[Coc Reg Klaten] Mengajarkan Hidup Bersih, Tempat Wisata Ini Dibayar Dengan Sampah, Patut Ditiru!



Jika saya ditanya hal apa yang saya ketahui tentang kota Klaten, atau apa saja yang menarik tentang kota Klaten ini? Sudah pasti, seperti banyak orang pada umumnya, yang suka wisata kuliner pasti akan memburu kuliner khas Klaten, begitupun yang suka travelling, yang diburu adalah tempat-tempat wisatanya.



Saat Jakarta diberlakukan PSBB jilid II, sudah pasti berdampak bagi perekonomian warganya. Dengan new normal, saya sudah bisa bernafas lega, tetapi harus sesak kembali dengan adanya PSBB jilid II ini, bukan karena virus tetapi karena bosan di rumah saja.



Semoga pandemi ini segera berakhir, sehingga kita semua dapat bernafas dengan lega, ekonomi lancar, keuangan pun lancar, sehingga dapat refreshing ke kota idaman kamu para pencinta travelling.


Selain kepenatan dengan kondisi seperti ini, ada hal yang menarik selama pandemi ini, bisa dikatakan kita dituntut untuk hidup bersih, melakukan 3M (Mencuci Tangan, Memakai Masker, dan Menjaga Jarak), semoga setelah pandemi ini berakhir, 3M tetap dilaksanakan, karena kebiasaan hidup sehat itu perlu.


Akan tetapi yang saya sesalkan, kesadaran untuk membuang sampah pada tempatnya itu sangat minim, kebetulan rumah mertua dekat sungai, di mana pinggiran sungai tersebut banyak sekali sampah, jadi ketika banjir, sampah-sampah berserakan di jalanan.



Lain hal di Kota Klaten, tepatnya di aliran Sungai Pusur dengan nama River Tubing Pusur Adventure yang terletak di Dukuh Wareng, Desa Wangen, Kecamatan Polanharjo, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah.



Sebelum menjadi tempat wisata, dahulunya Sungai Pusur ini sama dengan sungai dekat rumah mertua, maupun sungai-sungai yang ada di Jakarta, banyak warganya yang membuang sampai ke sungai.


Dilansir Tempo.Co (15 Mei 2019) akhirnya, Komunitas River Tubing Pusur Adventure atau RTPA melakukan kerja bakti untuk membersihkan sampah-sampah yang menjadi penyebab berkembang biaknya jentik-jentik nyamuk penyebab demam berdarah yang melanda warga Desa Wangen sisi timur, termasuk Dukuh Jragan, pada tahun 2013.


Berawal hanya sekitar desa yang terkena wabah demam berdarah, akhirnya gerakan bersih-bersih berlanjut ke desa-desa lainnya, terus sampai ke sungai-sungai.


Gerakan bersih-bersih sungai didokumentasikan, lalu share ke media sosial, banyak mata elang netizen yang tertarik dengan gerakan yang dilakukan komunitas RTPA dan para pemuda desa tersebut, saat itulah Sungai Pusur menjadi salah satu destinasi wisata di Kota Klaten.


Sejak tahun 2018, wisata air Sungai Pusur menggunakan sampah untuk pembayarannya, sudah pasti bukan sekadar sampah ya gansis.



Sampah yang bisa di daur ulang, jika sampah yang kita bawa ketika ditimbang kurang dari Rp. 50.000,- barulah kita membayarnya dengan sejumlah uang, cukup unikkan?



Kalau saya travelling ke sana, sepertinya tidak memungkinkan dari rumah harus membawa sampah, karena muatan akan sesak dengan bawaan baju ganti, maupun snack-snack yang dibawa, tetapi tempat wisata ini perlu ditiru, agar sungai-sungai yang ada di Jakarta, bisa dijadikan tempat wisata dan Jakarta terbebas dari air bah. Aamiin.


Tempat wisata Tubing Watu Kapu cocok sekali bagi kaskuser yang suka andrenalinnya terpacu, suka kekompakan, dan yang pasti berbasah-basahan.