

TS
delia.adel
Apakah Sudah Tepat Pendidikan Lewat Online Sekarang Ini?
Spoiler for screenshotan:

Quote:
Bagaimana kabar pendidikan anak sebelum pandemi dan di masa pendemi?
Well, trid kali ini masih sekitar event. Cos yang kemarin aye buat tidak lulus event, so aye mau coba buat lagi di lain forum dengan tema yang lainnya. Yaitu tentang pendidikan.
Education gan-sis, bagaimana kabarnya sekarang ya?
Well sebelum menelusuri lebih jauh marilah kita mengenang kembali sebuah masa, yang mana sebelum pandemi keadaan di sekitar lingkungan kita masih begitu normal dan stabil. Bukan hanya dalam segi ekonomi saja. Namun sudah mulai maju dalam sektor pendidikan dan lain sebagainya. Hal ini dikarenakan sudah banyak murid murid asal Indonesia yang mengharumkan namanya hingga di lirik dunia. Salah satu contohnya adalah Christopher Farrel Millenio Kusuma seorang siswa SMA Negeri 8 di Yogyakarta ini mampu membuat pihak google tertarik, kemudian Farrel di undang ke Mountain View, California, Amerika. Dan kesemuanya itu dikarenakan atas ide yang meluncur dari hasil pemikirannya sendiri dari banyaknya mempelajari bahan-bahan, untuk kemudian menjadi sebuah bentuk maha karya, yang bersifat kemajuan teknologi.
Keseluruhan kisahnya ada di link berikut ini;
siswa yang dilirik google
Bukan hanya siswa ini saja sih, sudah banyak siswa dan siswi lainnya, asal Indonesia, yang mulai menampilkan keseriusannya dalam bidang pendidikan. Dan itu semua tidak luput dari caranya belajar, bertanya dan beraksi aktif, juga interaksi antara guru dan murid sehingga pikiran murid-murid bisa berkembang dan memiliki wawasan yang lebih luas lagi untuk memandang dunia, dengan membawa cita-cita lebih tinggi lagi.
Yang mana usaha-usaha para siswa dan siswi tersebut, menjadi aksi yang paling agresif dibidang pendidikan, bimbingan dari para guru membentuk kepribadian individu bagi para siswa dan siswi tersebut, yang mana guru berperan sangat aktif untuk memotivasi agar siswa dan siswi berpikiran lebih maju dan mendewasakan diri mereka dalam sektor pendidikan. Karena cita-cita yang mereka miliki dalam dadalah, pada akhirnya membuat sebuah keinginan, terutama dalam hal berkarya dan lebih bersemangat, untuk bisa lebih sukses dan berhasil meraih impian, tentunya.
Yang mana kesemuanya ini sudah pasti
didukung oleh para guru-guru, sebagai pengajar pertama yang paling aktif, dalam mendidik murid-muridnya. Sehingga mereka mampu membuat kreativitas yang lebih baik lagi.
Well, trid kali ini masih sekitar event. Cos yang kemarin aye buat tidak lulus event, so aye mau coba buat lagi di lain forum dengan tema yang lainnya. Yaitu tentang pendidikan.
Education gan-sis, bagaimana kabarnya sekarang ya?
Well sebelum menelusuri lebih jauh marilah kita mengenang kembali sebuah masa, yang mana sebelum pandemi keadaan di sekitar lingkungan kita masih begitu normal dan stabil. Bukan hanya dalam segi ekonomi saja. Namun sudah mulai maju dalam sektor pendidikan dan lain sebagainya. Hal ini dikarenakan sudah banyak murid murid asal Indonesia yang mengharumkan namanya hingga di lirik dunia. Salah satu contohnya adalah Christopher Farrel Millenio Kusuma seorang siswa SMA Negeri 8 di Yogyakarta ini mampu membuat pihak google tertarik, kemudian Farrel di undang ke Mountain View, California, Amerika. Dan kesemuanya itu dikarenakan atas ide yang meluncur dari hasil pemikirannya sendiri dari banyaknya mempelajari bahan-bahan, untuk kemudian menjadi sebuah bentuk maha karya, yang bersifat kemajuan teknologi.
Keseluruhan kisahnya ada di link berikut ini;
siswa yang dilirik google
Bukan hanya siswa ini saja sih, sudah banyak siswa dan siswi lainnya, asal Indonesia, yang mulai menampilkan keseriusannya dalam bidang pendidikan. Dan itu semua tidak luput dari caranya belajar, bertanya dan beraksi aktif, juga interaksi antara guru dan murid sehingga pikiran murid-murid bisa berkembang dan memiliki wawasan yang lebih luas lagi untuk memandang dunia, dengan membawa cita-cita lebih tinggi lagi.
Yang mana usaha-usaha para siswa dan siswi tersebut, menjadi aksi yang paling agresif dibidang pendidikan, bimbingan dari para guru membentuk kepribadian individu bagi para siswa dan siswi tersebut, yang mana guru berperan sangat aktif untuk memotivasi agar siswa dan siswi berpikiran lebih maju dan mendewasakan diri mereka dalam sektor pendidikan. Karena cita-cita yang mereka miliki dalam dadalah, pada akhirnya membuat sebuah keinginan, terutama dalam hal berkarya dan lebih bersemangat, untuk bisa lebih sukses dan berhasil meraih impian, tentunya.
Yang mana kesemuanya ini sudah pasti
didukung oleh para guru-guru, sebagai pengajar pertama yang paling aktif, dalam mendidik murid-muridnya. Sehingga mereka mampu membuat kreativitas yang lebih baik lagi.
Quote:
Namun kemudian pandemi datang, dengan virus Coronanya, yang membuat aksi dan reaksi kegiatan belajar dan mengajar menjadi fakum seketika, apalagi untuk berkreativitas pergerakannya sangat sedikit sekali. Lalu apakah bisa para siswa dan siswi di Indonesia kembali membuat bangga negaranya? Ok jangan terlampau tinggi lah untuk menuju ke arah sana, namun setidaknya memiliki keinginan untuk mempelajari ilmu lebih lanjut. Ya keinginan, sebuah keinginan untuk kembali aktif belajar, meraih cita-cita dengan mandiri dan aktif berinteraksi secara online.
Sebab dari sebuah keinginan, maka sudah dapat dipastikan jalan kesuksesan akan didapatkan dengan begitu mudah, karena kegigihan tidak akan mengecewakan hasil, walaupun tidak semudah menulis kata berhasil, membutuhkan proses panjang dengan banyak pembelajaran dan pengalaman dari sebuah kata kegagalan.
Karena sebuah keinginan adalah inti dari perkembangan diri bagi para siswa dan siswi. Untuk membawa pikirannya menuju pengembangan diri dan pada akhirnya menjadi sesuatu yang dinamakan keberhasilan, dengan terciptanya sebuah maha karya.
Well, karena saat pandemi para siswa dan siswi tersebut hanya belajar di rumah secara online, maka kesempatan untuk menjadikan rasa ingin belajar dan mempelajari menjadi sedikit melemah. Apalagi jika dukungan yang seharusnya didapatkan tidak terkontaminasi dengan baik.
Hal ini menurutku yang menjadi kendala, pengajaran menjadi tidaklah efektif, tersebab tidak semua murid memiliki fasilitas penunjang, untuk membuat dirinya menjadi bagian dari pengajaran tersebut. Bahkan ada sebagian dari para siswa yang tidak mengerjakan tugas yang diberikan oleh gurunya. Kesemuanya itu tersebab bahan penunjang yang kurang mendukung.
Sebab dari sebuah keinginan, maka sudah dapat dipastikan jalan kesuksesan akan didapatkan dengan begitu mudah, karena kegigihan tidak akan mengecewakan hasil, walaupun tidak semudah menulis kata berhasil, membutuhkan proses panjang dengan banyak pembelajaran dan pengalaman dari sebuah kata kegagalan.
Karena sebuah keinginan adalah inti dari perkembangan diri bagi para siswa dan siswi. Untuk membawa pikirannya menuju pengembangan diri dan pada akhirnya menjadi sesuatu yang dinamakan keberhasilan, dengan terciptanya sebuah maha karya.
Well, karena saat pandemi para siswa dan siswi tersebut hanya belajar di rumah secara online, maka kesempatan untuk menjadikan rasa ingin belajar dan mempelajari menjadi sedikit melemah. Apalagi jika dukungan yang seharusnya didapatkan tidak terkontaminasi dengan baik.
Hal ini menurutku yang menjadi kendala, pengajaran menjadi tidaklah efektif, tersebab tidak semua murid memiliki fasilitas penunjang, untuk membuat dirinya menjadi bagian dari pengajaran tersebut. Bahkan ada sebagian dari para siswa yang tidak mengerjakan tugas yang diberikan oleh gurunya. Kesemuanya itu tersebab bahan penunjang yang kurang mendukung.
Spoiler for dokumen pribadi:

Quote:

Quote:
Sistem pendidikan menjadi jomplang jika pendidikan masih menggunakan online. Dikarenakan kebebasan berekspresi terbatas dan untuk mendapatkan nilai bagus bisa diperoleh dengan jalan yang sangat mudah, bagi yang memiliki ponsel lebih canggih. Karena ada guru paling super yang akan memberikan jawaban paling jitu. Yaitu Google
Namun di sebagian cerita, ada pula yang melibatkan orang tua dalam hal mengisi lembar jawaban dari online. Dikarenakan si anak yang belom memahami cara mengerjakan soal-soal tersebut. Apalagi jika hanya memiliki satu ponsel yang digunakan bersama saudara-saudara yang lainnya, sudah pasti ruang gerak mereka menjadi begitu sempit. Bahkan setelah belajar mereka akan kembali dengan aktifitas malasnya dan tidur kembali. Karena untuk mengerjakan soal hanya berkisar beberapa menit saja. Tidak sampai berjam-jam seperti halnya ketika disekolah.
Tambahan tugas seorang ibu menjadi lebih doble, sedari mengurusi pelajaran anak, juga membeli quota untuk melanjutkan pendidikan online pada keesokan harinya. Sehingga para orangtuanya mulai menjerit atas ketidaknyamanan yang diberikan pihak sekolahan. Apalagi jikalau anak tersebut bersekolah pada sekolahan swasta. Selain beban pulsa, juga mendapatkan beban pembayaran sekolah yang harus dibayarkan setiap bulannya.
Apalagi jika kondisi keluarga tidak mendukung karena pendapatan yang dihasilkan tidak sebanding dengan pengeluaran. Bagaimanakah nasib para murid-murid tersebut pada akhirnya?
Well semoga ada jalan untuk mengatasi masalah tersebut diatas.
Belajar "Online" Tak Semudah yang Dibayangkan
sumber link : detik.com
Namun di sebagian cerita, ada pula yang melibatkan orang tua dalam hal mengisi lembar jawaban dari online. Dikarenakan si anak yang belom memahami cara mengerjakan soal-soal tersebut. Apalagi jika hanya memiliki satu ponsel yang digunakan bersama saudara-saudara yang lainnya, sudah pasti ruang gerak mereka menjadi begitu sempit. Bahkan setelah belajar mereka akan kembali dengan aktifitas malasnya dan tidur kembali. Karena untuk mengerjakan soal hanya berkisar beberapa menit saja. Tidak sampai berjam-jam seperti halnya ketika disekolah.
Tambahan tugas seorang ibu menjadi lebih doble, sedari mengurusi pelajaran anak, juga membeli quota untuk melanjutkan pendidikan online pada keesokan harinya. Sehingga para orangtuanya mulai menjerit atas ketidaknyamanan yang diberikan pihak sekolahan. Apalagi jikalau anak tersebut bersekolah pada sekolahan swasta. Selain beban pulsa, juga mendapatkan beban pembayaran sekolah yang harus dibayarkan setiap bulannya.
Apalagi jika kondisi keluarga tidak mendukung karena pendapatan yang dihasilkan tidak sebanding dengan pengeluaran. Bagaimanakah nasib para murid-murid tersebut pada akhirnya?
Well semoga ada jalan untuk mengatasi masalah tersebut diatas.
Belajar "Online" Tak Semudah yang Dibayangkan
sumber link : detik.com






samerin12 dan 13 lainnya memberi reputasi
12
2.8K
Kutip
204
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan