- Beranda
- Komunitas
- News
- Perencanaan Keuangan
Berkat COVID-19 Ane Sadar Untuk Tidak Menyimpan Seluruh Uang Kedalam Saham


TS
nabil.22
Berkat COVID-19 Ane Sadar Untuk Tidak Menyimpan Seluruh Uang Kedalam Saham

Dari dulu ane percaya bahwa saham adalah investasi yang bisa memberikan kenaikan lebih besar dibanding investasi lainnya. Karena kenaikkannya bisa mencapai hingga 20-30% pertahun.

Seperti saham bank BCA ini misalnya, bila kita membelinya 5 tahun yang lalu harga 1 lot bank BCA 1.200.000 rupiah. Dan bila kita menjualnya pada awal Januari 2020 maka harganya 3.500.000 rupiah. Berarti kita sudah mendapatkan kenaikkan sebesar 291% selama 5 tahun.
Itulah kenapa ane selalu menaruh uang yang ane miliki kedalam saham. Hanya 10% dari kekayaan ane miliki yang ane simpan di bank. Karena bank hanya memberikan bunga yang kecil dan saham mudah dicairkan makanya ane lebih memilih menyimpan uang di dalam instrumen saham.
Tapi sayangnya ane lupa menyadari bahwa saham juga memberikan resiko yang besar. Contoh tadi tentunya memberikan awal yang menarik bagi mereka yang ingin berinvestasi di pasar saham. Lalu bagaimana kondisi saham di masa pandemi sekarang ini?

Jawabannya harganya hancur total. Bulan Maret kemarin adalah masa kehancuran harga saham dunia termasuk Indonesia. Harga bank BCA pada bulan Januari 2020 sebesar 3.500.000 rupiah/ lot sedangkan bila kita tarik ke akhir bulan Maret maka harganya menjadi 2.200.000 rupiah/lot. Yang berarti harga saham bank BCA kembali ke tahun 2018.
Inilah yang ane rasakan pada akhir bulan maret lalu. Seluruh portofolio yang ane miliki menjadi merah darah padahal sebelumnya sudah profit hingga puluhan persen. Takut kerugian menjadi semakin besar, akhirnya ane memutuskan untuk cutloss. Tidak hanya ane yang merugi, hampir semua yang bermain saham pasti mengalami kerugian saat itu. Bahkan dierkirakan kerugian akibat anjloknya IHSG mencapai 1.418 Triliun rupiah. Dimana Indonesia adalah negara yang mengalami penurunan paling parah ke dua setelah Filipina di Asia. (sumber)
Anepun akhirnya harus beradaptasi dengan kondisi pasar saham yang sangat tidak menentu. Ditambah sama sekali tidak bisa diprediksi. Yang awalnya berita baik akan mendongkrak harga saham tersebut, justru bisa membuat harga saham tersebut turun. Yang biasanya indeks USA menjadi patokan indeks Asia, kini sama sekali tidak berpengaruh. Membuat orang-orang yang terjun ke dunia saham sama sekali kebingungan.

Jujur sebelum pandemi ini ane sama sekali tidak mengetahui apa itu money management. Jadi ketika membeli saham, ane menggunakan seluruh uang ane yang ada. Efeknya, ketika harganya turun, ane tidak punya kesempatan untuk menambah sahamnya.
Tapi dari pandemi ini ane akhirnya belajar guna dari money management tersebut. Ane sendiri beruntung memiliki keberanian untuk melakukan cutloss. Karena ada teman ane yang takut melakukan cutloss membuat dirinya merugi lebih banyak dan lebih dalam.

Pelajaran lain yang ane ambil adalah tidak meletakkan semua uang yang ane miliki ke dalam saham. Prinsip don't put all your egg in one bucketbaru ane terapkan sekarang-sekarang ini. Akhirnya ane alokasikan beberapa uang yang ane miliki ke beberapa sektor investasi, yaitu reksadana dan emas.
Dampak yang saat ini ane rasakan menjadi lebih tenang bila mendengar berita buruk. Seperti kasus black lives matter kemarin. Nilai saham yang ane miliki menjadi ikut turun karena kericuhan di USA, tapi nilai emas yang ane miliki malah meningkat. Jadi ketika yang satu turun, yang lainnya belum tentu turun. Karena ane menginvestasikan di investasi yang berbeda.
Tentunya hal ini memberikan dampak yang baik kedepannya bagi ane sendiri. Meski kenaikan dan keuntungan menurun, namun setidaknya ane bisa mengurangi kerugian investasi tersebut.
0
349
0


Komentar yang asik ya


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan