dosenpendidikan.co.id


Apa kabar, GanSis?

Mari kita membahas sesuatu secara objektif ☕

Setiap orang yang beragama akan menganggap bahwa agama yang dianutnya adalah benar. Itu bukan suatu masalah. Yang jadi masalah adalah saat kebenaran yang dianut membuat seseorang merendahkan oranglain yang tidak se-keyakinan, baik secara verbal maupun tindakan.

Ane tidak habis pikir, akhir-akhir ini masih saja ada orang yang sebenarnya memiliki pemahaman agama yang dangkal, tetapi 'belagu', mengaku paling beriman, mengaku paling suci, hingga sampai menganggap orang yang berbeda atau berseberangan keyakinan maupun pemikiran dengannya dianggap bodoh, kafir, atau apapun itu sebutannya.

Padahal, jika saja perbedaan itu bisa kita sikapi dengan bijak hingga dapat menciptakan sebuah harmoni serta kerukunan, bukankah sebuah perbedaan menjadi indah?

Itulah yang dinamakan sikap toleransi, yang seharusnya mengalir dalam darah kita semua sebagai generasi garuda bersemboyan Bhineka Tunggal Ika.

Seperti tercermin dalam 3 foto sederhana berikut, sederhana tetapi cukup mampu membuat hati tersentuh.


1. Selebrasi 3 agama


bbc.com

Sudah menjadi suatu kebiasaan, saat sebuah tim sepak bola sukses mencetak gol dalam pertandingan di lapangan hijau, mereka akan melakukan suatu perayaan kecil atau istilahnya selebrasi.

Seperti yang dilakukan oleh 3 pemain Bali United saat bertanding melawan Perseru Serui dalam laga Liga I di Stadion Kapten I Wayan Dipta, Balipada 2017 lalu, yang tertangkap kamera.

Namun, yang membuat potret dalam selebrasi tersebut menjadi mengharukan dan bikin hati tersentuh adalah 3 pemain Bali United melakukan selebrasi keberagaman, meski berbeda keyakinan, tetapi berbaris berdampingan mensyukuri pencapaian.

3 pemain tersebut adalah Ngurah Nanak yang beragama hindu, Yabes Roni yang beragama kristen, dan Miftahul Hamdi yang beragama islam.

Begitu adem melihatnya.

Mereka berbaris berdampingan, Nanak menangkupkan tangan ke atas di depan dahi, Yabes berlutut sembari mencium kedua tangan, sementara Miftahul bersujud syukur dengan kepala menyentuh rumput lapangan.

Ini adalah potret toleransi yang sangat menyentuh.


2. Biksu bantu pria berwudlu


bbc.com

Terdapat sumur berada di belakang sebuah vihara, dan tanpa sengaja seorang fotografer bernama Ivan Mardiansyah yang bekerja untuk koran Lombok Pos, melihat seorang biksu berjubah oranye menuangkan ember berisi air yang digunakan seorang pria berpeci serta bersarung untuk membasuh wajah juga kakinya (wudhu).

Foto tersebut Ivan ambil pada bulan mei 2018 lalu, di desa Bentek Lombok Utara, sebuah desa yang memang terkenal dengan 3 agama (islam, hindu, & buddha) yang hidup berdampingan secara rukun.

Ivan sendiri mengaku jika peristiwa tersebut terjadi dengan cepat sehingga kualitas foto yang ia ambil tidak terlalu bagus sebab buru-buru, tetapi ia tetap membagikannya ke sosial media untuk menunjukkan potret toleransi yang ada di Indonesia.


3. 2 anak pebulutangkis


tribunnews.com

Hendra Setiawan dan Muhammad Ahsan adalah ganda putra bulutangkis asal Indonesia yang berjuluk The Daddies. Julukan tersebut disematkan lantaran keduanya sama-sama telah berkeluarga dan menjadi ayah. Hendra dengan 3 orang anak, sementara Ahsan dengan 2 orang anak.

Meski mereka berbeda keyakinan, tetapi mereka tetap kompak serta sportif. Bukan hanya mereka, bahkan anak-anak mereka pun tampak akrab.

Salah satu potret yang cukup mengharukan dan membuat hati tersentuh adalah pada saat Hendra dan Ahsan melakoni kejuaraan bulutangkis Indonesia Masters 2020 di Istora Senayan, di mana Richelle Setiawan (anak Hendra) sedang khusyuk berdoa dan, di sebelah kanan adalah Maritza Chayra Ahsan (anak Ahsan) yang juga khusyuk berdoa. Mereka berdoa bersama, meski berbeda keyakinan dan berbeda cara, sepertinya mendoakan ayah mereka.

Potret yang sederhana, tetapi cukup menyentuh hati.

Dari 3 foto sederhana di atas, kita bisa menarik pelajaran jika toleransi adalah seauatu yang semestinya kita jaga.

Tidak peduli anda seorang muslim, kristiani, hindu, atau yang lainnya, kerukunan musti tetap digalakkan dan kerukunan tersebut tidak perlu disangkutpautkan dengan kepentingan politik, tetapi murni sebagai sesama manusia.

Perbedaan keyakinan adalah sesuatu yang diyakini dalam hati masing-masing dan diamalkan masing-masing. Sementara toleransi berarti tidak memaksakan orang lain yang berbeda keyakinan untuk menganut keyakinan kita, tidak merendahkan dan menghina agama lain/orang yang berkeyakinan berbeda, serta tidak melarang orang yang menganut agama lain untuk beribadah.

Cukup jelas, kan, perbedaannya?

Jadi, tidak perlulah anti dengan simbol-simbol keagamaan dari keyakinan yang berbeda, sebab itu adalah wujud toleransi yang tidak akan menciderai keyakinan selama keyakinan dalam hati seseorang tetap terpelihara.

Wassalam, salam sejahtera, om swastiastu, namo buddhaya, salam kebajikan, Agan dan Sista .....