- Beranda
- Komunitas
- Hobby
- Supranatural
Pamali The Stories #28 (Part 3) END


TS
diaz420
Pamali The Stories #28 (Part 3) END
Previously on...

Sorry telat, seharusnya Ane postingnya kemaren, karena ada urusan di tempat kerja, Ane gak sempet buat nge-post. So langsung aja ke ceritanya...
Oke, itu tadi cerita untuk episode kali ini. Kalau kalian suka, cukup traktir Ane dengan segelas cendol. Kalau enggak suka, cukup kasih aja batu bata. Jangan lupa untuk ngasih pendapat, kritik dan saran kalian di kolom komentar. Thanks for coming and see you on the next post
-Diaz-

Quote:
Ini adalah kisah yang dialami seorang laki-laki, dimana Ia harus mengalami serangkaian mimpi buruk yang nyata dalam hidupnya, setelah Ia menghadiahkan pasangannya sebuah kain selendang...
Sorry telat, seharusnya Ane postingnya kemaren, karena ada urusan di tempat kerja, Ane gak sempet buat nge-post. So langsung aja ke ceritanya...
Quote:
Spoiler for The Truth:
Pada waktu itu...
“Dew, Aku pinjem selendang Kamu dong?”,
“Oh, boleh.”, Dewi meminjamkan selendang miliknya kepada Dewi,
“Pinjem dulu ya? Besok Aku balikin.”,
“Ya”, saat itu, Wulan dapat bagian tampil untuk penyambutan tamu.
Buat kalian yang lupa, Dewi dan Wulan dulunya adalah saingan berat semasa lomba tari di SMA. Selama 3 tahun, Dewi selalu memenangkan perlombaan, sementara Wulan selalu menduduki posisi runner-up. Pada perlombaan tingkat SMA yang terakhir, baik Dewi maupun Wulan sama-sama mendapatkan beasiswa untuk masuk ke Universitas Seni dan menjadi anggota penari tradisional pemerintah. Mereka akan melakukan tarian sambutan bagi tamu pemerintahan, turis dan wisatawan. Jika mereka tampil, baik Dewi maupun Wulan bisa tampil bersama maupun bergantian. Waktu itu, Dewi dan Wulan kebetulan tampil bergantian. Wulan bagian tampil hari itu, sementara Dewi tampil besoknya.
Keesokan harinya, Wulan mengembalikan selendang milik Dewi.
“Nih, Dew, makasih ya selendangnya? BTW...itu udah Aku cuci kok.”, Dewi menerima selendang itu. Ia pun mencium aroma selendangnya.
“Mmm...enak sih baunya.”, ucap Dewi.
Kemudian, tibalah giliran Dewi untuk tampil. Hingga hari mulai gelap, semuanya berjalan lancar. Dewi pun pulang ke rumah. Setelah mandi dan makan, Dewi masuk ke kamarnya untuk mengerjakan tugas kuliahnya. Tak terasa malam sudah semakin larut. Dewi segera membereskan pekerjaannya dan segera tidur. Malam itu, entah mengapa Dewi merasa sulit untuk tidur. Ia pergi keluar kamar untuk menyeduh susu hangat. Tiba-tiba, samar-samar Dewi mendengar suara gamelan. Ia penasaran dengan asal suara itu. Saat ditelusur, suaranya datang dari kamar Dewi. Dewi pun memeriksanya, Ia menemukan ponselnya berbunyi. Dewi kebingungan, ponselnya dalam keadaan mati dan sedang diisi baterainya. Setelah diperiksa pun, suaranya masih belum berhenti. Seketika pandangannya tertuju kepada jendela kamarnya. Saat Dewi memeriksanya, itulah saat-saat terakhir yang Ia ingat.
Semenjak saat itu, Dewi mulai berubah. Ia yang selalu tampak cantik secara alami mulai sering berhias diri. Tak hanya penampilan, perubahan pada sikapnya pun mulai terlihat. Dari yang sering menuntut ini-itu, gampang tersinggung dan yang paling parah...seduktif. Diam-diam, Dewi mulai berani menggoda pria lain, entah teman kampusnya ataupun anggota pejabat pemerintahan. Tanpa sepengetahuan Indra, Dewi mulai menjalin hubungan terlarang dengan orang-orang yang digodanya.
Walaupun pada awalnya itu dilakukan sembunyi-sembunyi, sepandai-pandainya tupai melompat, akhirnya jatuh juga. Satu malam, Wulan kembali ke sanggar tari untuk mengambil barang-barangnya yang tertinggal. Dan di saat itulah Wulan memergoki Dewi tengah bermesraan dengan seorang pejabat. Saat itu Wulan masih belum yakin dengan apa yang Ia lihat. Ia berpikir kalau itu bukanlah Dewi. Barulah setelah itu, Wulan menyaksikan sendiri hubungan gelap Dewi selama ini. Mulai dari dalam bilik, toilet wanita, dalam mobil, sampai ketika Ia melihat Dewi dengan salah seorang pejabat keluar dari hotel di pagi buta. Wulan saat itu dalam perjalanan pulang setelah berbelanja di pasar. Akhirnya, Wulan pun berinisiatif untuk menemui Dewi di rumahnya dan membujuknya untuk menghentikan hubungan terlarang tersebut. Saat Wulan berada di rumah Dewi, disaat itulah Ia kembali bertemu dengan Indra setelah perlombaan tingkat SMA yang terakhir.
Kemudian, Wulan mulai mendekati Indra. Lama kelamaan, mereka berdua pun mulai saling menyukai. Di samping itu, hubungan terlarang Dewi terus berlanjut, namun kini...nampaknya hubungan itu kian parah. Sebelum Dewi menghilang, Wulan sempat memergoki Dewi sedang dilabrak oleh istri salah seorang pejabat. Dewi sempat mendapat perlakuan kasar dari istri si pejabat. Barulah sejak saat itu, Dewi menghilang entah kemana. Tak hanya Dewi, para pejabat yang pernah terlibat hubungan terlarang dengan Dewi pun turut menghilang satu persatu. Kejadian itu terendus oleh Polisi, alhasil penyelidikan pun dilakukan.
Puncaknya adalah saat orang tua Dewi ditemukan tewas di rumahnya. Indra yang menanyakan keberadaan Dewi segera dibawa ke kantor Polisi untuk dimintai keterangan. Ia sempat dituduh sebagai salah satu pelaku karena hal tersebut. Indra mulai trauma, perlahan Ia mencoba untuk melupakan sosok Dewi. Disitu, Wulan pun hadir mengisi kekosongan di hati Indra. Tak lama kemudian, mereka pun mulai meresmikan hubungan mereka hingga ke pelaminan.
Kehidupan rumah tangga Indra dan Wulan sangatlah harmonis. Nahas, itu tidak bertahan lama, setelah Wulan mengalami keguguran. Ia ingat semalam sebelum Ia mengalami hal buruk itu, Ia melihat sosok wanita berpakaian penari Jaipong mengawasinya. Perlahan, wanita itu mendekati Wulan. Ia sama sekali tidak bisa menggerakkan tubuhnya. Dan saat wanita itu sudah dekat, Ia merubah wujudnya menjadi sesosok Iblis yang mengerikan. Ia menakuti Wulan hingga Ia terbangun dari tidurnya.
Di pagi hari, Wulan menjalankan aktivitasnya seperti biasa. Sampai saat Ia hendak menonton Televisi, Ia tak sengaja menabrak meja makan. Ia baru selesai mencuci piring, saat hendak menuju ruang tengah, hal itu terjadi. Bagian ujung dari meja menghantam perut Wulan. Wulan merasakan rasa sakit yang luar biasa di perutnya. Tak lama, air ketubannya pecah, disusul darah yang mengucur diantara kedua kakinya. Wulan yang sedang sendirian di rumah berteriak sekencang-kencangnya. Beruntung, ada tetangganya yang mendengar. Wulan pun berhasil ditolong, namun bayinya tidak tertolong.
Wulan syok berat, Ia juga jadi takut untuk hamil lagi. Beruntung, Indra berhasil menyemangatinya dan Wulan pun hamil untuk kedua kalinya. Indra yang masih bekerja bareng Pamannya meminta bantuan sang Paman. Paman membawa Bibi ikut bersamanya keluar kota. Tujuannya untuk menemani Wulan selama ditinggal sendirian di rumah. Sayangnya, Wulan kembali keguguran. Ia terjatuh saat sedang mengepel lantai. Kalau saja Ia tidak jatuh dalam posisi telungkup, janinnya mungkin masih selamat.
Dari sini, kondisi mental Wulan sempat terganggu. Rasa sedih, syok dan trauma yang dialaminya jadi penyebab gangguan kesehatan mentalnya. Ia sempat dibawa pulang ke kampung dengan harapan agar kondisinya pulih. Tetapi, cara itu malah membuat kondisinya memburuk. Di siang hari, Ia akan berhalusinasi seolah-olah sedang mengasuh anak, saat di malam hari, Ia selalu merasa takut tanpa sebab yang jelas. Bahkan, Ia selalu berteriak ketakutan. Berbagai cara pengobatan pun dilakukan, dari mengunjungi psikiater sampai ulama. Beruntung, hanya ulama yang bisa menyelamatkan dirinya. Setelah itu, Wulan pun dibawa lagi oleh Indra keluar kota.
Pada akhirnya, Wulan hamil untuk ketiga kalinya. Indra kembali meminta bantuan Paman dan Bibinya untuk menjaga Wulan selagi Ia sendiri di rumah. Semuanya berjalan lancar hingga kejadian itu bermula. Wulan sedang berusaha untuk melahirkan anaknya. Berkat bantuan Bibi, Wulan pun berhasil melahirkan. Tiba-tiba...
TOK-TOK-TOK!!!
“Ya, sebentar!”, seseorang datang bertamu ke rumah Wulan. Paman pun pergi menyambut tamu tersebut, namun, “AAAKKHHHH!!!”, Bibi yang terkejut mendengar teriakan Paman langsung mendatanginya. Tak lama, terdengar suara teriakan Bibi dari ruang tengah. Wulan mencoba untuk mencari tahu, namun Ia tidak sanggup berdiri dan terlalu lemah untuk bergerak. Tiba-tiba...
“AAAAHHHHH!!!!”,
“Hahahahaha...apa kabar, Lan? Gimana lahirannya? Lancar?”, rupanya itu Dewi. Ia mengenakan pakaian tarinya. Ia segera mengambil anaknya Wulan dan menimangnya, “Uhhh...Sayang...lucunya Kamu, Nak?”, Dewi mulai menatap Wulan, “Hehehehehe...Kamu lemah sekarang! Anak ini...akan jadi milikku...HAHAHAHAHA!!!”,
“D-Dew...jangan...itu...anakku...”, ucap Wulan dengan lemas,
“Hmm? Anak Kamu? Enak aja! Ini anakku! Kalau bukan gara-gara Kamu, Aku gak bakal dapetin anak ini dari Indra...”, seketika ekspresi Dewi berubah. Dari yang bertampang sinis, Ia langsung menangis sesenggukan, “Kamu jahat! Aku gak akan pernah maafin Kamu...GAK AKAN!! Gara-gara Kamu...Aku kehilangan semuanya TAU GAK?! Harusnya...harusnya...harusnya Aku gak pernah ngasih pinjem Kamu selendang ku”, kata Dewi sambil mengelus selendangnya. Kini, Wulan mulai menangis tersedu-sedu.
“Maafin Aku...MAAFIN AKU!”, Dewi membuang muka dan berbalik badan, “Maafin Aku, Dew. Aku salah karena Aku cemburu sama Kamu...Aku salah karena udah ngerubah Kamu jadi gini...Aku mohon...maafin Aku!!”, Dewi dengan sinisnya berkata,
“Kamu gak pantes buat dimaafin. Harusnya, Kamu minta maaf sama Indra dari awal.”, tak lama terdengar suara motor terparkir di depan rumah, “Udah ya? Aku udah gak ada urusan lagi sama Kamu.”, Dewi tersenyum sinis dan pergi meninggalkan Wulan yang terkulai lemas di kamar.
Wulan merasa sangat menyesal. Inilah karma yang sudah lama menunggunya. Kini, nyawa Wulan sudah diujung tanduk. Tak lama lagi, Ia akan kehabisan darah, karena darah nifasnya terus mengucur. Saat ini, Ia mencoba sekuat tenaga untuk bangkit dan menyelesaikan masalahnya. Ia tahu bahwa Ia tidak punya cara terbaik untuk menolong Dewi selain menghabisi nyawanya, agar Iblis di dalam tubuh Dewi tidak menguasai tubuh Dewi sepenuhnya. Dengan mengambil anaknya Wulan, si Iblis akan mendapatkan kekuatan terbesarnya.
