- Beranda
- Komunitas
- Hobby
- Health
Dampak Dibukanya Kembali Pusat Perbelanjaan, Antara New Normal dan New Cluster


TS
lizzycaplan
Dampak Dibukanya Kembali Pusat Perbelanjaan, Antara New Normal dan New Cluster

Quote:
Pusat perbelanjaan adalah salah satu sektor yang merasakan dahsyatnya dampak dari merebaknya Virus Corona. Saat kebijakan PSBB diterapkan banyak pusat perbelanjaan harus tutup. Tak terhitung kerugian yang harus dialami karena tidak memiliki pemasukan sama sekali.
Akibatnya, banyak outlet/store yang merumahkan pegawainya tanpa gaji. Bahkan ada yang lebih buruk dari itu, yaitu mem-PHK seluruh pegawai karena mengalami kebangkrutan.
Sedikit harapan muncul saat pemerintah mencanangkan era new normal. Era kebiasaan baru. Era kehidupan baru. Di mana kita harus terbiasa dengan kehadiran virus corona di tengah-tengah kita.
Pemilik outlet/store pun sedikit bernafas lega. Mereka tentu saja tak mau terus menerus merugi. Karena sewa outlet kan tetap jalan terus? Nah, bagi segenap karyawan mereka, ini adalah harapan. Dirumahkan tanpa gaji apa bedanya dengan PHK? Karena sama-sama tidak memiliki penghasilan. Lebih mirip dengan pengangguran. Dan bagi masyarakat umum, ini adalah timing untuk mengusir kejenuhan setelah sekian lama terkurung dalam rumah. Waktunya bisa keluar untuk hangout. Baik sekedar santai menikmati kopi, berburu kuliner enak, atau cuci mata di pusat perbelanjaan.
Tapi bagaimana juga, virus corona masih ada. Nyata keberadaannya meskipun tak kasat oleh mata telanjang. Jadi, memang harus ada protokol kesehatan yang diterapkan agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan. Terutama jadi ajang penularan virus corona.
Namun, dengan dibukanya kembali pusat perbelanjaan, akan ada 3 dampak yang bisa terjadi:
1. Kemacetan Kembali Terjadi
Saat sekolah 'diliburkan', jalanan khususnya di kota-kota besar lumayan lengang. Apalagi saat kantor juga belum banyak yang buka. Saat kantor sudah buka pun, jalanan tidak macet parah seperti saat sekolah tidak diliburkan.
Nah, pada saat pusat perbelanjaan kembali dibuka, kemacetan menjadi lebih terasa. Apalagi di akhir pekan.
Dampat buruk dari macet tentu saja dari pemborosan hingga stress pada masyarakat kita.
2. New Cluster
Pusat perbelanjaan buka, akan menyebabkan pengumpulan manusia di sana. Meski dilakukan protokol kesehatan ketat seperti pemeriksaan suhu tubuh sebelum masuk, menjaga jarak, kewajiban mencuci tangan sebelum masuk, tetap saja tidak ada yang menjamin bahwa virus corona tidak akan menyebar di sini.
Fakta bahwa banyak penderita virus tanpa gejala, menjadi momok tersendiri. Dibutuhkan teknologi yang lebih akurat untuk mendeteksi pembawa virus corona lebih akurat lagi.
Belum lagi kedisiplan masyarakat kita yang masih rendah. Tidak seimbangnya jumlah pengunjung dan tenaga keamanan, tentu kesulitan tersendiri untuk menerapkan protokol physial distancing.
3. Ditutup Kembali
Jika pusat perbelanjaan terbukti menyebabkan virus corona makin merebak, apalagi jika vaksin virus ini belum juga dapat diberikan secara massal, bisa jadi pusat berbelanjaan akan kembali ditutup. Tentu ini kerugian untuk semua masyarakat. Pelaku bisnis kehilangan omset, sedangkan masyarakat kehilangan hiburan.
Referensi:
merdeka.com
kompas.com
Akibatnya, banyak outlet/store yang merumahkan pegawainya tanpa gaji. Bahkan ada yang lebih buruk dari itu, yaitu mem-PHK seluruh pegawai karena mengalami kebangkrutan.
Sedikit harapan muncul saat pemerintah mencanangkan era new normal. Era kebiasaan baru. Era kehidupan baru. Di mana kita harus terbiasa dengan kehadiran virus corona di tengah-tengah kita.
Pemilik outlet/store pun sedikit bernafas lega. Mereka tentu saja tak mau terus menerus merugi. Karena sewa outlet kan tetap jalan terus? Nah, bagi segenap karyawan mereka, ini adalah harapan. Dirumahkan tanpa gaji apa bedanya dengan PHK? Karena sama-sama tidak memiliki penghasilan. Lebih mirip dengan pengangguran. Dan bagi masyarakat umum, ini adalah timing untuk mengusir kejenuhan setelah sekian lama terkurung dalam rumah. Waktunya bisa keluar untuk hangout. Baik sekedar santai menikmati kopi, berburu kuliner enak, atau cuci mata di pusat perbelanjaan.
Tapi bagaimana juga, virus corona masih ada. Nyata keberadaannya meskipun tak kasat oleh mata telanjang. Jadi, memang harus ada protokol kesehatan yang diterapkan agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan. Terutama jadi ajang penularan virus corona.
Namun, dengan dibukanya kembali pusat perbelanjaan, akan ada 3 dampak yang bisa terjadi:
1. Kemacetan Kembali Terjadi
Saat sekolah 'diliburkan', jalanan khususnya di kota-kota besar lumayan lengang. Apalagi saat kantor juga belum banyak yang buka. Saat kantor sudah buka pun, jalanan tidak macet parah seperti saat sekolah tidak diliburkan.
Nah, pada saat pusat perbelanjaan kembali dibuka, kemacetan menjadi lebih terasa. Apalagi di akhir pekan.
Dampat buruk dari macet tentu saja dari pemborosan hingga stress pada masyarakat kita.
2. New Cluster
Pusat perbelanjaan buka, akan menyebabkan pengumpulan manusia di sana. Meski dilakukan protokol kesehatan ketat seperti pemeriksaan suhu tubuh sebelum masuk, menjaga jarak, kewajiban mencuci tangan sebelum masuk, tetap saja tidak ada yang menjamin bahwa virus corona tidak akan menyebar di sini.
Fakta bahwa banyak penderita virus tanpa gejala, menjadi momok tersendiri. Dibutuhkan teknologi yang lebih akurat untuk mendeteksi pembawa virus corona lebih akurat lagi.
Belum lagi kedisiplan masyarakat kita yang masih rendah. Tidak seimbangnya jumlah pengunjung dan tenaga keamanan, tentu kesulitan tersendiri untuk menerapkan protokol physial distancing.
3. Ditutup Kembali
Jika pusat perbelanjaan terbukti menyebabkan virus corona makin merebak, apalagi jika vaksin virus ini belum juga dapat diberikan secara massal, bisa jadi pusat berbelanjaan akan kembali ditutup. Tentu ini kerugian untuk semua masyarakat. Pelaku bisnis kehilangan omset, sedangkan masyarakat kehilangan hiburan.
Referensi:
merdeka.com
kompas.com
Diubah oleh chou_david99 31-08-2020 19:23
0
97
Kutip
0
Balasan


Komentar yang asik ya


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan