Propinsi Jawa Tengah terbagi menjadi banyak kabupaten. Salah satunya adalah Kabupaten Tegal. Mendengar kata Tegal, apa yang pertama kali terlintas di pikiran Gansis? Bahasa Ngapak dan Warteg alias Warung Tegal. Yup! Dua hal tersebut memang yang paling familiar kita dengar, ya, Gansis. Kabupaten yang terletak di jalur Pantura ini, ternyata nggak cuma identik dengan bahasa ngapak dan wartegnya aja, loh.

Di Tegal, ada banyak hal yang bisa dikulik, seperti berbagai kuliner khas Tegal, destinasi wisata, adat kebiasaan masyarakat, bahkan situs peninggalan masa prasejarah yang patut dilestarikan keberadaannya. Wow! Gansis ada bayangan nggak, kira-kira situs peninggalan masa prasejarah itu berisi apa aja? Yuk, simak terus, ya.



Jadi, di Tegal ada sebuah situs peninggalan zaman prasejarah. Tempat tersebut memang belum seterkenal situs di Sangiran, Jawa Timur sana. Namun, di tanah seluas kurang lebih 2,5 kilometer itu, ada sekitar 11 jenis fauna yang telah teridentifikasi. Mulai gajah purba, badak, kuda nil, rusa, babi, sapi, kerbau, dan banteng yang pernah hidup sekitar satu jutaan tahun lalu. Selain itu, ada juga tengkorak manusia purba jenis Homoerectus beserta alat peninggalannya, seperti kapak penetal, serpih, dan serut. Keren banget, kan, Gansis.




Fosil-fosil tersebut, awalnya ditemukan oleh Dakri, seorang warga Desa Semedo pada taun 2005 lalu. Benda-benda peninggalan masa prasejarah itu, tergeletak begitu aja di atas tanah. Desa yang terletak di bagian barat jajaran pegunungan Serayu Utara itu, dulu tergolong sepi. Akan tetapi, sejak Dakri menemukan fosil yang menyerupai kaki gajah, warga beramai-ramai menggali tanah di sekitar untuk mencari artefak dan fosil yang mungkin aja terkubur di lingkungan mereka. Ada fosil-fosil fauna serta artefak litik berupa batu masif dan non-masif.












Lantas, salah satu LSM di sana, yaitu LSM Gerbang Mataram mempublikasikan hasil temuan warga di Semedo. Sejak itulah, nama Semedo terkenal dengan kekayaan fosilnya. Tak butuh waktu lama, penemuan ini sampai pada Pemerintah Daerah yang kemudian diteruskan ke Balai Arkeologi Yogyakarta. Hingga kini, museum ini terus dikembangkan oleh pemerintah setempat.

Tempat kecil memang kadang nggak boleh dipandang sebelah mata, ya, Gansis. Malah justru daerah kecil bisa aja menyimpan berjuta benda-benda peninggalan purbakala. Sebab, manusia purba zaman dulu memang hidup nomaden alias berpindah-pindah, sesuai cuaca, ketersediaan hewan buruan, serta lingkungan tempat mereka tinggal. Jadi nggak heran, jika di desa kecil seperti Semedo ini, banyak ditemukan jejak-jejak zaman purba.

Ini merupakan salah satu kebanggaan bagi masyarakat Tegal. Sebab, selain mempunyai logat bahasa yang khas dibanding daerah ngapak lain, kota ini juga memiliki situs peninggalan pra sejarah yang wajib dilestarikan, yang pastinya nggak ada di daerah ngapak lain. Jadi, ketika kita mengunjungi kota yang terkenal dengan kuliner ponggol setannya ini, kita juga bisa mempelajari dan menambah ilmu pengetahuan tentang benda-benda peninggalan zaman purba.

Gansis dijamin nggak akan rugi kalau bertandang ke Tegal. Kuliner yang menggoyang lidah, destinasi wisata yang memanjakan mata, serta situs peninggalan pra sejarah, ane rasa cukup bikin Gansis puas saat menjejakkan kaki di tanah Pantura sana.

Jadi, Agan Sista tertarik berkunjung ke sana? Kuy, gasken!

Oke, itu aja yang bisa ane tulis pada kesempatan kali ini. Matur nuwun kanggo masyarakat kaskus, khususe wong Tegal sing wis maca tulisane nyong kiye nganti pragat. Nek ana kekeliruan, monggo dikoreksi bae, ning aja di-bully, ya, Luur. Tegal Laka-laka pokoke! Salam damai dan sampai jumpa di trit ane selanjutnya.

Penulis : @anna1812
Referensi : klik aja