Selama Dewi dan Indra berpacaran waktu SMA dulu, Wulan sangat cemburu kepada Dewi. Ia ingin sekali menjadi lebih unggul dari Dewi. Wulan pun merencanakan sebuah cara jahat untuk merebut posisi Dewi. Di hari dimana Ia meminjam selendang Dewi, Ia berpura-pura tidak membawa selendangnya. Ia membawa selendang Dewi ke dukun. Ia meminta dukun tersebut untuk mengirimkan kutukan lewat selendang tersebut. Keesokan harinya, Wulan mengembalikan selendang tersebut.
Di hari selanjutnya, Wulan mulai mengamati Dewi. Apakah kutukan itu bekerja atau tidak. Dan rupanya itu berhasil. Dewi pun berubah 180°. Lama kelamaan, hubungan Dewi dengan Indra mulai merenggang. Wulan pun menunggu kesempatan yang tepat untuk merebut Indra. Oh ya, kutukan itu dibuat oleh si dukun dengan cara memanggil sosok Iblis penari yang diberi nama Nyi Karsih. Iblis ini secara perlahan akan menguasai tubuh korbannya. Jika terjadi perubahan sikap dan penampilan dari korban, itu tandanya proses pengambilan tubuh korban tengah berlangsung. Dan apabila ada emosi negatif yang keluar dari dalam diri korban, itu akan mempercepat proses pengambilan tubuh si korban.
Pada kasus Dewi, saat Ia bertengkar dengan Indra, kemudian merasa takut saat pertama kali “berhubungan” dengan seorang pejabat, disitulah emosi negatif Dewi keluar. Nyi Karsih menyerap perasaan sedih, takut dan amarah Dewi. Itulah yang membuat sikap dan penampilannya berubah. Dan ketika Ia diperlakukan dengan kasar oleh istri salah satu pejabat, barulah Nyi Karsih mulai menguasai tubuh Dewi, walaupun masih ada kesadaran Dewi yang tersisa.
Saat Dewi menghilang, beberapa pejabat yang pernah berhubungan dengannya pun turut menghilang secara misterius. Pada saat inilah, Nyi Karsih melakukan tahap selanjutnya, yaitu fase meminta tumbal. Ia sebenarnya menghabisi nyawa para pejabat beserta keluarganya. Kemudian, satu waktu Dewi pulang larut malam. Ia pun dimarahi oleh kedua orang tuanya. Nyi Karsih yang sudah menguasai Dewi, merenggut nyawa orang tua Dewi. Setelah itu, Nyi Karsih pergi membawa Dewi ke alamnya. Rupanya, ada satu emosi negatif yang masih tersimpan di dalam tubuh Dewi, yaitu dendam. Dewi masih menaruh dendam kepada Wulan karena telah merebut Indra. Hingga Wulan hamil anaknya Indra, barulah Nyi Karsih bersama Dewi melancarkan aksinya.
Setelah puas menggugurkan kandungannya Wulan selama 2 kali, Nyi Karsih mulai memanfaatkan kondisi mental Wulan yang rapuh dengan terus menakut-nakutinya sepanjang malam. Usaha Nyi Karsih sempat terhenti karena upaya spiritual yang dilakukan oleh Wulan untuk menyembuhkan dirinya. Nyi Karsih menanti waktu yang tepat untuk membalaskan dendam dalam diri Dewi. Barulah Nyi Karsih beraksi tepat di saat Wulan melahirkan.
Saat ini, Indra sedang bernegosiasi dengan Nyi Karsih, sementara Wulan sedang berusaha untuk menghentikan kutukan Nyi Karsih. Ia berusia sekuat tenaga untuk bangkit dari ranjang. Kemudian, Ia meraih pisau yang sempat disiapkan Bibi di samping kasur. Perlahan tapi pasti, Wulan berjalan mendekati Nyi Karsih dari belakang...dan...
JLEBB!!
Wulan sukses mengakhiri kutukan itu. Namun, dengan berakhirnya kutukan Nyi Karsih, berakhir pula hidup Wulan. Di saat sekaratnya, Wulan tak henti-hentinya meminta maaf kepada Indra. Indra bersikeras untuk membawa Wulan ke Rumah Sakit, namun Ia menolak. Ia lebih memilih untuk mati ketimbang hidup dengan penyesalan abadi dalam dirinya. Pasca kejadian itu, Indra sempat dipenjara karena dituduh telah melakukan pembunuhan. Ia dikurung dalam waktu 6 tahun penjara.
6 tahun setelahnya, Indra kini menjadi seorang orang tua tunggal. Ia bersama orang tuanya bergantian mengasuh sang anak. Indra akan mengasuh sang anak ketika Ia belum berangkat kerja ataupun di waktu libur. Saat Indra bekerja, giliran Kakek dan Neneknya yang mengasuh sang anak. Setelah mimpi buruk itu berlalu, Indra masih belum berani untuk membuka hatinya kepada sosok Ibu baru bagi putranya. Hanya waktu yang berbicara mengenai hal itu.
“Dew, Aku pinjem selendang Kamu dong?”,
“Oh, boleh.”, Dewi meminjamkan selendang miliknya kepada Dewi,
“Pinjem dulu ya? Besok Aku balikin.”,
“Ya”, saat itu, Wulan dapat bagian tampil untuk penyambutan tamu.
Buat kalian yang lupa, Dewi dan Wulan dulunya adalah saingan berat semasa lomba tari di SMA. Selama 3 tahun, Dewi selalu memenangkan perlombaan, sementara Wulan selalu menduduki posisi runner-up. Pada perlombaan tingkat SMA yang terakhir, baik Dewi maupun Wulan sama-sama mendapatkan beasiswa untuk masuk ke Universitas Seni dan menjadi anggota penari tradisional pemerintah. Mereka akan melakukan tarian sambutan bagi tamu pemerintahan, turis dan wisatawan. Jika mereka tampil, baik Dewi maupun Wulan bisa tampil bersama maupun bergantian. Waktu itu, Dewi dan Wulan kebetulan tampil bergantian. Wulan bagian tampil hari itu, sementara Dewi tampil besoknya.
Keesokan harinya, Wulan mengembalikan selendang milik Dewi.
“Nih, Dew, makasih ya selendangnya? BTW...itu udah Aku cuci kok.”, Dewi menerima selendang itu. Ia pun mencium aroma selendangnya.
“Mmm...enak sih baunya.”, ucap Dewi.
Kemudian, tibalah giliran Dewi untuk tampil. Hingga hari mulai gelap, semuanya berjalan lancar. Dewi pun pulang ke rumah. Setelah mandi dan makan, Dewi masuk ke kamarnya untuk mengerjakan tugas kuliahnya. Tak terasa malam sudah semakin larut. Dewi segera membereskan pekerjaannya dan segera tidur. Malam itu, entah mengapa Dewi merasa sulit untuk tidur. Ia pergi keluar kamar untuk menyeduh susu hangat. Tiba-tiba, samar-samar Dewi mendengar suara gamelan. Ia penasaran dengan asal suara itu. Saat ditelusur, suaranya datang dari kamar Dewi. Dewi pun memeriksanya, Ia menemukan ponselnya berbunyi. Dewi kebingungan, ponselnya dalam keadaan mati dan sedang diisi baterainya. Setelah diperiksa pun, suaranya masih belum berhenti. Seketika pandangannya tertuju kepada jendela kamarnya. Saat Dewi memeriksanya, itulah saat-saat terakhir yang Ia ingat.
Semenjak saat itu, Dewi mulai berubah. Ia yang selalu tampak cantik secara alami mulai sering berhias diri. Tak hanya penampilan, perubahan pada sikapnya pun mulai terlihat. Dari yang sering menuntut ini-itu, gampang tersinggung dan yang paling parah...seduktif. Diam-diam, Dewi mulai berani menggoda pria lain, entah teman kampusnya ataupun anggota pejabat pemerintahan. Tanpa sepengetahuan Indra, Dewi mulai menjalin hubungan terlarang dengan orang-orang yang digodanya.
Walaupun pada awalnya itu dilakukan sembunyi-sembunyi, sepandai-pandainya tupai melompat, akhirnya jatuh juga. Satu malam, Wulan kembali ke sanggar tari untuk mengambil barang-barangnya yang tertinggal. Dan di saat itulah Wulan memergoki Dewi tengah bermesraan dengan seorang pejabat. Saat itu Wulan masih belum yakin dengan apa yang Ia lihat. Ia berpikir kalau itu bukanlah Dewi. Barulah setelah itu, Wulan menyaksikan sendiri hubungan gelap Dewi selama ini. Mulai dari dalam bilik, toilet wanita, dalam mobil, sampai ketika Ia melihat Dewi dengan salah seorang pejabat keluar dari hotel di pagi buta. Wulan saat itu dalam perjalanan pulang setelah berbelanja di pasar. Akhirnya, Wulan pun berinisiatif untuk menemui Dewi di rumahnya dan membujuknya untuk menghentikan hubungan terlarang tersebut. Saat Wulan berada di rumah Dewi, disaat itulah Ia kembali bertemu dengan Indra setelah perlombaan tingkat SMA yang terakhir.
Kemudian, Wulan mulai mendekati Indra. Lama kelamaan, mereka berdua pun mulai saling menyukai. Di samping itu, hubungan terlarang Dewi terus berlanjut, namun kini...nampaknya hubungan itu kian parah. Sebelum Dewi menghilang, Wulan sempat memergoki Dewi sedang dilabrak oleh istri salah seorang pejabat. Dewi sempat mendapat perlakuan kasar dari istri si pejabat. Barulah sejak saat itu, Dewi menghilang entah kemana. Tak hanya Dewi, para pejabat yang pernah terlibat hubungan terlarang dengan Dewi pun turut menghilang satu persatu. Kejadian itu terendus oleh Polisi, alhasil penyelidikan pun dilakukan.
Puncaknya adalah saat orang tua Dewi ditemukan tewas di rumahnya. Indra yang menanyakan keberadaan Dewi segera dibawa ke kantor Polisi untuk dimintai keterangan. Ia sempat dituduh sebagai salah satu pelaku karena hal tersebut. Indra mulai trauma, perlahan Ia mencoba untuk melupakan sosok Dewi. Disitu, Wulan pun hadir mengisi kekosongan di hati Indra. Tak lama kemudian, mereka pun mulai meresmikan hubungan mereka hingga ke pelaminan.
Kehidupan rumah tangga Indra dan Wulan sangatlah harmonis. Nahas, itu tidak bertahan lama, setelah Wulan mengalami keguguran. Ia ingat semalam sebelum Ia mengalami hal buruk itu, Ia melihat sosok wanita berpakaian penari Jaipong mengawasinya. Perlahan, wanita itu mendekati Wulan. Ia sama sekali tidak bisa menggerakkan tubuhnya. Dan saat wanita itu sudah dekat, Ia merubah wujudnya menjadi sesosok Iblis yang mengerikan. Ia menakuti Wulan hingga Ia terbangun dari tidurnya.
Di pagi hari, Wulan menjalankan aktivitasnya seperti biasa. Sampai saat Ia hendak menonton Televisi, Ia tak sengaja menabrak meja makan. Ia baru selesai mencuci piring, saat hendak menuju ruang tengah, hal itu terjadi. Bagian ujung dari meja menghantam perut Wulan. Wulan merasakan rasa sakit yang luar biasa di perutnya. Tak lama, air ketubannya pecah, disusul darah yang mengucur diantara kedua kakinya. Wulan yang sedang sendirian di rumah berteriak sekencang-kencangnya. Beruntung, ada tetangganya yang mendengar. Wulan pun berhasil ditolong, namun bayinya tidak tertolong.
Wulan syok berat, Ia juga jadi takut untuk hamil lagi. Beruntung, Indra berhasil menyemangatinya dan Wulan pun hamil untuk kedua kalinya. Indra yang masih bekerja bareng Pamannya meminta bantuan sang Paman. Paman membawa Bibi ikut bersamanya keluar kota. Tujuannya untuk menemani Wulan selama ditinggal sendirian di rumah. Sayangnya, Wulan kembali keguguran. Ia terjatuh saat sedang mengepel lantai. Kalau saja Ia tidak jatuh dalam posisi telungkup, janinnya mungkin masih selamat.
Dari sini, kondisi mental Wulan sempat terganggu. Rasa sedih, syok dan trauma yang dialaminya jadi penyebab gangguan kesehatan mentalnya. Ia sempat dibawa pulang ke kampung dengan harapan agar kondisinya pulih. Tetapi, cara itu malah membuat kondisinya memburuk. Di siang hari, Ia akan berhalusinasi seolah-olah sedang mengasuh anak, saat di malam hari, Ia selalu merasa takut tanpa sebab yang jelas. Bahkan, Ia selalu berteriak ketakutan. Berbagai cara pengobatan pun dilakukan, dari mengunjungi psikiater sampai ulama. Beruntung, hanya ulama yang bisa menyelamatkan dirinya. Setelah itu, Wulan pun dibawa lagi oleh Indra keluar kota.
Pada akhirnya, Wulan hamil untuk ketiga kalinya. Indra kembali meminta bantuan Paman dan Bibinya untuk menjaga Wulan selagi Ia sendiri di rumah. Semuanya berjalan lancar hingga kejadian itu bermula. Wulan sedang berusaha untuk melahirkan anaknya. Berkat bantuan Bibi, Wulan pun berhasil melahirkan. Tiba-tiba...
TOK-TOK-TOK!!!
“Ya, sebentar!”, seseorang datang bertamu ke rumah Wulan. Paman pun pergi menyambut tamu tersebut, namun, “AAAKKHHHH!!!”, Bibi yang terkejut mendengar teriakan Paman langsung mendatanginya. Tak lama, terdengar suara teriakan Bibi dari ruang tengah. Wulan mencoba untuk mencari tahu, namun Ia tidak sanggup berdiri dan terlalu lemah untuk bergerak. Tiba-tiba...
“AAAAHHHHH!!!!”,
“Hahahahaha...apa kabar, Lan? Gimana lahirannya? Lancar?”, rupanya itu Dewi. Ia mengenakan pakaian tarinya. Ia segera mengambil anaknya Wulan dan menimangnya, “Uhhh...Sayang...lucunya Kamu, Nak?”, Dewi mulai menatap Wulan, “Hehehehehe...Kamu lemah sekarang! Anak ini...akan jadi milikku...HAHAHAHAHA!!!”,
“D-Dew...jangan...itu...anakku...”, ucap Wulan dengan lemas,
“Hmm? Anak Kamu? Enak aja! Ini anakku! Kalau bukan gara-gara Kamu, Aku gak bakal dapetin anak ini dari Indra...”, seketika ekspresi Dewi berubah. Dari yang bertampang sinis, Ia langsung menangis sesenggukan, “Kamu jahat! Aku gak akan pernah maafin Kamu...GAK AKAN!! Gara-gara Kamu...Aku kehilangan semuanya TAU GAK?! Harusnya...harusnya...harusnya Aku gak pernah ngasih pinjem Kamu selendang ku”, kata Dewi sambil mengelus selendangnya. Kini, Wulan mulai menangis tersedu-sedu.
“Maafin Aku...MAAFIN AKU!”, Dewi membuang muka dan berbalik badan, “Maafin Aku, Dew. Aku salah karena Aku cemburu sama Kamu...Aku salah karena udah ngerubah Kamu jadi gini...Aku mohon...maafin Aku!!”, Dewi dengan sinisnya berkata,
“Kamu gak pantes buat dimaafin. Harusnya, Kamu minta maaf sama Indra dari awal.”, tak lama terdengar suara motor terparkir di depan rumah, “Udah ya? Aku udah gak ada urusan lagi sama Kamu.”, Dewi tersenyum sinis dan pergi meninggalkan Wulan yang terkulai lemas di kamar.
Wulan merasa sangat menyesal. Inilah karma yang sudah lama menunggunya. Kini, nyawa Wulan sudah diujung tanduk. Tak lama lagi, Ia akan kehabisan darah, karena darah nifasnya terus mengucur. Saat ini, Ia mencoba sekuat tenaga untuk bangkit dan menyelesaikan masalahnya. Ia tahu bahwa Ia tidak punya cara terbaik untuk menolong Dewi selain menghabisi nyawanya, agar Iblis di dalam tubuh Dewi tidak menguasai tubuh Dewi sepenuhnya. Dengan mengambil anaknya Wulan, si Iblis akan mendapatkan kekuatan terbesarnya.
Selama Dewi dan Indra berpacaran waktu SMA dulu, Wulan sangat cemburu kepada Dewi. Ia ingin sekali menjadi lebih unggul dari Dewi. Wulan pun merencanakan sebuah cara jahat untuk merebut posisi Dewi. Di hari dimana Ia meminjam selendang Dewi, Ia berpura-pura tidak membawa selendangnya. Ia membawa selendang Dewi ke dukun. Ia meminta dukun tersebut untuk mengirimkan kutukan lewat selendang tersebut. Keesokan harinya, Wulan mengembalikan selendang tersebut.
Di hari selanjutnya, Wulan mulai mengamati Dewi. Apakah kutukan itu bekerja atau tidak. Dan rupanya itu berhasil. Dewi pun berubah 180°. Lama kelamaan, hubungan Dewi dengan Indra mulai merenggang. Wulan pun menunggu kesempatan yang tepat untuk merebut Indra. Oh ya, kutukan itu dibuat oleh si dukun dengan cara memanggil sosok Iblis penari yang diberi nama Nyi Karsih. Iblis ini secara perlahan akan menguasai tubuh korbannya. Jika terjadi perubahan sikap dan penampilan dari korban, itu tandanya proses pengambilan tubuh korban tengah berlangsung. Dan apabila ada emosi negatif yang keluar dari dalam diri korban, itu akan mempercepat proses pengambilan tubuh si korban.
Pada kasus Dewi, saat Ia bertengkar dengan Indra, kemudian merasa takut saat pertama kali “berhubungan” dengan seorang pejabat, disitulah emosi negatif Dewi keluar. Nyi Karsih menyerap perasaan sedih, takut dan amarah Dewi. Itulah yang membuat sikap dan penampilannya berubah. Dan ketika Ia diperlakukan dengan kasar oleh istri salah satu pejabat, barulah Nyi Karsih mulai menguasai tubuh Dewi, walaupun masih ada kesadaran Dewi yang tersisa.
Saat Dewi menghilang, beberapa pejabat yang pernah berhubungan dengannya pun turut menghilang secara misterius. Pada saat inilah, Nyi Karsih melakukan tahap selanjutnya, yaitu fase meminta tumbal. Ia sebenarnya menghabisi nyawa para pejabat beserta keluarganya. Kemudian, satu waktu Dewi pulang larut malam. Ia pun dimarahi oleh kedua orang tuanya. Nyi Karsih yang sudah menguasai Dewi, merenggut nyawa orang tua Dewi. Setelah itu, Nyi Karsih pergi membawa Dewi ke alamnya. Rupanya, ada satu emosi negatif yang masih tersimpan di dalam tubuh Dewi, yaitu dendam. Dewi masih menaruh dendam kepada Wulan karena telah merebut Indra. Hingga Wulan hamil anaknya Indra, barulah Nyi Karsih bersama Dewi melancarkan aksinya.
Setelah puas menggugurkan kandungannya Wulan selama 2 kali, Nyi Karsih mulai memanfaatkan kondisi mental Wulan yang rapuh dengan terus menakut-nakutinya sepanjang malam. Usaha Nyi Karsih sempat terhenti karena upaya spiritual yang dilakukan oleh Wulan untuk menyembuhkan dirinya. Nyi Karsih menanti waktu yang tepat untuk membalaskan dendam dalam diri Dewi. Barulah Nyi Karsih beraksi tepat di saat Wulan melahirkan.
Saat ini, Indra sedang bernegosiasi dengan Nyi Karsih, sementara Wulan sedang berusaha untuk menghentikan kutukan Nyi Karsih. Ia berusia sekuat tenaga untuk bangkit dari ranjang. Kemudian, Ia meraih pisau yang sempat disiapkan Bibi di samping kasur. Perlahan tapi pasti, Wulan berjalan mendekati Nyi Karsih dari belakang...dan...
JLEBB!!
Wulan sukses mengakhiri kutukan itu. Namun, dengan berakhirnya kutukan Nyi Karsih, berakhir pula hidup Wulan. Di saat sekaratnya, Wulan tak henti-hentinya meminta maaf kepada Indra. Indra bersikeras untuk membawa Wulan ke Rumah Sakit, namun Ia menolak. Ia lebih memilih untuk mati ketimbang hidup dengan penyesalan abadi dalam dirinya. Pasca kejadian itu, Indra sempat dipenjara karena dituduh telah melakukan pembunuhan. Ia dikurung dalam waktu 6 tahun penjara.
6 tahun setelahnya, Indra kini menjadi seorang orang tua tunggal. Ia bersama orang tuanya bergantian mengasuh sang anak. Indra akan mengasuh sang anak ketika Ia belum berangkat kerja ataupun di waktu libur. Saat Indra bekerja, giliran Kakek dan Neneknya yang mengasuh sang anak. Setelah mimpi buruk itu berlalu, Indra masih belum berani untuk membuka hatinya kepada sosok Ibu baru bagi putranya. Hanya waktu yang berbicara mengenai hal itu.
Oke, itu tadi cerita untuk episode kali ini. Kalau kalian suka, cukup traktir Ane dengan segelas cendol. Kalau enggak suka, cukup kasih aja batu bata. Jangan lupa untuk ngasih pendapat, kritik dan saran kalian di kolom komentar. Thanks for coming and see you on the next post
-Diaz-
0
537
Kutip
0
Balasan


Komentar yang asik ya


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan