- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Apakah Hanya Saya yang Muak dengan Budaya Amplop?


TS
Ayokitakemanaaa
Apakah Hanya Saya yang Muak dengan Budaya Amplop?
Apakah Hanya Saya yang Muak dengan Budaya Amplop?
Kisah wartawan mahasiswa yang bergumul dengan idealisme pers.

ππ’πͺππ« π°ππΆπ π‘π¦π¨ππ°π¦π₯ π²ππ«π€ π¬π©π’π₯ π«ππ―ππ°π²πͺππ’π― π°π’π₯πππ¦π° π©π¦ππ²π±ππ«. βπ πΆππ«π€ π°π’π‘ππ«π€ πͺππ€ππ«π€ π‘π¦ π°π’ππ²ππ₯ πͺπ’π‘π¦π π¦π±π² πͺπ’π«π π’π―π¦π±ππ¨ππ« π₯ππ© π±ππ‘π¦ π©π’π΄ππ± π°π±ππ±π²π° ππ₯ππ±π°πππ-π«πΆπ . ππ’π«π€ππ« π«ππ‘π π€π’πͺππ¦π―π, π¦π πππ₯π¨ππ« ππ’π―π±ππ«πΆπ π¨ππππ« π«ππ―ππ°π²πͺππ’π―-π«ππ―ππ°π²πͺππ’π― π©ππ¦π« πͺπ’π©ππ¨π²π¨ππ« π₯ππ© πΆππ«π€ π°ππͺπ.
ππ’π«π€ππ¨π²ππ«π«πΆπ π¦π±π² π°ππΆπΒ π°π π―π’π’π«π°π₯π¬π±. πππΆπ π©π’πͺπππ― π¨π’ π€π―π²π ππ₯ππ±π°πππ πΆππ«π€ π¦π°π¦π«πΆπ π±π’πͺππ«-π±π’πͺππ« π¨π²π©π¦ππ₯. ππ―π²π πͺπ’π«π§ππ‘π¦ π―π¦π²π₯, πππ‘ππ₯ππ© π°π²π‘ππ₯ π₯ππͺππ¦π― π‘π²π ππ²π©ππ« π¦π«π¦ π°π’ππ¦ ππ’π―π‘π’πππ±ππ« π°π’πππ ππ’π«π€π₯π²π«π¦π«πΆπ π°π¦ππ²π¨ πͺππ€ππ«π€.
πππͺπ¦ ππ’π―π‘π’πππ± ππππ¨ππ₯ π²ππ«π€ π«ππ―ππ°π²πͺππ’π― π΄ππ§ππ― π‘π¦π±π’π―π¦πͺπ. ππ’π«π²π―π²π± π±π’πͺππ« π±ππ‘π¦, π«ππ―ππ°π²πͺππ’π―π«πΆπ ππ¦π©ππ«π€ π²ππ«π€ π¦π±π² ππ²π¨ππ« π°π¬π€π¬π¨ππ«, ππ²π¨ππ« π‘π’πͺπ¦ πͺπ’πͺπ’π«π€ππ―π²π₯π¦ π¦π°π¦ ππ’π―π¦π±π, πͺπ’π©ππ¦π«π¨ππ« π°π’π¨ππ‘ππ― π°π’π‘π’π¨ππ₯ π°π’πππ π΄ππ¨π±π² π¦π±π² ππ’π―π±π’πππ±ππ« π‘π’π«π€ππ« π₯ππ―π¦ π¦π°π±π¦πͺπ’π΄π π²πͺππ± βπ°π©ππͺ, ππ²πͺππ±.
πππ―π¦ ππ’π―π‘π’πππ±ππ« πππ«π§ππ«π€ π‘π¦ π€π―π²π, π±π’π―π«πΆππ±π π±π’πͺππ«-π±π’πͺππ« π°ππΆπ πΆππ«π€ πͺππ€ππ«π€ π‘π¦ π±π’πͺπππ± π©ππ¦π« π§π²π€π πͺπ’π«π€ππ¨π² π°π’π―π¦π«π€ πͺπ’π«π‘ππππ± "π²π ππππ« π±π’π―π¦πͺπ π¨ππ°π¦π₯". ππ’π―π’π¨π π±ππ¨ πͺπ’π«π¬π©ππ¨ π°ππͺπ π°π’π¨ππ©π¦ ππ±ππ² π°π’π¨ππ‘ππ― π―ππ€π² ππππ¨ππ₯ π²ππ«π€ π¦π±π² πͺπ’π©ππ«π€π€ππ― ππ±π²π―ππ«.
"βπ±π², π¨ππ«, π°π’πππ€ππ¦ π²π ππππ« π±π’π―π¦πͺπ π¨ππ°π¦π₯Β ππ§π," π¨ππ±π πͺπ’π―π’π¨π.
ππ’π©ππ¦π« π±π¦π‘ππ¨ πͺπ’π«π¬π©ππ¨, πͺπ’π―π’π¨π π§π²π€π π°π’ππ’π―π±π¦π«πΆπ π±π¦π‘ππ¨ πππ₯ππͺ ππ’π‘ππ«πΆπ ππ’π―π¦π±π π‘ππ« ππ‘π³π’π±π¬π―π¦ππ©.
"πππ‘ππ«π€ πͺπ’πͺππ«π€ ππ‘π, π ππ«π€, π¨ππͺπ¦ π‘π¦π°π²π―π²π₯Β π«π€π’π©π¦ππ²π±Β ππ’π―π¦π±π, π±π’π―π²π° πͺπ’πͺππ«π€ ππ‘π πππΆππ―ππ«π«πΆπ."
ππππ¦ π°π’π ππ―π π²πͺπ²πͺ, πͺπ’π―π’π¨π ππ’π―ππ’π«π‘ππππ± π²ππ«π€ "π²π ππππ« π±π’π―π¦πͺπ π¨ππ°π¦π₯" π΄ππ§ππ― π‘π¦π±π’π―π¦πͺπ. πππΆπ πΆππ«π€ π¨ππ©ππ π‘π’π«π€ππ« ππ’π―ππ’π‘πππ« ππ’π«π‘ππππ± π¦π±π², πͺπ’π«πΆπ²πͺπππ₯ π°π’ππ’π©π²πͺ ππ¨π₯π¦π―π«πΆπ πͺπ’π«πΆπ’π°ππ©.
"ππ¬π₯π¬π« πͺπππ£, π±πππ¦ π¬π―ππ«π€-π¬π―ππ«π€ π°π’ππ’π―π±π¦ π¨ππ©π¦ππ«, πππ₯π¨ππ« πͺπ²π«π€π¨π¦π« π§π²π€π ππ¨π², πͺπ’πͺππ«π€ π°π’πππ¦π¨π«πΆπ π±π¦π‘ππ¨ πͺπ’π«π§ππ‘π¦ πππ€π¦ππ« π‘ππ―π¦ π§π²π―π«ππ©π¦π°πͺπ’."
π ππ€π²π° ππ―π¦πππ‘π¦, ππ’πͺπ―π’π‘ ππ’πͺπππ€π ππ’π―π° πππ₯ππ°π¦π°π΄π (πππ)Β πππ€ππ°ππ«Β π‘ππ―π¦ πβπ ππ²π°π¨π βπ¦ππ², ππ€π²π°π±π²π° π©ππ©π² π©π¦ππ²π±ππ« ππ±ππ° π«ππͺπ ππ―π¦πππ‘π¦ π‘ππ©ππͺ π―ππ«π€π¨π ππ’π©ππ±π¦π₯ππ« π§π²π―π«ππ©π¦π°πͺπ’ πΆππ«π€ π‘π¦ππ‘ππ¨ππ« ππ’π―π¦π¨ππ± ππ²π―π«ππ©π¦π° π²π«π±π²π¨ ππ’ππ’π―ππ€ππͺππ« (ππ’π§π²π¨) π¨π’ π ππ«π€π¨π¦π«ππ«π€, βπ¦ππ². π ππ€π²π° πͺπ’π«πΆπ’π©π¦π‘π¦π¨π¦ π°π’π¨π¬π©ππ₯ π«π’π€π’π―π¦ πΆππ«π€ π±π¦π‘ππ¨ πͺπ’π«π€ππ‘ππ¨ππ« ππ’π©ππ§ππ―ππ« ππ€ππͺπ π©ππ¦π« π°π’π©ππ¦π« βπ°π©ππͺ π‘ππ« πͺπ’πͺππ¨π°π π°π¦π°π΄π¦ π«π¬π«-πͺπ²π°π©π¦πͺ πͺπ’πͺππ¨ππ¦ π§π¦π©πππ. ππ²π©π¦π°ππ«π«πΆπ π©ππ©π² π±π’π―ππ¦π± π‘π¦ π°π¦π±π²π° π£π’πͺπ¦π«π¦π°,Β πππ€π‘ππ©π’π«π’, π‘ππ« π‘π¦πππ€π¦π¨ππ« π₯ππͺππ¦π― π°π’π―π¦ππ² π¨ππ©π¦ ππ’π«π€π€π²π«π ππ΄π¦π±π±π’π―.
ππππ± π©π¦ππ²π±ππ«, π ππ€π²π° πͺπ’πͺππ¦ππΆππ¦ π‘π¦π―π¦π«πΆπ π°π’π«π‘π¦π―π¦. ππ¬πͺππ’π±π«πΆπ π¨ππ«π‘ππ° π²π«π±π²π¨ πͺππ¨ππ«, ππ’π«π°π¦π«, π‘ππ« π°π’π€ππ©π πͺππ ππͺπ«πΆπ. πππ«π€π«πΆπ π₯ππ«πΆπ π°π¦π°π 20 π―π¦ππ². πππ‘ππ₯ππ©, π¦π πͺππ°π¦π₯ π₯ππ―π²π° πͺπ’π«π’πͺππ²π₯ ππ²π©π²π₯ππ« π¨π¦π©π¬πͺπ’π±π’π― π²π«π±π²π¨ ππ’π―π§ππ©ππ«ππ« ππ²π©ππ«π€ π¨π’ ππ’π¨ππ«πππ―π².
ππ¦ π±π’π«π€ππ₯-π±π’π«π€ππ₯ π΄ππ΄ππ«π ππ―π, π ππ€π²π° π‘π¦π±ππ΄ππ―π¦ πͺππ¨ππ« π°π¦ππ«π€ π¬π©π’π₯ π¨π’πππ©π π°π’π¨π¬π©ππ₯ πΆππ«π€ π§ππ‘π¦ π«ππ―ππ°π²πͺππ’π―π«πΆπ. π ππ€π²π° πͺπ’π«π€π¦πΆππ¨ππ« π±πππ¦ π±π’π±ππ πͺπ’π©ππ«π§π²π±π¨ππ« ππ’π―π±ππ«πΆπππ«. ππ’π±π’π©ππ₯ π°π’π©π’π°ππ¦, π¨π’πππ©π π°π’π¨π¬π©ππ₯ π¦π±π² πͺπ’π«π’π©π’ππ¬π« ππ§π²π‘ππ«π«πΆπ. ππ§π²π‘ππ«π«πΆπ π©ππ©π² π‘π¦ππ’π―π¦π«π±ππ₯ πͺπ’πͺππ’π―π¦ π ππ€π²π° π²ππ«π€ π°π’ππ’π°ππ― 200 π―π¦ππ² π¨π’π±π¦π¨π π₯π’π«π‘ππ¨ πͺπ’π«π¦π«π€π€ππ©π¨ππ« π©π¬π¨ππ°π¦. π ππ€π²π° πͺπ’π«π¬π©ππ¨ π°π’πͺπ²π π¦π±π².
"ππππ£, π«π€π€ππ¨ ππ¦π°π, πππ¨. πππΆπ ππ²π«πΆπ π¨π¬π‘π’ π’π±π¦π¨."
πππ―π±ππ΄ππ«Β πππ€ππ°ππ«Β π©ππ¦π« π§π²π€π π°π’π―π¦π«π€ π‘π¦π±ππ΄ππ―π¦ πͺππ¨ππ« π°πππ± π΄ππ΄ππ«π ππ―π. π ππ€π²π° π±ππ¨ πͺπ’π©ππ―ππ«π€ ππ«π€π€π¬π±ππ«πΆπ πͺππ¨ππ« ππ’π―π°ππͺπ π«ππ―ππ°π²πͺππ’π―, π±πππ¦ π ππ€π²π° πͺπ’π΄ππ§π¦ππ¨ππ« πͺπ’π―π’π¨π πππΆππ― π°π’π«π‘π¦π―π¦ πͺππ¨ππ«ππ«π«πΆπ.
π ππ€π²π° π§π²π€π πͺπ’π©ππ―ππ«π€ ππ«π€π€π¬π±ππ«πΆπ π¦π¨π²π± πͺππ¨ππ« π‘π¦ ππ ππ―π-ππ ππ―π πΆππ«π€ πͺπ’π«π€π²π«π‘ππ«π€ πͺπ’π―π’π¨π ππ€ππ― π‘π¦π©π¦ππ²π±. ππππ¦ π¨ππ©ππ² πͺπ’πͺππ«π€ π¦π«π€π¦π« πͺππ¨ππ«, πΆπ π°π’πππ©π¦π¨π«πΆπ, π ππ€π²π° πͺπ’π©ππ―ππ«π€ πͺπ’π―π’π¨π π©π¦ππ²π±ππ«.
"Mohon maaf, tapi orang-orang seperti kalian, bahkan mungkin juga aku, memang sebaiknya tidak menjadi bagian dari jurnalisme."
Bagus Pribadi, Pemred Lembaga Pers Mahasiswa (LPM)Β GagasanΒ dari UIN Suska Riau, Agustus lalu liputan atas nama pribadi dalam rangka pelatihan jurnalisme yang diadakan Serikat Jurnalis untuk Keberagaman (Sejuk) ke Bangkinang, Riau. Bagus menyelidiki sekolah negeri yang tidak mengadakan pelajaran agama lain selain Islam dan memaksa siswi non-muslim memakai jilbab. Tulisannya lalu terbit di situs feminis,Β Magdalene, dan dibagikan hampir seribu kali pengguna Twitter.
Saat liputan, Bagus membiayai dirinya sendiri. Dompetnya kandas untuk makan, bensin, dan segala macamnya. Uangnya hanya sisa 20 ribu. Padahal, ia masih harus menempuh puluhan kilometer untuk perjalanan pulang ke Pekanbaru.
Di tengah-tengah wawancara, Bagus ditawari makan siang oleh kepala sekolah yang jadi narasumbernya. Bagus mengiyakan tapi tetap melanjutkan pertanyaan. Setelah selesai, kepala sekolah itu menelepon ajudannya. Ajudannya lalu diperintah memberi Bagus uang sebesar 200 ribu ketika hendak meninggalkan lokasi. Bagus menolak semua itu.
"Maaf, nggak bisa, Pak. Saya punya kode etik."
WartawanΒ GagasanΒ lain juga sering ditawari makan saat wawancara. Bagus tak melarang anggotanya makan bersama narasumber, tapi Bagus mewajibkan mereka bayar sendiri makanannya.
Bagus juga melarang anggotanya ikut makan di acara-acara yang mengundang mereka agar diliput. Tapi kalau memang ingin makan, ya sebaliknya, Bagus melarang mereka liputan.
"Mau makan, makanΒ aja. Jangan liputan. Kan, enak.Β UdahΒ makan, kenyang, nggak liputan lagi."
Belum lama ini ada dosen yang juga seorang musisi memintaΒ GagasanΒ mempromosikannya. Promosi itu tentu saja tidak gratis karena dosen tersebut menjanjikan bayaran. Syaratnya, tulisan itu harus ditulis di rubrik reguler yang mengesankan liputan dilakukan tanpa diminta. Bagus menolak mentah-mentah permintaan itu.
"Kalau mau, dosen itu bisa aku tulis di rubrik advetorial. Bayarannya terserah. Tapi waktu anggota aku bilang kayak gitu, dosen itu nolak. YaΒ udah."
Di Amerika,Β dari tulisan Andreas Harsono, saya tahu bahwa orang iklan dan orang berita dilarang akrab. Katanya, akrab sama orang iklan bisa bikin rusak cara pandang orang berita. Kantor mereka bahkan harus berbeda lantai.
Di Amerika jugalah mulanya muncul istilah pagar api (fire wall). Pagar api adalah garis tipis tegas yang memisahkan antara berita dengan iklan. Pada 2001 saat Harsono menulis ini,Β Tempo, Kompas, dan teman-temannya belum ada satu pun yang mengamalkan ini.
Kalau dua hal yang dianggap sepele macam lantai kantor wajib terpisah dan sekadar akrab pun dilarang, apakah kemudian βtanda terima kasihβ bisa diwajarkan? Tentu beda ceritanya kalau untuk tulisan advetorial yang memang wajib membayar.
Persis apa kata editorΒ Asumsi,Β Dea Anugrah, ada banyak wartawan sekarangΒ yang tak sanggup menatap masa depan.Β Sehari harus menulis belasan berita, gaji jauh di bawah rata-rata, tekanan tinggi, dan bahkan liputan ke luar kota tanpa diberi uang bensin. Ini masalah. Wartawan harus gigit kuat kode etik dan prinsip, sementara di sisi lain ada kebutuhan dasar yang tak terpenuhi dengan layak. Maka jadi wajar kalau sampai ada yang memaklumi "ucapan terima kasih" sebagai upaya bertahan hidup.
Bagus beruntung ditawari 200 ribu saat statusnya masih mahasiswa. Hidupnya hampir 100 persen masih bergantung pada orang tua. Ia tak punya banyak beban membiayai apapun. Tapi mungkin beda cerita kalau tawaran ini datang 10-20 tahun lagi.
Meski begitu, saya merasa nilai ideal perlu dirawat. Nilai ideal harus tetap sempurna sebagai petunjuk sejauh apa kita telah keluar dari rel yang seharusnya. Saya benar-benar naik darah saat seorang teman mengejek argumen saya dengan, "Kalau teorinya banyak beda sama kenyataan lapangan, gantiΒ ajaΒ teorinya." DenganΒ emoticonΒ tertawa, saya merasa ia seakan-akan sedang menginjak kepala orang-orang yang berusaha sekuat tenaga menjaga pagar api dan upaya menghindari bias psikologis wartawan.
Dosen saya pernah bilang, kalau cuma mau jadi wartawan, enggak perlu letih-letih kuliah sampai empat tahun. Cukup ikut pelatihan tiga bulan, status wartawan sudah bisa dikalungin.
Diubah oleh Ayokitakemanaaa 04-01-2021 17:43




tien212700 dan akunkubaik memberi reputasi
2
12.7K
0


Komentar yang asik ya


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan