

TS
WardahRos
Pandemi Memaksa Sekolah Membangun Learning Management System
Guru motor penggerak perubahan

Sebelum pandemi melanda, pembangunan sistem pembelajaran virtual yang terintegrasi menjadi bahan mentah dan selalu diremehkan oleh beberapa lembaga atau sekolah. Kekurangan SDM yang menguasai teknologi informasi menjadi penyebab utama. Selain itu, lembaga atau sekolah-sekolah belum menyadari pentingnya pembuatan sistem pembelajaran yang terintegrasi. Namun, pandemi yang melanda Indonesia dan dunia sekarang ini memaksa para praktisi dunia pendidikan memiliki visi untuk keberlangsungan proses belajar mengajar yang tepat sasaran meskipun di tengah keterbatasan.

Metode konvensional kegiatan belajar-mengajar secara tatap muka belum bisa dilaksanakan dalam waktu dekat. Boleh saja kita optimis bahwa pandemi akan segera berlalu dan semua anak mendapatkan hak dan kenyamanan untuk belajar langsung dengan gurunya secara tatap muka. Namun, mau sampai kapan berharap? Karena mengingat semakin meningginya kurva kasus Covid-19 di Indonesia, beberapa pengamat dan ahli belum bisa memprediksi kapan pandemi ini akan berakhir.

Lagipula sistem managemen pembelajaran sangat berguna meskipun pandemi sudah berlalu. Kenapa? Karena sistem ini mengurangi penggunaan kertas juga administrasi penilaian yang banyak dan berulang-ulang. Padahal guru harus fokus kepada pembelajaran siswa, bukan administrasi yang menyita banyak waktu dan banyak kertas.

Terhitung sejak bulan Maret 2019, sekolah-sekolah telah melakukan proses pembelajaran jarak jauh. Para guru dituntut untuk menguasai Teknologi Informasi yang mendukung keberlangsungan proses belajar-mengajar jarak jauh. Pembelajaran disampaikan berupa multimedia, baik berupa rekaman suara, gambar, ataupun video. Namun, sayangnya platform yang dipakai selama ini adalah via whatshap. Padahal Whatsapp mempunyai beberapa kekurangan yang malah membuat proses belajar mengajar kurang maksimal dan kurang nyaman.
Beberapa di antaranya yaitu:
1. Tidak bisa mengirimkan media dengan file yang besar.Sering terjadi video yang dikirimkan harus terpotong karena lebih besar dari batasan yang dipakai whatsapp.
2. Chat pembelajaran atau pesan penting tertimpa percakapan baru dari anggota grup.
3. Whatsapp hanya sebuah perantara, sehingga tidak bisa melakukan penilaian langsung di aplikasi tersebut. Seringnya para guru menggunakan Google form untuk membuat kolom jawaban, tapi google form pun terbatas kemampuan assesmentnya. Sehingga kurang praktis.
4. Video atau media lain yang terkirimkan ke grup tidak bisa selamanya tersimpan. Jadi sayang sekali jika kita masih membutuhkan video tersebut dan lupa untuk menyimpannya di media yang lain karena sewaktu-waktu video bisa terhapus.
Masalah-masalah tersebut di atas sebenarnya cukup mudah solusinya. Yaitu segera membuat Learning Management System, contoh salah satunya adalah Moodle.

Moodle adalah sebuah platform yang memungkinkan lembaga atau sekolah untuk membangun sistem pembelajaran terintegrasi. Beberapa kemudahan dan kelebihan yang ditawarkan antara lain:
1. Fitur yang disediakan sangat memudahkan proses belajar mengajar secara virtual.Penyampaian pembelajaran secara multimedia, baik dengan rekaman, gambar, maupun video. Bahkan bisa embeded dari media lain semisal youtube. Dan aplikasi ini bisa memuat data besar, jadi guru-guru tidak perlu bingung mengirimkan video pembelajaran yang datanya besar. Juga media pembelajaran bisa disimpan selamanya asal tidak dihapus oleh administrator. Jadi di tahun pelajaran berikutnya video tersebut bisa diakses kembali dan tidak memenuhi ponsel guru dan wali murid.
2. Penilaian bisa dilakukan langsung saat siswa melakukan login ke sistem. Sistem yang terintegrasi bisa membuat rekaman keaktifan siswa, misalnya siswa sudah login, berarti sudah melakukan absensi. Pada waktu selesai menjawab soal, bisa langsung ada penilaiannya. Jadi benar-benar paperless. Semua dilakukan secara virtual.
3. Managemen administrator berjenjang. Seperti layaknya sebuah lembaga, para administrator di aplikasi ini bisa diatur sedemikian rupa seperti layaknya sekolah di dunia nyata. Misalnya Kepala Sekolah bisa mengakses langsung hasil penilaian siswa di masing-masing mata pelajaran tanpa melalui guru mapelnya.
4. Lembaga bisa membangun LAN dengan hosting sendiri. Misalnya untuk keamanan dan mengurangi biaya internet para wali murid dengan cara Sekolah membuat jaringan intranet. Para siswa yang rumahnya berdekatan bisa melakukan koneksi intranet ke server sekolah dengan biaya yang murah.
5. Aplikasi ini memungkinkan third party dan open source. Lembaga bisa mengotak-atik atau bongkar pasang fitur yang disediakan lalu disesuaikan dengan kebutuhan guru atau anak didik, jadi tampilan antar muka kelas virtual bisa sederhana dan tepat guna.
Lantas, apakah jika pandemi berakhir LMS ini jadi tidak berguna?
Tentu saja tidak. LMS justru sangat bermanfaat untuk perkembangan sistem pembelajaran. Coba bayangkan berapa waktu yang bisa dihemat jika materi yang sudah pernah dibuat dan disimpan oleh guru digunakan kembali? Guru tidak perlu lagi susah-susah menerangkan kembali di papan tulis. Siswa cukup menyimak pembelajaran pada aplikasi sebagai PR, lalu besoknya pada waktu tatap muka mereka tinggal menanyakan apa yang belum dimengerti dan latihan menjawab soal. Dengan sistem ini, anak didik juga dilatih untuk manajemen waktu belajarnya. Cukup memudahkan, bukan?
Lagipula, pandemi ini bisa menjadi suatu gambaran worst case scenario. Bagaimana jika ada kejadian lagi di masa depan yang membuat kita tidak bisa melakukan pembelajaran tatap muka? Atau misalnya ada bencana alam?
Bayangkan jika ada lembaga yang bisa mengakses internet. Data-data fisik pembelajaran dan penilaian semua hilang karena bencana. Namun, jika sudah tersimpan sebelumnya di LMS data tersebut bisa dipanggil kembali asal bisa terhubung dengan internet. Bukankah itu adalah suatu anugerah atas apa yang kita perjuangkan jauh hari sebelumnya?
Semoga menteri Pendidikan dan pihak terkait bisa melakukan agenda pembuatan LMS ini secara nasional, dan anak didik juga guru mendapatkan kemudahan karenanya.
Akhir kata, semoga para generasi muda Indonesia tidak patah semangat dalam mengejar cita-cita. Saya yakin anak-anak Indonesia adalah anak yang pintar dan kreatif, dan pandemi ini hanyalah suatu batu kerikil yang tak bisa menghalangi mereka untuk bisa terus maju.
Sumber:
Opini pribadi
moodle.com


Welcome to my thread
Sebelum pandemi melanda, pembangunan sistem pembelajaran virtual yang terintegrasi menjadi bahan mentah dan selalu diremehkan oleh beberapa lembaga atau sekolah. Kekurangan SDM yang menguasai teknologi informasi menjadi penyebab utama. Selain itu, lembaga atau sekolah-sekolah belum menyadari pentingnya pembuatan sistem pembelajaran yang terintegrasi. Namun, pandemi yang melanda Indonesia dan dunia sekarang ini memaksa para praktisi dunia pendidikan memiliki visi untuk keberlangsungan proses belajar mengajar yang tepat sasaran meskipun di tengah keterbatasan.

Metode konvensional kegiatan belajar-mengajar secara tatap muka belum bisa dilaksanakan dalam waktu dekat. Boleh saja kita optimis bahwa pandemi akan segera berlalu dan semua anak mendapatkan hak dan kenyamanan untuk belajar langsung dengan gurunya secara tatap muka. Namun, mau sampai kapan berharap? Karena mengingat semakin meningginya kurva kasus Covid-19 di Indonesia, beberapa pengamat dan ahli belum bisa memprediksi kapan pandemi ini akan berakhir.

sumber gambar: covid19.go.id
Lagipula sistem managemen pembelajaran sangat berguna meskipun pandemi sudah berlalu. Kenapa? Karena sistem ini mengurangi penggunaan kertas juga administrasi penilaian yang banyak dan berulang-ulang. Padahal guru harus fokus kepada pembelajaran siswa, bukan administrasi yang menyita banyak waktu dan banyak kertas.

sumber gambar: pixabay
Terhitung sejak bulan Maret 2019, sekolah-sekolah telah melakukan proses pembelajaran jarak jauh. Para guru dituntut untuk menguasai Teknologi Informasi yang mendukung keberlangsungan proses belajar-mengajar jarak jauh. Pembelajaran disampaikan berupa multimedia, baik berupa rekaman suara, gambar, ataupun video. Namun, sayangnya platform yang dipakai selama ini adalah via whatshap. Padahal Whatsapp mempunyai beberapa kekurangan yang malah membuat proses belajar mengajar kurang maksimal dan kurang nyaman.
Beberapa di antaranya yaitu:
1. Tidak bisa mengirimkan media dengan file yang besar.Sering terjadi video yang dikirimkan harus terpotong karena lebih besar dari batasan yang dipakai whatsapp.
2. Chat pembelajaran atau pesan penting tertimpa percakapan baru dari anggota grup.
3. Whatsapp hanya sebuah perantara, sehingga tidak bisa melakukan penilaian langsung di aplikasi tersebut. Seringnya para guru menggunakan Google form untuk membuat kolom jawaban, tapi google form pun terbatas kemampuan assesmentnya. Sehingga kurang praktis.
4. Video atau media lain yang terkirimkan ke grup tidak bisa selamanya tersimpan. Jadi sayang sekali jika kita masih membutuhkan video tersebut dan lupa untuk menyimpannya di media yang lain karena sewaktu-waktu video bisa terhapus.
Masalah-masalah tersebut di atas sebenarnya cukup mudah solusinya. Yaitu segera membuat Learning Management System, contoh salah satunya adalah Moodle.

