Pengalaman Unik yang Pernah Terjadi Waktu di Solo


Sumber gambar klik di sini


Halo gansis yang budiman, welcome in my thread.


Membahas keunikan dari berbagai kota yang ada di Indonesia, khususnya kota Solo Hadiningrat, tentu bukan hal mudah bagi kebanyakan orang. Termasuk juga yang terjadi pada saya.

Sebagai orang dengan garis keturunan orang Jawa, terlebih warga negara Indonesia. Tentu kita sama-sama tahu, bahwa negara kita memiliki banyak budaya, ragam etnik, hingga keunikan-keunikan lain yang sama beragamnya di seluruh daerah nusantara.

Soal keunikan-keunikan inilah, pada kesempatan kali ini, saya mau berbagi sedikit tentang bagaimana pengalaman saya selama dua hari berada di Solo. Terlebih, saya bukanlah orang asli sana.


Sumber gambar klik di sini

Ini adalah Gapura Makutha. Salah satu gapura yang menjadi pembatas antar kota di daerah Solo sejak tahun 2011 silam. Konon, proyek ini telah menghabiskan dana Rp 3,7 miliar dan dibangun selama kurang lebih 120 hari saja.

Kenapa saya membahas ini? Sebab dalam waktu singkat juga, saya hanya sempat melihatnya dari kejauhan. Melintasi jalan raya yang memanjang dari batas kota Semarang hingga masuk kota Surakarta, Solo.

Awalnya, saya pun dibuat bingung. Hingga sampai di tempat tujuan, agensi yang membawa saya ke Solo pun bilang, "Kita sudah sampai Surakarta, Mbak. Sementara saya ngurus dokumen, Mbak boleh jalan-jalan di sekitaran sini saja, ya?"

Saya mengangguk. Membayangkan betapa luasnya kota Solo dengan keanekaragaman yang tentu dimilikinya selama ini.

Ada aneka batik Solo yang sampai sekarang masih menjadi salah satu ikon yang tak pernah lekang termakan zaman.


Sumber gambar klik di sini


Perempuan-perempuan cantik dan laki-laki tampan yang jelas terlihat rapi, anggun, serta berwibawa dengan balutan batik Solo.


Sumber gambar klik di sini

Serta aneka makanan yang pastinya seger dan dijamin ngiler meski sekadar membayangkannya.


Sumber gambar klik di sini

Membuat saya semakin terlarut dalam angan. Hingga sebuah panggilan dari salah satu agensi yang ada di ruangan tempat saya disuruh menunggu pun, hampir saja terabaikan.

"Kamu sedang ngalamunin apa, Mbak?"

"Saya gak ngalamunin apa-apa, Bu. Hanya saja kepikiran betapa indahnya kota Solo ini, ya?" ungkapku membuat pernyataan.

Solo, memang sebegitu indah dan cantiknya, bukan?

Setelah berjalan proses yang menguras tenaga, akhirnya pembuatan passport oleh pihak agensi segera berakhir.

"Kita jalan-jalan di Solo sebentar, ya?"

"Boleh, Pak. Mau ke mana kita?" tanyaku kala itu sekadar memastikan.

"Ikuti saja," katanya sambil mengarahkan kemudi mobil menuju Bandara Adi Soemarmo, Solo.


Sumber gambar klik di sini

Ini bukan foto saya saat berada di sana. Tapi di depan ini jugalah, saya hanya bisa berujar, "Ngapain kita ke sini?"

"Saya sudah bilang, kita jalan-jalan sebentar."

Saya hanya diam. Memandang deretan kapal terbang yang masih stay di bandara tersebut seraya menerawang.

'Kapan, ya, saya bisa naik kapal terbang?'


Sumber gambar klik di sini


"Ngelamun lagiii ... hayuk pulang!" ajak agensi yang sudah membawa dua buah plastik hitam ukuran sedang.

"Bawa apa, Pak?" tanyaku memberanikan diri daripada menanggung penasaran.

"Bawa makanan. Kamu lapar, tho? Hayuk silakan dimakan. Itu makanan khas Solo. Dijamin halal!"

"Makasih, Pak. Saya makan, ya?"

"Iya, Mbak. Monggo, monggo, duluan."

Saya membuka beberapa makanan yang telah dibungkus dengan daun pisang.

"Yang ini enak, Pak," pujiku sambil terus fokus ke makanan. Hahaha.

Di perjalanan pulang, saya kembali dibuat heran.

"Itu acara karnaval, Pak?"

"Iya, lihat, deh! Cantik dan keren-keren, 'kan?"


Sumber gambar klik di sini

"Iya, mereka keren. Sebelas dua belas sama kota Semarang."

"Solo memang selalu demikian, Mbak."

"Benarkah?"

"Tentu saja. Mereka selalu bangga dengan produk lokal. Mengedepankan budaya sendiri, batik, bahasa, adat-isitiadat, semuanya lengkap."

Mendengar penuturannya, saya menjadi paham bagaimana alam, budaya, serta masyarakat yang tinggal di Surakarta, Solo ini.

Pantaslah kalau Solo sampai mempunyai semboyan "BERSERI".


Maupun slogannya yang berupa "The Spirit of Java (Jiwanya Jawa)"yang merupakan sebuah slogan pariwisata yang ada di kota Solo.

Kejadian demi kejadian, keindahan, keramah tamahan yang saya dapat selama dua hari di Solo inilah, yang kadang membuat saya bangga pernah bisa berada di sana.

Meski hanya sebentar dan harus pulang kembali ke Semarang. Kemudian esok hari diantar pulang juga ke Cilacap--kota di mana saya dilahirkan.

Jadilah saya berbagi pengalaman ini supaya saya ingat; saya pernah ada di Solo. Membawa sebuah mimpi, harapan, bahkan kenangan indah yang tak terlupakan bersama teman-teman.

Cilacap, 4 Oktober 2020

Salam,
@yuni.wahyuni114