Merupakan hal yang berbeda dari sebelumnya yang kita lihat sekarang adalah libur panjang. Dahulu semenjak gue sekolah libur panjang seminggu bahkan sebulan adalah sesuatu yang ditunggu-tunggu banget.

Tapi sekarang liburan panjang, bahkan panjang banget hingga membuat para siswa-siswi merindukan untuk bersekolah lagi. Rindu bermain dan berkumpul bersama teman-teman juga rindu pada guru-guru. Bisa jadi liburan panjang terasa membosankan.

Bagaimana pula efek perkembangan pendidikan dengan adanya virus Covid-19. Ada yang mungkin berpendapat biasa-biasa saja, ada pula yang merasa tertekan. Apalagi bagi yang perekonomiannya masih taraf rendah.

Perubahan pola pendidikan bisa memicu stress.  Hal ini terlihat dari begitu banyaknya orang tua siswa/siswa yang mengeluhkan sistem daring alias online dalam pembelajaran bahkan siswa itu sendiri seperti halnya yang juga gue rasakan.

Serta mengenai adanya penghapusan ujian nasional atau kompetensi sebab adanya wabah virus Corona. Hal tersebut menimbulkan berbagai pendapat yang berbeda.

Salah satunya keluhan dari para pelajar yang sudah bersusah payah latihan dan belajar.

"Saya merasa kenapa sih harus diberhentikan sementara. Belum dapat sertifikat dari perusahaan-perusahaan. Cuma itu saja yang agak nyesak di hati," ungkap Klaudius Serko Jao. (Link)

Terus Gan sis di tim mana? Tim setuju ujian nasional dan kompotensi dihapus atau tim kontra penghapusan.

Semua tetap ada konsekuensinya. Gue sih yang mana saja yang terpenting dunia pendidikan tetap berjalan dan ditingkatkan. Sumber daya manusia yang bermutu itu perlu. Iya kan guys?

Segala perubahan dan dampak bagi dunia pendidikan sebelum dan setelah Corona memang sangat terasa. Salah satu contoh adalah dari pola pendidikan yang beralih ke daring. Sisi baiknya sih kita bisa memperkenalkan atau siswa/siswi akan lebih mengenal dunia teknologi. Dan sisi buruknya adalah hal baru tersebut menciptakan ke-gaptek-an dan adanya penambahan biaya untuk paket data.





Dan apa dampaknya dan keuntungan bagi pendidikan di masa mendatang.

Tentunya para siswa/siswa bahkan orang tua siswa akan mengenal hal baru yang menambah ilmu.

Pola pendidikan yang bisa jadi memiliki dua jalur yaitu online dan offline

Dampak negatifnya yaitu adanya beberapa siswa yang lebih memilih bermain daripada belajar sejak liburan. Ini berdasar yang gue lihat di sekitar lingkungan gue. Apakah orang tua tiada mempedulikan? Tidak. Mereka bahkan sangat peduli. Hanya jiwa anak-anak itulah yang menjadi penyebab.

Terus juga berdampak bagi anak-anak dengan adanya larangan untuk berinteraksi fisik akan mengurangi kebebasan mereka dalam bergaul. Sebab bermain dan bergaul pun merupakan salah satu cara untuk mendidik dan membentuk kepribadian.

Salah satu dampak baiknya dengan menerapkan slogan Merdeka belajar adalah kebebasan memilih pelajaran yang ingin digeluti. Ini bisa sangat menguntungkan. Sebab pola pikiran yang terfokus dan belajar dengan sesuai hobi atau ilmu yang disukai bisa lebih memudahkan dalam penyerapan ilmu.

"Iya, bisa. Dan malah akan lebih menguntungkan bagi universitas-universitas yang kecil untuk mengimplementasi 'Merdeka Belajar' karena dia bisa lebih mengintegrasikan kearifan lokal, lebih bebas memilih kurikulum atau prodi yang lebih relevan untuk daerahnya atau untuk industri yang relevan di areanya. Tidak semua pengajaran bisa terjadi di dalam kampus. Tapi pembelajaran bisa dilakukan di berbagai macam institusi lainnya baik industri, non profit dan exchange," kata Nadiem, Selasa (5/5). ( Link)


Adaptasi untuk segala perubahan dengan segala kondisi yang bisa dikatakan 360 derajat berbeda tetap harus kita lakukan. Salah satu adalah siap mengajar anak, harus siap mengeluarkan biaya lebih demi belajar online, siap direpotkan dengan berbagai pertanyaan dan materi serta tugas.

Keadaan tersebut bisa lebih mendekatkan hubungan orang tua siswa dan guru anak. Yang sebelumnya Corona kurang dekat akhirnya setelah pandemi silahturahmi terjalin.