Satu Pandemi Berjuta Adaptasi



Ya memang benar adanya virus ini mengajarkan banyak hal dan merubah segalanya.

Pendidikan adalah hal penting dalam hidup, kita wajib memberikan yang terbaik untuk anak.

Agar anak menjadi pintar dan berilmu. Betul gak?

Akibat adanya pandemi ini terpaksa anak-anak harus belajar di rumah.

Ya memang belajar itu di mana-mana sama saja, tapi suasana akan merubah mood anak. Dan yang namanya belajar di rumah, tentu saja tidak seperti belajar di sekolah, di sekolah anak-anak lebih semangat berbanding balik dengan di rumah.

Apalagi yang ngajarinnya suka marah-marah kayak ane gak sabaran. Hhehe.

Mengajari anak di rumah harus ekstra sabar agar ia nurut dan manut jika di ajari.

Perubahan dengan adanya pandemi ini banyak banget dari mulai ekonomi, pendidikan, keuangan dan lain-lain.

Kita di haruskan beradaptasi dari kebiasaan lama menjadi kebiasaan baru.

Akibat adanya pandemi ini sekolah di liburkan sampai 3 bulan lamanya, dan tidak hanya itu setelah libur 3 bulan lamanya, sekolah anak-anak menjadi di rumah.

Sebagai orang tua pasti pusing ngajarin anak di rumah, apalagi pendidikan orang tua yang hanya level bawah dan anak susah di ajarkan oleh orang tua sendiri beda dengan di ajarkan orang lain.

Apalagi belajar di rumah hanya di jelaskan lewat WA tanpa tatap muka. Guru hanya memberikan soal lewat WA tanpa di jelaskan dengan detail.

Dan belajar online ini banyak kendala untuk keluarga kami yang tinggal di kampung dan keluarga pas-pasan. Kendala yang di alami keluarga yang tinggal di kampung adalah sinyal yang suka tiba- tiba ngilang, kuota pun menjadi kendala untuk keluarga yang kurang mampu.

Di tambah anak yang gak mau belajar mereka malah bermain seharian tanpa mempedulikan pelajaran.

Mereka tidak mempedulikan orang tua yang terus-terus ngomel menyuruh belajar.

Ibu-ibu pun sering demo kepada guru sekolah di karenakan kendala-kendala yang di alami. Gimana caranya agar anak-anak mau belajar tanpa pemaksaan.

Maka guru pun bertindak gimana caranya agar anak-anak tetap belajar tanpa hambatan.



Karena anak-anak di ajarkan orang tua tidak mau, maka guru pun sepakat mengunjungi rumah para murid di setiap kelompok. Jadi dalam satu kelas di bagi menjadi 5 kelompok. Masing-masing kelompok rata-ratanya 7 orang. Jadi belajar pun lebih efektif dan tidak ada alasan lagi untuk malas belajar.

Wali kelas bergantian untuk mengunjungi rumah para murid di setiap kelompok, kenapa di kelompok tujuannya kalo belajar bersama, anak-anak tidak cepat bosan jadi lebih bersemangat. Kalo belajar sendiri malah ngantuk dan membosankan.

Para guru pun masih mentaati peraturan pemerintah untuk selalu menjaga jarak dan selalu memakai masker bila mengunjungi rumah para murid.

Dengan adanya belajar bersama ini para murid lebih bersemangat belajar, dan mereka juga bisa bertemu teman-temannya walau hanya sebagian.

Begitulah sekelumit perubahan yang di alami.

Semoga copid-19 ini cepat berlalu dan semua berjalan normal kembali. Aamiin.

Belajar Bersama Bisa dan Terima Kasih