Kaskus

Entertainment

onee643Avatar border
TS
onee643
Kepo Self Harm: Makna, Penyebab, Mitos, dan Penyikapan Guys!
Hi gan and sist, serta semua kawan pembaca!

Pasti banyak dari kawan sekalian tahu apa itu self harm.Kurang lebih menyakiti diri sendiri. Coba coba, kemudian intensitas meningkat, jadi kebiasaan deh.

-------


Gimana sih self harm itu?

Kalau merujuk pada dokter medis dari barat, seperti yang disampaikan pada Mental Health,fenomena perilaku ini menyakiti diri, sebagai usaha meluapkan kegelisahan dalam hati, baik pikiran buruk, gejolak emosional, maupun perasaan sedih. Bentuknya bisa mengiris, melukai epidermis kulit, membakar, maupun kegiatan lain yang menimbulkan luka baik ringan maupun bisa merembet ke luka berat. Soft or high injury.

Kepo Self Harm: Makna, Penyebab, Mitos, dan Penyikapan Guys!
Tidak hanya identik irisan tapi berbagai luka yang dilakukan diri sendiri secara sadar. Serem? Iya sih. Gambar saya culik dari sini.

Sialnya, dalam buku berjudul The natural history of self-harm from adolescence to young adulthood: a population-based cohort study dikemukakan bahwa siapapun bisa melakukan perbuatan tidak menyenangkan ini kepada dirinya sendiri. Anda mungkin gak merasa ingin melakukan. Bisa jadi ke depannya tiba-tiba muncul keinginan. Atau orang di sekitar kita termasuk keluarga.

Malah pada buku lain berjudul Self-injurious behaviour in adolescents ada kemungkinan 20% orang-orang melakukan kegiatan self harm. Didominasi anak muda. Tapi ini hasil penelitian di barat sih. Bukan negara-negara timur. Jadi silakan bernafas lega. Dikit aja jangan banyak-banyak.

-------


Kenapa ya ada orang mau menyakiti dirinya sendiri?

Ada banyak sebab. Kebanyakan sih masalah psikis.

Pada buku rilisan tahun 2005 berjudul Suicide and deliberate self harm in young peopleoleh om Hawton dan om James, secara sederhana ada beberapa sebab.

Ada masalah berlarut di rumah.
Keluarga merupakan orang terdekat kita dari sedari lahir. Rumah adalah tempat bernaung selama hidup. Mau pergi ke mana aja pulangnya ke rumah. Bayangkan aja bila orang terdekat yang membesarkan kita dengan toxic. Suka menyakiti baik verbal maupun fisik, berbuat kasar, sama sekali tidak memenuhi kebutuhan kita, pasti pikiran sang anak bakal ruwet.

Kepo Self Harm: Makna, Penyebab, Mitos, dan Penyikapan Guys!
Jika seorang anak kecil yang semasa kecil sudah merasakan child abuse, kebayang-bayang terus masa lalu kelamnya sampai dia dewasa. Gambar dirampok dari sini.

Belum lagi kalau di lingkungan pergaulan maupun dunia luar dia ada masalah. Pulang ke rumah bukannya penyelesaian masalah tapi malah menambah masalah dan itu terjadi setiap hari. Tidak hanya harian, bulanan bahkan tahunan. Pusing. Di luar bingung di dalam rumah tambah bingung. Padahal seharusnya rumah memberikan kenyamanan dan ketenangan dalam hati, namun ini malah sebaliknya.

Bersinggungan dengan kawan
Sekedar saling ngotot berbeda argumen, nggak enakan biasa, ejek satu sama lain.

Sekedar wacana ringan, ketika orang beranjak menjadi remaja berarti ada perubahan psikologis dan fisik. Berpindah dari fase childhood berprogres ke masa dewasa. Termasuk di dalamnya cara berfikir dan fluktuatif emosional.

Orang barat spesialisasi parenting menyebutnya masa masa adolescents. Masa-masa percaya diri, emosional naik turun bergejolak, bahkan termasuk momentum berkurangnya kedekatan antara sang anak dengan orang tua. Kalau hal ini terjadi, maka kepada siapa tempat mereka melabuhkan hati dan pikiran? Teman sebaya.

