Quote:
Jakarta, CNBC Indonesia - Badan Anggaran Kongres Amerika Serikat (AS) atau Congressional Budget Office (CBO) merilis proyeksi terbaru soal defisit fiskal Negeri Paman Sam. Untuk tahun ini, defisit anggaran diperkirakan menyentuh US$ 3,3 triliun atau 16% dari Produk Domestik Bruto (PDB).
"CBO memperkirakan defisit anggaran mencapai US$ 3,3 triliun pada 2020, naik lebih dari tiga kali lipat dibandingkan 2019. Ini karena gangguan ekonomi karena pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) yang membutuhkan respons. Dengan rasio terhadap PDB yang mencapai 16%, ini menjadi defisit tertinggi sejak 1945," sebut laporan CBO.
Untuk 2021, CBO memperkirakan defisit anggaran sebesar 8,6% PDB. Selepas itu defisit anggaran akan terus menipis hingga mencapai 5,3% pada 2030. Namun sampai 2030, defisit anggaran AS setiap tahunnya akan berada di atas rata-rata 50 tahun terakhir yang sebesar 3% PDB.
AS tidak ubahnya seperti negara-negara lain di dunia. Pandemi virus corona membuat pemerintah harus bertindak sebagai juru selamat. Pemerintah harus menjadi motor penggerak, baik itu di sisi kesehatan atau sosial-ekonomi.
Menjadi satu-satunya 'mesin' yang bergerak tentu butuh banyak sekali 'bensin'. Sayangnya, bensin utama fiskal, yaitu pajak, sedang seret karena aktivitas ekonomi yang mampet.
Namun the show must go on, walau tidak ada penerimaan pajak tetapi anggaran pemerintah harus terus berjalan menjadi bensin bagi perekonomian di kala krisis terjadi. Bahkan dengan belanja yang jauh lebih tinggi karena ada kebutuhan stimulus.
Oleh karena itu, mau tidak mau pemerintah harus berutang. Utang menjadi harapan untuk membiayai stimulus fiskal.
Sumber
https://www.cnbcindonesia.com/news/2...h-krisis-utang
Kaskuser pendukung trumpet mana suaranya