Moodle adalah sebuah platform yang memungkinkan lembaga atau sekolah untuk membangun sistem pembelajaran terintegrasi. Beberapa kemudahan dan kelebihan yang ditawarkan antara lain:
1. Fitur yang disediakan sangat memudahkan proses belajar mengajar secara virtual.Penyampaian pembelajaran secara multimedia, baik dengan rekaman, gambar, maupun video. Bahkan bisa embeded dari media lain semisal youtube. Dan aplikasi ini bisa memuat data besar, jadi guru-guru tidak perlu bingung mengirimkan video pembelajaran yang datanya besar. Juga media pembelajaran bisa disimpan selamanya asal tidak dihapus oleh administrator. Jadi di tahun pelajaran berikutnya video tersebut bisa diakses kembali dan tidak memenuhi ponsel guru dan wali murid.
2. Penilaian bisa dilakukan langsung saat siswa melakukan login ke sistem. Sistem yang terintegrasi bisa membuat rekaman keaktifan siswa, misalnya siswa sudah login, berarti sudah melakukan absensi. Pada waktu selesai menjawab soal, bisa langsung ada penilaiannya. Jadi benar-benar paperless. Semua dilakukan secara virtual.
3. Managemen administrator berjenjang. Seperti layaknya sebuah lembaga, para administrator di aplikasi ini bisa diatur sedemikian rupa seperti layaknya sekolah di dunia nyata. Misalnya Kepala Sekolah bisa mengakses langsung hasil penilaian siswa di masing-masing mata pelajaran tanpa melalui guru mapelnya.
4. Lembaga bisa membangun LAN dengan hosting sendiri. Misalnya untuk keamanan dan mengurangi biaya internet para wali murid dengan cara Sekolah membuat jaringan intranet. Para siswa yang rumahnya berdekatan bisa melakukan koneksi intranet ke server sekolah dengan biaya yang murah.
5. Aplikasi ini memungkinkan third party dan open source. Lembaga bisa mengotak-atik atau bongkar pasang fitur yang disediakan lalu disesuaikan dengan kebutuhan guru atau anak didik, jadi tampilan antar muka kelas virtual bisa sederhana dan tepat guna.
Lantas, apakah jika pandemi berakhir LMS ini jadi tidak berguna?
Tentu saja tidak. LMS justru sangat bermanfaat untuk perkembangan sistem pembelajaran. Coba bayangkan berapa waktu yang bisa dihemat jika materi yang sudah pernah dibuat dan disimpan oleh guru digunakan kembali? Guru tidak perlu lagi susah-susah menerangkan kembali di papan tulis. Siswa cukup menyimak pembelajaran pada aplikasi sebagai PR, lalu besoknya pada waktu tatap muka mereka tinggal menanyakan apa yang belum dimengerti dan latihan menjawab soal. Dengan sistem ini, anak didik juga dilatih untuk manajemen waktu belajarnya. Cukup memudahkan, bukan?
Lagipula, pandemi ini bisa menjadi suatu gambaran worst case scenario. Bagaimana jika ada kejadian lagi di masa depan yang membuat kita tidak bisa melakukan pembelajaran tatap muka? Atau misalnya ada bencana alam?
Bayangkan jika ada lembaga yang bisa mengakses internet. Data-data fisik pembelajaran dan penilaian semua hilang karena bencana. Namun, jika sudah tersimpan sebelumnya di LMS data tersebut bisa dipanggil kembali asal bisa terhubung dengan internet. Bukankah itu adalah suatu anugerah atas apa yang kita perjuangkan jauh hari sebelumnya?
Semoga menteri Pendidikan dan pihak terkait bisa melakukan agenda pembuatan LMS ini secara nasional, dan anak didik juga guru mendapatkan kemudahan karenanya.
Akhir kata, semoga para generasi muda Indonesia tidak patah semangat dalam mengejar cita-cita. Saya yakin anak-anak Indonesia adalah anak yang pintar dan kreatif, dan pandemi ini hanyalah suatu batu kerikil yang tak bisa menghalangi mereka untuk bisa terus maju.
Quote:
Sumber:
Opini pribadi
moodle.com

Diubah oleh WardahRos 09-09-2020 15:59






alifrian. dan 8 lainnya memberi reputasi
7
489
11


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan