke lubang pohon dimana aku sebagai tanah berasal"
"Aku takut aku melakukannya dengan tidak benar"
Gumaman itu didengar oleh sang anak.
Padahal, bahagia sang anak, sudah cukup dengan kehadiran penyihir pengabul mimpi.
Sang anak hanya bisa tersenyum namun tetap terdiam.
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Sang penyihir pengabul mimpi, kembali membuat ulah yang manis.
Dia mengumpulkan Antares, Grafias, dan Dschubba untuk menerangi malam si anak laki-laki tersebut.
Anak laki-laki pun bahagia bukan main.
Seperti banyak kupu-kupu hinggap berkeliaran di sekitar perutnya malam itu.
Menggelitik secara kasat mata, membuatnya tersenyum tanpa paksaan.
Tiga bintang dikumpulkan, ternyata si penyihir punya alasan.
Dia punya tugas baru, sebuah tugas suci baru untuk penyihir pengabul mimpi.
Sang anak bertanya sambil menujuk Antares, "Kamu harus pergi penyihir?"
Penyihir menjawab sambil mengayun tongkatnya, membuat ketiga bintang tersebut membentuk rasi Banyak Angrem. Lalu ketiga bintang tersebut berteriak "Belum saatnya kami berasi! Ini masih waktunya sigma librae untuk mengorbit!"
Ternyata, hal itu dilakukan penyihir untuk mengalihkan desakan jawaban atas pertanyaan anak tersebut.
"Aku pergi, kamu ikut" jawab penyihir tegas dan singkat.
Sang anak menangis, marah.
Dia teringat bahwasanya, akar cahaya yang ditanamkan oleh peri hutan atas dirinya, sudah semakin kuat dan bertahta dengan gagah menembus dirinya, sehingga dirinya terikat kepada dataran ia berpijak.
Sang anak tidak menjawab apapun, namun hanya membuka jubahnya, menunjukkan cahaya yang mengalir dari venanya, menyambungkan dirinya dengan seluruh dataran, membuat semua lapisan menjadi terang.
Sang anak tersenyum. Sang penyihir mengerti.
Tiba-tiba, petir menyambar.
Membuat ketiga bintang yang dipanggil untuk menghibur si anak, pergi berlarian kembali ke galaksi.
Sang penyihir bingung, berputar-putar di meja persegi panjang.
Sang anak mendekat, namun ada sekat.
Seperti dinding kasat mata yang membuatnya tidak bisa mendekati penyihir lebih jauh lagi.
Terdengar sang penyihir pengabul mimpi bergumam,
"Aku sudah melakukannya, tapi mengapa petir menyambar"
"Aku sudah menjaganya, namun mengapa ini tidak cukup"
"Apa aku sudah membahagiakannya dengan benar?"
"Apa kekuatanku ini kutukan atau memang keistimewaan?"
"Apa aku akan diambil kekuatannya oleh para dewa? Sehingga aku akan menjadi tanah lagi?"
"Aku ingin kembali saja ke lubang pohon dimana aku sebagai tanah berasal"
"Aku takut aku melakukannya dengan tidak benar"
Gumaman itu didengar oleh sang anak.
Padahal, bahagia sang anak, sudah cukup dengan kehadiran penyihir pengabul mimpi.
Sang anak hanya bisa tersenyum namun tetap terdiam.
Diubah oleh agnarra 06-10-2020 20:51


bukhorigan memberi reputasi
1
310
0
Thread Digembok
Thread Digembok
Komunitas Pilihan