Luar biasa dampak virus corona ini. Hiruk pikuk anak sekolah di sebagian besar wilayah Indonesia hilang. Meski bukan menghilang dalam arti yang sebenarnya. Hanya berpindah saja menjadi sekolah di rumah.

Pergeseran kebiasaan ini berdampak pada beberapa hal: kebutuhan akan pulsa internet / paket data yang meningkat, kebutuhan akan smartphone yang juga ikut meningkat.



Sama-sama kita ketahui, negera kita adalah negara kepulauan. Oleh karena itu, ada ketidakmerataan fasilitas prasarana dan infrastruktur. Ibukota negara yang ada di Pulau Jawa tentu mendapatkan prioritas infrastruktur. Pulau lain harus rela menjadi nomer dua, nomer tiga, dan seterusnya.

Saat Ibu Kota Negara (IKN) berpindah ke Pulau Kalimantan Timur, harapan baru muncul. Yakni pemerataan pembangunan sarana dan infrastuktur. Tapi itu sebelum wabah corona datang. Setelah wabah corona, mungkin hanya presiden dan ring 1 presiden saja yang tahu pasti apakah ibukota negara kita jadi pindah atau tidak.

Tapi yang jelas satu hal, jika pandemi berlangsung lama, dan kegiatan belajar mengajar anak sekolah dilakukan di rumah, maka infrastruktur oleh pemerintah kita penetrasinya akan lebih merata hingga pelosok negeri.

Anak sekolah membutukan internet. Mereka adalah generasi penerus bangsa.

Guru juga membutuhkan internet. Mereka adalah pencetak generasi bangsa.

Sudah sewajarnya jika pemerintah kita mewujudkan internet cepat dan murah. Meski berdasarkan riset pada 3-25 Februari 2020 Indonesia menempati posisi 14 tarif internet termurah dari 230 negara, dalam situasi sulit seperti ini, aku rasa pemerintah akan mengoreksi harga paket internet agar lebih terjangkau. Setidaknya selama pandemi ini belum berakhir.

Nah yang perlu lebih jadi perhatian pemerintah kita adalah kecepatan internet kita. Karena dibandingkan 40 negara lain, rata-rata kecepatan internet Indonesia nyaris di urutan buncit. Yakni 20,1 Mbps. Sementara rata-rata kecepatan internet dunia adalah 73,6 Mbps.

Internet murah dan cepat akan sangat membantu proses belajar mengajar. Agar kejadian seorang anak yang terpaksa menjadi kuli bangunan untuk bisa membeli paket internet tidak terulang lagi.

Internet murah dengan kecepatan memadai sangatkah dibutuhkan anak bangsa. Yang dapat menjangkau hingga ke pelosok negeri. Agar tidak perlu lagi ada anak yang harus memanjat pohon untuk mencari signal. Karena selain belajarnya jadi kurang efisien, tentu akan sangat membahayakan keselamatan si anak tersebut.



Bersukurlah, sambil menunggu cita-cita internet murah dah cepat ini terwujud, pemerintah kita dalam hal ini Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan memberikan subsidi pulsa / paket data untuk segenap stakeholder dunia pendidikan. Untuk para siswa 35 GB, guru mendapatkan 42 GB, sedangkan untuk mahasiswa dan dosen mendapat 50 GB.

Kita layak mengapresiasinya. Karena apapun kondisinya, sesulit apapun perekonomian kita, sektor pendidikan tidak boleh terhenti. Kegiatan belajar mengajar harus tetap berjalan. Karena, dari generasi penerus inilah kita pun mengharapkan, di masa yang akan datang mereka bisa menemukan vaksin dan/atau obat untuk virus-virus lain yang mungkin akan ada dan lebih ganas dari virus corona.

Aku memperkirakan, di masa yang akan datang kecepatan internet kita akan lebih baik dari sekarang. Dan dengan harga yang terjangkau. Jika tidak, kita akan terus tertinggal dari negara-negara lain.