Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

nuriksan014Avatar border
TS
nuriksan014
Situs Sendang Kaputren & Sabda Maling Kentiri Dengan Ki Demang Surodimejo

Dokumentasi: Situs Sendang Kaputren Atau Belik Putri Ngrayud (14/09/2020)

Diperkirakan pada Tahun 1300 M terjadi sebuah cerita sejarah yang menjadi awal mula terbentuknya Desa Ngrayudan. Salah satu bukti sejarah yang masih tersisa hingga saat ini adalah “Sendang Kaputren” atau bisa dikatakan “Belik Putri Ngrayud”, yang berada di Dusun Gagar RT 003 RW 001 Desa Ngrayudan Kec. Jogorogo Kab. Ngawi – Jawa Timur. Keberadaannya sendiri berdekatan dengan ‘Wisata Alam Selondo dan Wisata Hutan Segawen’ di Desa Ngrayudan Kecamatan Jogorogo. Pada Tanggal 14 September 2020 saya berkesempatan datang langsung ke lokasi tersebut pada pukul 15.30 WIB ingin melihat langsung situs bersejarah yang masih tersisa sampai sekarang. Konon cerita yang beredar di masyarakat bahwasanya Sendang Kaputren atau Belik Putri Ngrayud tersebut adalah salah satu hasil perjanjian antara Ki Demang Surodimejo dengan Maling Kentiri, telah diketahui bahwa Ki Demang Surodimejo memiliki seorang putri cantik dan menawan yang ingin dinikahi oleh Maling Kentiri. Karena tahu bahwa anaknya ingin dinikahi seorang maling sontak Ki Demang Surodimejo menolak dengan bahasa halus dan memberikan sebuah pesan permintaan kepada Maling Kentiri. Pesan tersebut berisi permintaan agar dibuatkan sebuah saluran air sejauh 10 KM mulai dari telaga pasir sampai wadah air sendang kaputren dengan estimasi waktu hanya semalam ditandai ayam berkokok menjelang pagi tiba. Merasa Maling Kentitri memiliki kekuatan yang luar bisa dia menerima permintaan Ki Demang Surodimejo berharap bisa menikahi putrinya, menjelang malam Maling Kentiri mulai membangun saluran air sejauh 10 KM dari telaga pasir.

Saat proses pembuatan saluran air ditengah malam didapati seorang putri yang bertempat di dusun gagar sedang menyapu di halaman rumahnya bersamaan dengan itu ayam peliharaannya berkokok, hal tersebut membuat Ki Demang Surodimejo memutuskan untuk menyudahi pekerjaan Maling Kendiri karena di anggap gagal ditandai dengan ayam yang berkokok. Akhirnya Maling Kentiri merasa kecewa dan murka atas keputusan Ki Demang Surodimejo karena tertipu dengan ayam berkokok di tengah malam tersebut. Rasa kecewa itu berakhir dengan sebuah sabda yang di ucapkan Maling Kentiri “siapa saja anak perawan yang datang ke tempat tersebut akan bernasib ‘gagar’ atau sial yaitu akan melahirkan seorang anak tapi tidak diketahui siapa bapaknya” tutur Ibu Tatik (14/09/2020). Selain sabda Maling Kentiri ada juga sabda Ki Demang Surodimejo yang masih dipercaya oleh masyarakat ngrayudan sampai saat ini. Sabda tersebut bermula dari hilangnya putri Ki Demang Surodimejo saat masih kecil dan ditemukan oleh seorang janda di bawah kaki seekor binatang kidang (red; kijang). Merasa diselamatkan oleh seekor kidang akhirnya Ki Demang Surodimejo membuatkan sebuah kandang kidang, karena wujud terima kasih dan rasa syukur atas putrinya yang selamat. Begitu sayangnya dan kecintaannya Ki Demang Surodimejo terhadap binatang kidang peliharaannya, maka Ki Demang Surodimejo membuat sabda kepada masyarakat ngrayudan yang berisis “ barang siapa yang membawa benda yang terbuat dari kidang maka ngrayudan akan ditimpa bencana besar”.

Dokumentasi: Kondisi Area Sendang Kaputren Oleh Nur Iksan & Febry (14/09/2020)

Menurut penuturan Ibu Tatik pensiunan guru sekolah dasar (SD) dan istri seorang kepala desa Ngrayudan menuturkan “barang siapa yang membawa benda apapun berupa tas, dompet, ikat pinggang, sepatu, kendang, yang bahannya terbuat dari binatang kidang (red; kijang) meskipun hanya sedikit maka desa ngrayudan akan tertimpa hujan lebat disertai dengan badai angin kencang” (14/09/2020). Pernah kejadian suatu ketika rombongan anak sekolah yang hendak kemah di area selondo membawa benda yang berbahan binatang kidang dan benar malam tiba terjadi hujan lebat disertai dengan badai angin kencang menimpa desa Ngrayudan, akhirnya rombongan tersebut di suruh pulang oleh masyarakat karena dirasa membawa bencana. Setelah rombongan berpijak meninggalkan desa ngrayudan tak selang berapa lama akhirnya hujan berubah hilang dan hening tanpa ada angin kencang yang menyelimuti desa ngrayudan, tutur Ibu Tatik (14/09/2020).
0
2.3K
3
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan