Kata pepatah, "Hidup selalu berubah. Yang tidak berubah adalah perubahan itu sendiri".

Ane rasa idiom di atas ada benarnya. Terutama saat belakangan ini, dimana virus menyebar dari pusat kota hingga pelosok desa. Banyak orang terkonfirmasi positif Corona, dan semakin hari semakin meningkat. Untuk meminimalisir penyebaran wabah, orang - orang dipertemukan dengan kebiasaan baru.

Penggunaan masker, pembiasaan cuci tangan dan jaga jarak menjadi gaya hidup zaman sekarang. Namun apakah pandemi hanya mempengaruhi itu saja? Mungkin saja tidak, karena bisa jadi terdapat hal lain yang juga berubah karena wabah. Salah satunya di bidang ekonomi. Apa saja perubahan di bidang tersebut? Yuk disimak!

Konsumsi bensin lebih sedikit

Sebelum terjadi pandemi, banyak orang menggunakan kendaraan pribadi masing - masing buat urusan wira - wirinya. Ada yang memakai motor kayak ane dan tidak sedikit juga yang menggunakan mobil untuk sekolah dan bekerja. Sehingga dengan demikian uang bensin dibutuhkan. Kadang juga kendaraan butuh ganti oli atau service rutin yang membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Semua itu diperlukan agar orang - orang lebih gampang saat bepergian sehari - hari.




Namun karena terjadi pandemi, masyarakat dianjurkan untuk tak sering bepergian. Karena kalau bepergian akan terancam penularan virus. Sehingga banyak orang termasuk ane lebih banyak bekerja di rumah. Dengan begitu, kendaraan seperti motor dan mobil jadi jarang digunakan. Jadinya uang bensin yang awalnya harus ada, kini bisa dialihkan buat memenuhi kebutuhan lain. Wabah membuat belanja bensin masyarakat menurun. Hal ini dapat dilihat dari data yang dirilis Pertamina.

Quote:

Selama bulan April 2020, tercatat 28 persen penurunan penyaluran BBM dibandingkan konsumsi normal untuk BBM jenis bensin atau gasoline (Premium, Pertalite, dan Pertamax Series).

Jika pandemi terus terjadi, maka bisa diperkirakan orang semakin jarang bepergian. Kalau sudah begitu, motor juga lebih sering ndekem di dalam rumah timbang berkeliaran di jalan. Hal ini bisa saja akan menurunkan penjualan motor atau mobil.

Jadi untuk beradaptasi dengan situasi semacam itu, mungkin beberapa cara bisa dilakukan. Contohnya seperti menggunakan transportasi umum daripada kendaraan pribadi.

Pekerjaan fisik dibarengi pekerjaan online

Saat ane kecil dulu, ane pernah pergi ke bank buat menabung. Di bank itu, ane ketemu sama mbak - mbak teller yang ramah, pegawai yang menawarkan asuransi dan nasabah lain yang pada antri. Saat itu pakai nomor antrian, siapa cepat dia akan dilayani lebih dulu. Makanya enggak heran orang pergi ke bank pagi - pagi banget buat ambil nomor antrian.




Sebenarnya, kemajuan teknologi hape dan internet membuat keramaian itu menjadi agak berkurang. Namun damage- nya lebih terasa lagi saat terjadi wabah. Orang dibuat bekerja dari rumah dan sekolah dari rumah. Masyarakat dikondisikan mengganti gaya kerja dari fisik menuju online. Jadi belajar yang harusnya di sekolah, kini bisa lewat daring. Mau buka tabungan enggak perlu ke bank, karena lewat hape bisa. Rapat - rapat dinas ke luar kota semakin sedikit dilaksanakan, diganti dengan video conference lewat laptop. Intinya memang pekerjaan fisik masih banyak dilakukan, namun aktivitas online juga mulai ditumbuhkan. Hal ini dapat dilihat dari data portal Industry.co.id.

Quote:

Selama masa COVID-19, kami melihat adanya lonjakan dalam pendaftaran freelancer dan jumlah pengguna harian 50% lebih tinggi daripada periode sebelum Covid-19. Juga jumlah pekerjaan yang terkait dengan online commerce rata-rata meningkat sebesar 20% setiap bulannya di tahun ini.

Kalau misal pandemi terus berlanjut di masa depan, bukan tidak mungkin jumlah pekerjaan fisik akan menurun dan diganti oleh pekerjaan online yang semakin banyak. Ini akan membuat kantor lebih sepi, sekolah tak seramai dulu dan pasar jadi lebih lengang. Mungkin pekerjaan fisik seperti yang ada di proyek jalan, pabrik bahan pangan dan transportasi umum akan terus dibutuhkan. Namun kemajuan iptek dan terjadinya pandemi membuat jumlah pekerjaan online menjadi gaya bekerja yang enggak bisa dihindari.

Jadi agar tidak ketinggalan amat, yang bisa dilakukan adalah tetap bekerja fisik sambil sedikit - sedikit mencari tahu tentang dunia online dan pekerjan yang mungkin tersedia didalamnya.

Mencoba belanja online

Salah satu yang terdampak adalah pekerjaan dalam hal jual beli. Kalau dulu ane pergi ke warung buat beli jajan, kini ane bisa beli jajan lewat online. Jadi ane tidak perlu ke pasar, karena sudah ada babang kurir yang mengantarkan pesanan ke rumah ane.




Penggunaan uang tunai juga mulai dikurangi. Masyarakat mulai diajari bertransaksi dengan hape mereka. Tinggal scan maka sudah bisa belanja. Tinggal klik sudah bisa bayar tagihan. Transaksi online semakin berkembang. Sebenarnya perdagangan online sudah ada sejak dulu. Namun wabah yang terjadi membuatnya lebih masif. Perkembangan ini dapat dilihat dari data Bisnis.com.

Quote:

BPS memaparkan terjadi peningkatan sebesar 42 persen dalam aktivitas belanja online selama pandemi Covid-19, termasuk penerapan pembatasan sosial berskala besar (PSBB).

Kalau sistem belanja online terus dilakukan, maka jumlah uang kertas dan logam akan menurun diganti dengan QRIS. Masyarakat akan jarang menggunakan uang riil. Dengan begitu kegiatan jual beli akan lebih banyak dilakukan secara online.

Agar bisa beradaptasi dengan sistem pembayaran ini, yang bisa orang lakukan adalah belajar bertransaksi online lewat gadget mereka masing - masing.

Beberapa perubahan di atas mengindikasikan ekonomi dunia khususnya negara kita sedang menuju bentuk yang baru. Dan mungkin akan berpengaruh kepada masyarakat umum kayak ane dan ente. Mau adaptasi dengan cepat boleh. Atau pengen lambat asal selamat juga bisa. Tinggal orangnya aja mau beradaptasi dengan cara yang bagaimana, sesuai dengan kondisi masing - masing.