Selamat Datang GANSIS!





sumber gambar dari Instagram/@wmswestbike

Hai semuanya, dalam tulisan kali ini yuki mau bahas soal Tegal. Sebuah daerah yang cukup terkenal dengan khas dialeg bahasanya. Semua wilayah emang punya dialeg masing-masing. Menurut yuki, Tegal sangat kental sih dialeg dan aksen masyarakatnya.

Tegal ada di Provinsi Jawa Tengah dan mayoritas merupakan suku Jawa. Kalo kalian pernah lewat jalur Pantura pasti ngelewatin daerah Tegal. Sepanjang jalan juga lu bakalan ngeliat beberapa rumah makan dengan nama "Warteg". Familiar banget ya Warteg bagi kita semua. Buat yang belum tau, Warteg itu identik dengan tempat makan atau warung makan. Masalahnya kenapa sih kok disebut Warteg?


sumber gambar dari Instagram/@makanancilacap

Warteg sendiri punya kepanjangan Warung Tegal. Terus alasannya identik sama sebuah tempat warung makan kenapa ya? Sebenernya menurut sejarah dulu sekitar tahun 1960-an, ada pembangunan besar-besaran di Jakarta. Nah momen ini dimanfaatkan oleh para perantau dari Tegal. Mereka banyak yang mengadu nasib sebagai kuli bangunan demi memenuhi kebutuhan hidup. Terus istri dari para pekerja tersebut ikut ngebantu dengan maksud dapetin penghasilan tambahan lah yang lumayan gitu buat makan. Pada saat itu jualan nasi ponggoldi tempat atau wilayah sekitar proyek pembangunan. Mungkin juga bermaksud menyediakan sumber energi buat para pekerja bangunan, biar gak susah nyari jajanan.


sumber gambar dari Instagram/@kulinertegal

Nasi ponggol sendiri merupakan makanan khas Tegal dari zaman ke zaman. Karakteristiknya makanan ini yaitu nasi dengan lauk sambal tempe dan tahu yang dibungkus menggunakan daun pisang. Rasanya enak dan murmer alias murah meriah, sehingga para kuli bangunan jadiin nasi ponggol sebagai makanan favorit saat bekerja. Penjual nasi ponggol akhirnya percaya diri dan mulai serius dengan usaha makanannya. Lalu berlanjut sampe membuat warung makanan yang lauknya mulai bervariasi. Terus karena yang bikin warung juga orang-orang Tegal dan berawal dari makanan khas Tegal, makanya dinamakan Warung Tegal atau Warteg.

Seiring berkembangnya masa, sekitar tahun 1990-an warung makanan Tegal ini udah menyebar keluar. Jadi gak cuma di dalam wilayah proyek aja seperti masa-masa dulu. Warteg menjadi sebuah usaha yang lumayan untuk dijalankan. Dengan karakteristiknya yang masih sederhana dan tentu murah meriah. Makanya sekarang kita tau Warteg itu adalah tempat makan atau warung makan yang lauknya masakan rumah dan sederhana banget.


sumber gambar dari Instagram/@jakartafoodexplore

Sampe sekarang pun kalo orang-orang nyebut tempat makan atau rumah makan yang sederhana gitu, kebanyakan dengan penggunaan "Warteg". Soalnya pola pikir orang-orang atau masyarakat Indonesia udah terbiasa dengan keberadaan Warteg. Walaupun tempat rumah makan tersebut gak menggunakan embel-embel Warteg, tetep aja dipanggilnya Warteg. Soalnya yuki juga bisa paham secara spesifik kalo lagi ngomongin rumah makan yang sederhana dengan penggunaan "Warteg". Sebenernya ini merupakan fonema dalam bahasa, "Warteg" udah menjadi majas yang namanya metonimia. Majas ini merupakan pemakaian label tertentu untuk menggantikan nama dari sesuatu dalam sebuah kalimat. Jadi masyarakat akan menyebut label "Warteg" untuk menamai rumah makan yang terlihat sederhana.


sumber gambar dari Instagram/@okkyadam

Pemilihan kata "Warteg" juga membuat percakapan dan kalimat lebih efisien. Ketika membicarakan rumah makan yang terlihat sederhana, cukup dengan menggunakan kata "Warteg" untuk menggambarkannya. Jadi gak perlu menjelaskan secara detail tentang keadaan tempat makan tersebut. Begitu deh alasannya Warteg identik sama tempat makan, dimulai dari sejarahnya dulu sampe kebiasaan masyarakat yang menjadikan "Warteg" sebagai salah satu majas metonimia cuy.