Kepo Self Harm: Makna, Penyebab, Mitos, dan Penyikapan Guys!
Bagi Anda yang sedang menginjak masa remaja pasti mengiyakan masalah ini. Saya aja yang udah dewasa dulu juga merasakan demikian. Gambar comot dari sini.

Makanya bagi beberapa remaja kehilangan kepercayaan di teman ataupun konflik parah dengan teman bisa menyebabkan stres. Shock. Karena satu sisi mereka ada jarak secara psikis dengan keluarga. Merasa kehilangan tempat untuk menyandarkan hati dan pikiran.

Pakar psikologi, salah satunya Joy Youel, lulusan akademi Chicago menyebutnya dengan peer relationship. Seakan teman sebaya lebih penting daripada orang tua dalam segi peranan. Bisa dibaca di sini.

School pressures
Tekanan semasa di sekolah. Bisa berangkat dari beban kurikulum seperti pelajaran, maupun segi pergaulan di sekolah.

Pernah mendengar anak sekolah di barat sana (ataupun negara Asia seperti Jepang) bunuh diri gara-gara permasalahan kompleks di sekolah? Nah. Gitu deh.

Bullying
Terjadi di mana saja seperti yang viral kemarin di banyak sosial media anak penjual jajanan. Dibully. Dipukulin, ditendang, diejek. Efek paling parah kalau memang psikis anak benar-benar dalam keadaan kurang baik, bisa bisa berpikir untuk self harm. Paling parah keinginan bunuh diri muncul.

Depression dan anxiety
Kesemua poin yang sudah disebutkan diatas menimbulkan rasa depresi. Stres berkepanjangan. Kalau tidak ada penanganan tepat, berkumpul di benak, pusing, muncul keinginan menyakiti diri sendiri hingga bunuh diri.

Di sosial media banyak contohnya. Ada yang bunuh diri gara-gara bullying di sosial media, hutang menumpuk, permasalahan hidup, semuanya menumbuhkan depresi. Kalau nggak kuat nggak bisa treatment tepat, alamat.

Harga diri rendah (low self esteem)
Merasa diri ini nggak ada harganya. Untuk beberapa orang, hal ini terjadi biasanya mulai dia sejak usia dini. Ada omongan positif maupun berkonotasi negatif dari orang. Tapi yang tersimpan di pikiran omongan negatif terus. Berabe deh. Harusnya imbang. Terkadang omongan negatif gak usah kita pikir.

Kepo Self Harm: Makna, Penyebab, Mitos, dan Penyikapan Guys!
Banyak, lah seliweran omongan negatif di benak. Kitanya yang harus pandai-pandai melakukan filter. Secara mandiri. Sumber di sini.

Siapa sih manusia di bumi ini yang gak punya haters. Meskipun Tuhan sekalipun. Adanya orang atheis yang menganggap tidak adanya Tuhan bukannya secara tidak langsung dia adalah pencela Tuhan? Haters dong?

Nabi aja juga punya. Tapi mereka bersabar. Angkat aja peribahasa anjing menggonggong kafilah berlalu. Tetap melangkah ke depan. Jujur aja pada diri sendiri. Jangan terkungkung sama omongan negatif.

Masa transisi besar dalam hidupnya.
Kalau remaja seperti berpindah sekolah, ataupun migrasi lingkungan tempat tinggal ke daerah yang baru.

Bagi sebagian besar orang nggak masalah. Karena secara normal manusia bisa beradaptasi. Meskipun terkadang ada tantangan kecil. Berbeda dengan beberapa orang. Sebagian kecil merasa berat untuk adaptasi. Bila stress karena pengaruh transisi ini, bisa-bisa dia mulai menyakiti diri sendiri. Self harm.

Eh jangan salah. Transisi kehidupan ini macam-macam. Misalnya orang yang kehilangan pekerjaan. Stress lalu melukai dirinya sendiri. Biasanya bekerja, ada income per bulan, lalu tiba-tiba semuanya hilang.

Sama seperti cewek yang barusan putus. Padahal dia lagi butuh banget sama pasangannya. Posisinya kemudian nggak ada teman atau sahabat yang bisa menjadi tempat untuk dia mencurahkan hati. Masa transisi.

Dulunya selalu ada sosok yang cover dia. Sekarang nggak ada, teman enggak ada, sahabat gak ada. Mampos dah. Transisi ini bisa apa aja. intinya biasanya fluktuasi kehidupannya gini, tapi pada titik momen tertentu dia begitu. Hampir 180°.

Minuman keras atau obat-obatan terlarang
Orang mabuk secara logika dia nggak sadar dengan apa yang sedang dilakukannya. Baik itu drunk karena minuman keras maupun obat-obatan terlarang. Kecenderungan menyakiti diri sendiri bertambah.

Apalagi kalau sudah sakaw. Karena ketergantungan yang amat sangat. Bisa-bisa dia sengaja melukai anggota tubuh (seperti tangan) untuk menghisap sisa narkotika yang ada di dalam darahnya.

Kepo Self Harm: Makna, Penyebab, Mitos, dan Penyikapan Guys!
Hati-hati sama narkoba. Awal-awal mungkin sekedar mencoba. Kalau udah ketergantungan, tidak hanya kasihan kita, namun juga keluarga dan teman-teman semuanya. Sumber gambar di sini.

-------


Beberapa mitos terkait menyakiti diri sendiri.

Disadari maupun tidak ada beberapa mitos yang bergentayangan di stereotip masyarakat mengenai orang-orang yang melakukan self harm. Saya akan mengulas beberapa diantaranya.

Mitos: para remaja maupun orang dewasa yang menyakiti diri sendiri, mereka melakukannya untuk mencari perhatian.
Saya tidak menyangkal mungkin ada remaja labil yang melakukan demikian kemudian upload ke sosial media untuk mencari perhatian. Tapi permasalahan seperti ini lebih dari itu.

Dikatakan om Gardner di buku Self-harm: A Psychotherapeutic Approachmasih banyak orang di luar sana yang melakukannya karena depresi berat. Didominasi orang-orang yang tidak tahu harus ngapain karena jarang berinteraksi dengan orang lain dan susah untuk membuka dirinya. Kecil kemungkinan kebanyakan dari mereka adalah para pencari perhatian (attention seeker).

Mitos: self harm adalah sesuatu yang keren identik culture tertentu.
Eksis di barat sana. Takutnya dengan konsumsi masyarakat yang tinggi banget terhadap entertainment barat, lama-lama budaya mereka serta pemikiran negatif ikut di kebanyakan masyarakat kita utamanya anak muda.

Budaya yang saya maksud adalah subkultur seperti rocker, gothic, emo. Dengan berbudaya demikian, artinya kebiasaan menyakiti diri menjadi besar. Menggores kulit dengan benda tajam, atau melukai diri lainnya.

Kepo Self Harm: Makna, Penyebab, Mitos, dan Penyikapan Guys!
Performa fisik biasanya terlihat dari dandanan yang serba hitam ataupun make up "agak berbeda". Nyolong gambar dari sini.

Padahal ke semuanya hanyalah mitos. Tidak ada kaitannya self harm dengan subkultur demikian. Kalau ada teman di sekitar yang seperti ini tolong ingatkan.

Mitos: biasanya cewek yang melakukan self harm.
Okelah wanita lebih sensitif daripada laki-laki. Mengutamakan perasaan daripada logika. Rahasia kecil konsep psikologi manusia.

Kepo Self Harm: Makna, Penyebab, Mitos, dan Penyikapan Guys!
Nah ini aja tangan cewek. Gambar ambil dari sini.

Tapi semua ini hanyalah mitos jika kebanyakan yang melakukan self harm adalah wanita. Laki-laki pun melakukannya. Depresi tidak hanya menghinggap pada wanita. Seperti yang telah dikatakan di buku Nonsuicidal Self-Harm Among Community Adolescents: Understanding the “Whats” and “Whys” of Self-Harm, jenis kelamin sebaliknya pun juga bisa pusing tujuh keliling.

Bila nggak punya solusi, nggak ada komunikasi dengan orang lain, dipendam sendiri (identik hampir seperti seorang introvert atau ansos-anti sosial) ujung-ujungnya bisa menyakiti diri sendiri atau kondisi lebih parah bisa bunuh diri. Jenis kelamin apapun.

Mitos: seringkali orang self harm menikmati apa yang sedang dilakukan nya.
Boro-boro menikmati adanya rasa sakit. Mitos pun berkembang bahwa ada orang-orang tersendiri yang dia numb, seperti mati rasa gitu. Padahal enggak.

Kepo Self Harm: Makna, Penyebab, Mitos, dan Penyikapan Guys!

