- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
Cinta Dalam Kenangan


TS
jorghymub61
Cinta Dalam Kenangan
Winda, itulah namanya. Seorang gadis mungil berwajah cantik yang kebetulan satu kelas denganku.
Aku menyukainya.
Atau mungkin mencintainya?
Memang sih, mungkin akan terdengar berlebihan jika seorang anak yang masih duduk di bangku kelas 6 sekolah dasar berbicara soal cinta.
Tapi.
Aku masih mempercayai bahwa seorang anak pun bisa jatuh cinta layaknya orang dewasa karena cinta tak mengenal batas. Baik itu usia, latar belakang, profesi, atau apapun itu.
Ya itu pendapat Aku aja sih.
Walau Aku sadar telah menyukainya, tapi Aku juga sadar bahwa tak ada kemungkinan untuk Aku mengungkapkan perasaan suka ini padanya.
Winda adalah seorang siswi yang cantik, pintar, populer, bahkan, Ia selalu ranking satu di kelas. Sedangkan Aku?
Aku hanya anak desa yang entah bagaimana ceritanya orangtuaku menyekolahkan Aku ke Kota. Di kelas, aku hanya berkisar antara ranking 20-an dari total 33 siswa.
Winda diantar ke sekolah dengan menggunakan mobil yang mempunyai ban serep di bagian belakangnya. Sedangkan Aku, diantar oleh orangtuaku dengan menggunakan motor Honda Kharisma yang cicilannya terkadang nunggak 1 hingga 2 bulan, bahkan motor orangtuaku beberapa kali ditarik oleh lising karena tidak sanggup bayar.
Perbedaanku sama Winda bisa dikatakan seperti langit dan jurang terdalam yang ada di bumi.
Aku biasanya hanya akan memandangi wajahnya dari kejauhan. Menurutku, wajahnya terlihat sangat mempesona ketika sedang belajar dan memperhatikan guru saat memberi penjelasan di depan kelas.
Ia mengenakan kacamata persegi panjang tipis dengan rambut diikat. Sosok wanita yang sangat sempurna di mataku.
Tapi tetap saja, Aku tidak pernah mengenal dia lebih dekat.
Untuk berbicara saja, Aku tidak pernah melakukannya walau kami satu kelas. Aku memang segitu naifnya.
Pernah suatu ketika, Aku mendapatkan kesempatan yang tidak akan pernah ku lupakan yaitu saat Ibu Guru memberikan buku-buku anak di kelasku.
Aku diperintahkan untuk membagikan buku-buku yang telah diperiksa oleh Bu Guru ke teman-temanku di kelas.
Awalnya tak terpikirkan olehku, namun, saat berjalan ke arah kelas, Aku langsung memikirkannya.
Aku mencari buku milik Winda.
Setelah Aku menemukannya, segera ku buka halaman pertama. Aku baca di sana ada tulisan tentang soal dan jawaban pertanyaan pelajaran matematika.
Tulisannya sangat rapi, jauh berbeda dengan buku ku yang meski tak begitu buruk, tapi tidak seindah tulisannya.
Ini bukan karena Aku suka sama Winda, tapi memang tulisannya sangat rapi dan enak untuk dibaca.
Mendekati kelas, Aku baru sadar bahwa kalau Winda ada di bangkunya, maka Aku akan berbicara dengannya.
Minimal basa basi untuk mengembalikan bukunya atau mungkin Aku akan menyentuh tangannya secara tidak sengaja?
Ah, Aku tidak bisa menghilangkan imajinasi-imajinasi dalam pikiranku. Dalam perjalanan mendekati kelas itu, tak terasa Aku tersenyum-senyum sendiri.
Akhirnya sampai di pintu kelas, Aku kecewa.
Winda tidak ada di bangkunya.
Mataku melihat seisi kelas, Winda tidak di sana.
Perlahan-lahan Aku membagikan buku-buku temanku sesuai dengan nama. Aku menduga kalau Winda tengah pergi ke kantin atau ke toilet karena memang kebetulan itu adalah jam istirahat.
Sampai buku terakhir, milik Winda, sudah ku sengaja letakkan bukunya paling bawah. Winda tak kunjung datang.
Aku pun terpaksa meletakkannya di atas meja Winda dengan perasaan kecewa.
Ini adalah kesempatanku untuk berbicara dengan Winda, walau hanya sekali, tapi semua itu gagal terjadi.
Ah, Winda.
(Ini adalah kisah nyata penulis saat masih duduk di bangku kelas 6 sekolah dasar)
Apakah kamu juga punya teman yang disukai di sekolah tapi tidak pernah berani mengungkapkannya?
Aku menyukainya.
Atau mungkin mencintainya?
Memang sih, mungkin akan terdengar berlebihan jika seorang anak yang masih duduk di bangku kelas 6 sekolah dasar berbicara soal cinta.
Tapi.
Aku masih mempercayai bahwa seorang anak pun bisa jatuh cinta layaknya orang dewasa karena cinta tak mengenal batas. Baik itu usia, latar belakang, profesi, atau apapun itu.
Ya itu pendapat Aku aja sih.
Walau Aku sadar telah menyukainya, tapi Aku juga sadar bahwa tak ada kemungkinan untuk Aku mengungkapkan perasaan suka ini padanya.
Winda adalah seorang siswi yang cantik, pintar, populer, bahkan, Ia selalu ranking satu di kelas. Sedangkan Aku?
Aku hanya anak desa yang entah bagaimana ceritanya orangtuaku menyekolahkan Aku ke Kota. Di kelas, aku hanya berkisar antara ranking 20-an dari total 33 siswa.
Winda diantar ke sekolah dengan menggunakan mobil yang mempunyai ban serep di bagian belakangnya. Sedangkan Aku, diantar oleh orangtuaku dengan menggunakan motor Honda Kharisma yang cicilannya terkadang nunggak 1 hingga 2 bulan, bahkan motor orangtuaku beberapa kali ditarik oleh lising karena tidak sanggup bayar.
Perbedaanku sama Winda bisa dikatakan seperti langit dan jurang terdalam yang ada di bumi.
Aku biasanya hanya akan memandangi wajahnya dari kejauhan. Menurutku, wajahnya terlihat sangat mempesona ketika sedang belajar dan memperhatikan guru saat memberi penjelasan di depan kelas.
Ia mengenakan kacamata persegi panjang tipis dengan rambut diikat. Sosok wanita yang sangat sempurna di mataku.
Tapi tetap saja, Aku tidak pernah mengenal dia lebih dekat.
Untuk berbicara saja, Aku tidak pernah melakukannya walau kami satu kelas. Aku memang segitu naifnya.
Pernah suatu ketika, Aku mendapatkan kesempatan yang tidak akan pernah ku lupakan yaitu saat Ibu Guru memberikan buku-buku anak di kelasku.
Aku diperintahkan untuk membagikan buku-buku yang telah diperiksa oleh Bu Guru ke teman-temanku di kelas.
Awalnya tak terpikirkan olehku, namun, saat berjalan ke arah kelas, Aku langsung memikirkannya.
Aku mencari buku milik Winda.
Setelah Aku menemukannya, segera ku buka halaman pertama. Aku baca di sana ada tulisan tentang soal dan jawaban pertanyaan pelajaran matematika.
Tulisannya sangat rapi, jauh berbeda dengan buku ku yang meski tak begitu buruk, tapi tidak seindah tulisannya.
Ini bukan karena Aku suka sama Winda, tapi memang tulisannya sangat rapi dan enak untuk dibaca.
Mendekati kelas, Aku baru sadar bahwa kalau Winda ada di bangkunya, maka Aku akan berbicara dengannya.
Minimal basa basi untuk mengembalikan bukunya atau mungkin Aku akan menyentuh tangannya secara tidak sengaja?
Ah, Aku tidak bisa menghilangkan imajinasi-imajinasi dalam pikiranku. Dalam perjalanan mendekati kelas itu, tak terasa Aku tersenyum-senyum sendiri.
Akhirnya sampai di pintu kelas, Aku kecewa.
Winda tidak ada di bangkunya.
Mataku melihat seisi kelas, Winda tidak di sana.
Perlahan-lahan Aku membagikan buku-buku temanku sesuai dengan nama. Aku menduga kalau Winda tengah pergi ke kantin atau ke toilet karena memang kebetulan itu adalah jam istirahat.
Sampai buku terakhir, milik Winda, sudah ku sengaja letakkan bukunya paling bawah. Winda tak kunjung datang.
Aku pun terpaksa meletakkannya di atas meja Winda dengan perasaan kecewa.
Ini adalah kesempatanku untuk berbicara dengan Winda, walau hanya sekali, tapi semua itu gagal terjadi.
Ah, Winda.
(Ini adalah kisah nyata penulis saat masih duduk di bangku kelas 6 sekolah dasar)
Apakah kamu juga punya teman yang disukai di sekolah tapi tidak pernah berani mengungkapkannya?


bukhorigan memberi reputasi
1
398
3


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan