Corona dan perubahan adalah dua kata yang akhir-akhir ini sedang hangat diperbincangkan oleh khalayak umum. Pasalnya setelah si corona ini muncul semua masyarakat Indonesia atau bahkan seluruh manusia yang ada di bumi mau tidak mau, suka tidak suka harus bisa menyesuaikan dengan perubahan yang ada. Tidak hanya perubahan di sektor kesehatan yang muncul akibat wabah ini, akan tetapi sektor ekonomi dan pendidikan pun juga terkena imbasnya. Akibatnya terhitung dari bulan Maret sampai dengan bulan ini, kegiatan belajar mengajar yang biasanya dilaksanakan di dalam kelas kini berpindah tempat menjadi di rumah masing-masing.



Siapa sih yang gak kaget dengan kebijakan yang dikeluarkan oleh bapak Mentri Pendidikan ini?

Saya rasa jawabannya adalah tidak ada. Semua kalangan terkejut bahkan tidak sedikit yang merasa keberatan dengan kebijakan yang dikeluarkan oleh Bapak Nadiem Makarim selaku Mentri Pendidikan. Ada orang tua yang mengeluh bahwa belajar di rumah itu tidak efektif karena kewalahan membagi waktu antara bekerja dan mendampingi anak belajar, ada pula yang mengeluh pembelajaran jarak jauh membuat pengeluaran menjadi membengkak akibat penggunaan kuota internet yang gak wajar, bahkan banyak pula yang pada akhirnya merasa gak mau bayar sekolah karena selama 6 bulan terakhir ini gak ada kegiatan belajar mengajar dengan guru seperti biasanya.

Seperti yang dilansir pada klikkalimantan.com yang bisa gansist akses disinibanyak orang tua yang mengeluhkan sistem pembelajaran daring ini



TS pun juga tidak bisa menyalahkan wali murid yang lama-kelamaan jengah dengan keadaan seperti ini, sebab pembelajaran jarak jauh yang sudah dilaksanakan enam bulan terakhir ini memang belum bisa diterapkan secara efektif dan belum bisa memberikan dampak yang signifikan bagi perkembangan hasil belajar peserta didik jika dilihat dari segi akademisnya.

Lalu apakah pembelajaran jarak jauh ini memang menyulitkan semua pihak?

Jika ada pertanyaan seperti itu maka saya akan menjawab YA, bahkan sangat menyulitkan. Dulu ketika ingin belajar peserta didik tinggal datang ke sekolah kemudian memperhatikan guru secara tatap muka, jika ada yang tidak bisa maka bisa langsung ditanyakan kepada gurunya. Pun ketika ada mata pelajaran yang mengharuskan siswa untuk praktik semuanya sudah disediakan oleh guru atau oleh laboran yang berkompeten. Namun setelah pandemi Corona menyerang Indonesia, proses belajar mengajar tidak sesederhana datang ke sekolah kemudian memperhatikan guru yang sedang mengajar di depan kelas. Kesulitan tidak hanya dirasakan oleh peserta didik yang harus memandang layar handphone secara terus-menerus untuk memperoleh materi pembelajaran dari guru. Atau mungkin berlaku bagi wali murid yang harus meluangkan waktunya untuk mendampingi anaknya belajar, akan tetapi pembelajaran jarak jauh juga menyulitkan bagi guru atau para pendidik. Tak hanya wali murid yang pusing memahamkan materi pelajaran ke peserta didik, guru juga setiap hari harus membuat media pembelajaran bagi peserta didik agar mereka lebih mudah dalam menangkap materi apa yang akan mereka pelajari.



Ehh tunggu dulu, siapa yang bilang jika pembelajaran jarak jauh ini gak memberikan dampak positif bagi guru dan peserta didik?
Jika ada yang mengatakan hal yang demikian berarti dia tidak bisa melihat suatu permasalahan dari sudut pandang yang lain. Pembelajaran jarak jauh memalui daring memang memiliki banyak kendala, apalagi jika guru dan peserta didik berada di daerah terpencil yang miskin signal. Akan tetapi jika kita mau menilik lebih jauh, ternyata banyak hal positif yang muncul akibat pembelajaran satu ini. Bisa dikatakan pembelajaran jarak jauh membuat guru dan peserta didik menjadi Lebih Berdaya dan Istimewa. Gak percaya? Silakan simak ulasan di bawah ini!