Coba lihat gambar yang saya comot dari web. Gak ada bedanya antara manusia yang satu dan yang lainnya. Sama-sama merasa kesakitan. Enggak mungkin banget ada manusia yang terlahir atau tumbuh dengan iritabilita (kemampuan tubuh menanggapi rangsangan baik sentuhan maupun yang lain) numb. Mati rasa. Terkadang mitos aneh-aneh ya?

Di salah satu buku berjudul Self-Harm and Eating Disorders in Schools dijelasin cukup banyak. Utamanya motif-motif orang yang melakukan demikian.

Ada remaja tertentu yang ingin meyakinkan bahwa dirinya hidup. Terjun dalam realita kehidupan asli. Jadi dia ingin merasakan sakit. Sumpah bro ada kek gini.

Sebagian besar memang ingin merasakan sakitnya sebagai bentuk depresi. Tekanan pikiran dan jiwa secara bertubi-tubi dalam jangka waktu tertentu. Sebagian lagi melakukannya sebagai bentuk punishment. Penghukuman diri sendiri karena kesalahan, ataupun karena dia tidak bisa mencapai level kehidupan tertentu.

Mitos: orang yang melakukan self harm berarti dia suicidal (ada keinginan untuk bunuh diri).
Enggak gitu juga kali. Kebanyakan orang yang melakukan self harm hanya sebatas ingin melukai diri sendiri karena depresi yang berat. Berbagai kemungkinan penyebabnya sudah banyak saya ulas di atas.

Sebagian besar masih menghargai hidup. Misalnya menggores kulit tangan atau anggota tubuh lain. Kalau emang dia pengen bunuh diri langsung aja lompat dari jembatan atau menghadang kereta api yang sedang jalan. Mengapa dia hanya melakukan luka ringan? They will think again bout suicide.

Kebanyakan jatuh kepada depresi, melukai diri sendiri, lalu coba kembali bangkit menjalani kehidupan apa adanya semampunya. Namun bukan tidak mungkin ketika suatu hari ada permasalahan besar menghadang, merasa tidak sanggup melewatinya, lalu dia menyakiti tubuhnya sekali lagi.

Kalian tahu enggak guys, sosok terkenal yang tepat saya contohkan sebagai bukti akan self harm ini eksis dan ada di sekitar kita siapa?

Almarhum Lady Diana.

Kepo Self Harm: Makna, Penyebab, Mitos, dan Penyikapan Guys!

Dalam beberapa kesempatan wawancara dengan media, beliau sempat mengiyakan kalau beberapa kali melukai dirinya hanya sebagai bentuk depresi mempunyai kehidupan di royal family. Gambar diculik dari sini.

-------


Apakah Anda, termasuk saya, merupakan salah satu dari personal mempunyai kemungkinan self harm?

Jangan sampai.

Lebih parah daripada topik pembicaraan kali ini, saya secara pribadi pernah mencoba melakukan usaha bunuh diri. Tapi syukurlah waktu itu Tuhan belum mengambil nyawa saya.

Saya jadi tahu hikmah dari "masih hidupnya saya" di dunia. Ternyata bumi tidak sesempit yang kita pikirkan. Luas banget. Terlalu berharga untuk ditinggalkan dengan cara demikian.

Mungkin pada waktu kita bener-bener drop, semuanya terlihat gelap. Tidak ada cahaya yang bisa dituju. Kita merasa sendirian, nggak ada teman dan keluarga yang bisa menjadi sandaran.

Tapi ternyata keadaan waktu itu tidak demikian. Masih ada yang namanya keluarga, teman, kolega di sekitar kita.

Kalau ternyata ada kawan pembaca yang merasakan demikian, coba bicara. Talk. Kepada keluarga, teman, orang terdekat, maupun orang yang lebih pengalaman di bidang ini. Psikolog atau psikiater misalnya.

Lakukan sesuatu yang menyenangkan bagi diri kita.Bisa sebentuk hobi seperti berenang, bersepeda, naik gunung, apa sekedar duduk di tempat publik dan melihat hiruk-pikuk setiap orang melakukan aktivitas, menulis, berolahraga, jogging, dan banyak aktivitas lain.

Cara boosting dengan kegiatan diri sendiri melalui aktivitas tertentu bisa membantu kesehatan mental seseorang. Seperti yang telah dikatakan para ahli di sini.

Sebagian dari pelaku self harm ternyata diungkapkan oleh beberapa expert barat adalah orang-orang yang "keras kepada dirinya sendiri". Seperti orang-orang perfeksionis, dan yang mempunyai ekspektasi tinggi. Merasa tidak bisa mencapai level tertentu, kecewa, kepikiran, sedih, tenggelam dalam kesedihan, depresi deh.

Hindari juga alkohol dan narkoba. Karena dua hal ini bisa menjadi salah satu sebab seseorang melakukan self harm.

-------


Adakah ciri tertentu orang lain di sekitar kita (ternyata) ada kemungkinan melakukan self harm?

Ada ciri tertentu. Meskipun tidak serta merta satu atau dua ciri menunjukkan kemungkinan seseorang tersebut melakukan self harm. Namun kebanyakan personal yang menjadi objek penelitian di barat sana, disimpulkan beberapa kecenderungan. Saya ambil dari sini.

- introvert ansos - anti sosial, terbiasa mengurung diri dalam keseharian dari lingkungan.

- tanda-tanda depresi seperti kehilangan mood, benar-benar malas, dan tidak menunjukkan ketertarikan pada aktivitas.

- perubahan pada pola makan dan jam tidur. Entah makan jadi jarang banget, atau kebanyakan makan (satu sisi personal tertentu ketika depresi dia males makan, sedangkan kepribadian lain ketika depresi malah memperbanyak makan). Bisa jadi jam tidurnya bisa benar-benar kurang. Biasanya banyak pikiran cenderung insomnia.

- agresif yang meningkat dari pada dulu. Misalkan emosionalnya yang gampang melonjak.

- Dia pernah atau di pun dia sering menyinggung tentang menyakiti diri sendiri alias self harm ataupun bunuh diri/suicide.

- seseorang tertentu yang mempunyai ketergantungan terhadap obat-obatan terlarang maupun alkohol.

- mengekspresikan kegagalan karena gak bisa mencapai tujuannya, sedih berat akan sesuatu hal, merasa enggak berguna dan gak berharga, nggak ada yang mengharapkannya hidup, marah karena telah dilahirkan di dunia. Sebentuk itulah. Serta berbagai pemikiran berkonotasi negatif lainnya.

- suka menyalahkan diri sendiri atas ketidakberhasilan nya mencapai suatu level kehidupan tertentu.

- ada stretch, irisan, luka baru di tubuh, terutama bagian anggota tubuh yang bisa dijangkau tangan dia.

- berbusana lengkap meskipun kondisi sedang panas. Tentu saya mengecualikan umat muslim di mana wanitanya harus berpakaian tertutup. Kondisi di poin ini misalnya seseorang wanita yang biasanya pakaiannya agak terbuka tapi suatu kali dia benar-benar tertutup berubah dari kebiasaannya namun ada ciri-ciri juga poin-poin diatas.

- biasanya cerewet tapi mulai momen tertentu dia benar-benar diam. Plus berasa tidak ada energi untuk aktivitas sehari-hari.

Adanya satu atau dua ciri di atas pada seseorang bukan berarti dia ada kemungkinan besar self harm. Kembali lagi bagaimana kapasitas berpikir dia sebagai manusia. Ada kalanya sederet tanda-tanda tersebut menempel pada seseorang tapi menunjukkan depresi dan tidak ada arah sama sekali ke self harm. Minimal kita bisa tahu seseorang tersebut sedang banyak pikiran atau bahkan sudah mencapai level depresi.

Tetap nyadar aja. Seringkali Tuhan membuat jalan takdir yang berbeda pada setiap orang.Jatuh ada hikmahnya. Agar dia bangkit dan jadi lebih kuat daripada sebelumnya. Tanda juga bahwa Tuhan sedang menyayangi Anda.

Ah.

Semoga manfaat. Tetap pasang mata dan telinga siapa tahu di sekitaran kita ada orang yang ternyata depresi berat. Dengan membantunya bangkit dari keterpurukan tersebut, secara tidak langsung kita membantu dia agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

"Bantulah mereka. Paling tidak kita mencoba kontribusi untuk merubah dunia, menjadi tempat yang lebih baik. Minimal, sudah menyelamatkan sebuah nyawa."

By Anonymous.

0
1.1K
2
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan