Ada banyak hal yang menjadi penyebab atau pemicu bagi sesuatu. Entah itu memberi dampak buruk ataupun baik, negatif ataupun positif.

Seperti halnya dengan pandemi yang lagi trending saat ini. Entah kapan berakhirnya. Mungkin Covid ini telah menjadi permasalahan nomor satu yang harus dibenahi oleh manusia di dunia ini. Di mana-mana terlihat pembahasan Corona.

Dari hal yang menyepelekan wabah ini, merosotnya perekonomian hingga ke berbagai keluhan-keluhan sebagai akibat dari terdampak Covid.

Efeknya luar biasa mengacaukan. Seperti yang terlihat wabah ini menyerang dan berimbas buruk ke berbagai sektor. Dari sektor pendidikan, perekonomian suatu negara, perusahaan, Usaha Kecil dan Menengah hingga jalur terkecil yaitu rumah tangga (keluarga), kesehatan  juga berubahnya gaya hidup masyarakat.

Bahkan merembes ke psikologis dan hubungan antar sesama. Terlebih memilukan adalah data-data yang terkena dan data yang meninggal karena virus Corona semakin meningkat.

Belum efek lain yang ditimbulkan. Perubahannya sangat signifikan dan besar. Perubahan-perubahan itu dapat kita lihat sebelum dan setelah Corona menjadi pemicu timpang dan kacau balaunya banyak hal. Perekonomian dari berbagai sektor menjadi sangat menurun bahkan hampir berada di bawah rata-rata.

Seperti halnya dari sektor pariwisata, perhotelan, penerbangan, juga berimbas pula bagi para pengusaha di bidang kuliner terutama yang masih menjalankan bisnisnya secara offline serta bidang jasa lainnya yang mengandalkan interaksi fisik.

Salah satu contohnya perusahaan pizza yang sebelumnya penjualan dan marketingnya serta pelayanan lainnya dilakukan di dalam ruangan kini harus berjuang dan terjun ke jalan-jalan demi agar perusahaannya tetap hidup dan berjalan dalam ketidaktentuan kondisi. Seperti yang telah disebutkan dalam situs Tempo

Secara garis besar dampaknya bisa dikatakan sangat merugikan dan berefek panjang bagi masa mendatang. Semisal investasi yang menjadi salah satu jalur perkembangan dan peningkatan ekonomi menjadi mundur atau bahkan memilih melepaskan diri dari berinvestasi.

Sebagai contohnya yang saya rasakan pun akibat pandemi lumayan mengikis mental dan mengacaukan pikiran.

Bagaimana cara agar bisa tetap hidup dan makan. Mungkin masih banyak yang mengalami hal yang sama. Dari yang dulunya harga bahan pokok bisa terjangkau. Setelah wabah virus Corona muncul membuat saya berpikir bagaimana cara untuk lebih berhemat. Contoh kecil harga beras atau gula yang sebelumnya seharga Rp. 8000 - Rp. 9000 menjadi Rp. 15.000 di daerahku. Juga tepung-tepungan dan yang lainnya yang naiknya hampir menyentuh separuh dari harga sebelumnya. Terlebih harga rempah-rempah dan bahan pokok lainnya membuat daya beli masyarakat semakin menurun.

Berusaha mencari solusi adalah cara terbaik untuk menghadapi kesulitan-kesulitan yang diakibatkan virus ini. Salah satu cara saya menanggulangi kebutuhan yang kian dibutuhkan kian mahal pada musim Corona adalah bertanam sayuran dan rempah di pekarangan.

Tentunya perubahan beradaptasi dengan lingkungan manusia lainnya yang menjadi berkurang. Tetapi tetap mengikuti protokol kesehatan juga salah satu caraku adalah dengan mengesampingkan keinginan berbelanja yang bukan merupakan kebutuhan.

Seperti yang kita ketahui, Corona berimbas pula bagi ekspor dan pemproduksian barang-barang kebutuhan baik bagi bidang pertekstilan maupun perekonomian rumah tangga.

Seperti yang di sebutkan dalam salah satu laman situs sebagai sumber terpercaya

Bahwa dampaknya bagi perekonomian terutama perekomonian negara sangat besar berdasar yang dikatakan Ibu Sri Mulyani.



Salah satu dampaknya adalah pembangunan yang tertahan sebab dana pembangunan yang terhenti. Contohnya pembangunan jembatan/dam juga parit demi mencegah banjir di daerah kami. Otomatis membuat kami warganya menjadi was-was selain seperti yang telah tersebut sangat berdampak bagi finansial juga psikologis.





Satu harapan besar kita adalah semoga wabah ini segera berakhir dan segalanya akan kembali pulih.