JangkrikgendutAvatar border
TS
Jangkrikgendut
Sepi Pembeli, Pedagang Batu Akik di Pasar Dargo Terancam Bangkrut
Setelah selesainya booming batu akik pada tahun 2015an, pamor batu akik di masyarakat Indonesia memang terus turun. Salah satu bukti nyatanya bisa kita lihat di puluhan kios di pasar Dargo Semarang yang merupakan sentra batu akik dan permata yang ada di Semarang.

Tidak selayak pasar lain yang banyak dihadiri pembeli, Pasar Dargo terlihat sangat sepi. Hanya ada beberapa orang saja yang melihat-lihat batu akik yang dipamerkan oleh para pedagang disini. Kondisi di pasar ini begitu memperhatikan, jika terus seperti ini tentu saja para pedagang yang ada disini tidak bisa mempertahankan usahanya.

Menurt Ketua Gemslover Community Semarang (GSC) Hariyanto, " Kondisi sepi pembeli yang terjadi di pasar dargo telah terjadi selama sekitar tiga tahun terakhir".

Komunitas tersebut menjadi wadah bagi puluhan pedagang batu akik dan batu mulia di Pasar Dargo.

Pengamatan Tribunjateng.com di pusat kios batu akik dan batu mulia di Pasar Dargo, terdapat beraneka jenis batu mulia impor seperti blue safir, ruby dan lainnya tampak memanjakan mata.

Batu lokal seperti bacan, kecubung, bulu macan lumajang (bml) dan lainnya tak kalah menariknya.

Harga batu mulia dan akik di tempat tersebut dipatok harga paling murah Rp. 50 ribu hingga jutaan rupiah.

Harga tersebut belum dipengaruhi oleh ring cincin.

Hariyanto melanjutkan, pembeli batu akik dan batu mulia di pasar Dargo memang turun drastis.

Sejak meredupnya popularitas batu akik sekira 5 tahun lalu.

Menurutnya, pembeli yang datang ke pasar Dargo merupakan pembeli yang nyasar atau pembeli yang sangat loyal.

"Pembeli yang datang ke sini tak lebih dari 10 orang perhari sehingga tidak mungkin hanya mengandalkan pembeli yang datang," katanya.


Oleh karena itu, kata Hariyanto, ada beberapa pedagang memilih untuk keluar dari pasar Dargo dan membuka lapak di jalanan Kota Semarang.

Adapula pedagang yang memilih untuk bertahan sembari menekuni penjualan secara online via platform jual beli online maupun media sosial.

Tidak heran penjualan batu akik dan batu mulia di Pasar Dargo didominasi penjualan online.

"Penjualan di sini secara online 75 persen hingga 80 persen. Secara langsung di angka 20 hingga 30 persen, " katanya.

Selain turunnya jumlah pembeli, jumlah pedagang batu akik dan batu mulia di Pasar Dargo juga turun drastis.

"Dulu jumlah pedagang sekira 60 orang, sekarang kisaran 20 orang," terangnya.

Dijelaskan Hariyanto, solusi untuk mengatasi persoalan tersebut hendaknya pemerintah kota Semarang memberikan pelatihan online bagi penjual.

Pasalnya minat pembeli sudah bergeser ke jual beli online.

Tetapi, Ia menyayangkan para penjual batu akik yang rata-rata berusia tua tidak dapat menyesuaikan perkembangan teknologi.

Imbasnya mereka hanya mengandalkan penjualan konvensional yang tentu sangat menyulitkan.

Apalagi banyak masyarakat tidak tahu kalau Pasar Dargo juga menjadi pusat batu akik dan batu mulia di Semarang.

"Untuk perbandingan penjual di sini antara yang bisa jual beli online dengan yang tidak itu 7 banding 3," bebernya.

Padahal jika pedagang batu akik memiliki kemampuan jual-beli online pendapatan mereka dapat meningkat.

Hariyanto melanjutkan, pedagang yang hanya mengandalkan pembeli datang ke pasar kemudian mampu  mengantongi uang Rp. 100 ribu perhari sudah sangat bagus.

"Berbeda dengan pedagang yang juga main di online, mereka bisa menjual barang setiap harinya."

"Jadi saya meminta kepada Pemkot sekiranya dapat memberikan pelatihan bagi pedagang di sini agar bisa jualan online," harapnya.

Hariyanto juga meminta ke Pemkot Semarang untuk membenahi pasar Dargo terutama di bagian penjualan batu mulia dan batu akik.


0
314
0
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan