Sejak kemunculannya dalam vlog milik salah satu musisi ternama di Indonesia, nama Hadi Pranoto banyak jadi perbincangan di berbagai media. Pernyataannya tentang penemuan obat Covid-19 yang sudah berhasil menyembuhkan ratusan ribu orang memang mengundang tanda tanya. Sebagian mulai percaya jika Covid-19 bisa segera diakhiri. Tapi nggak sedikit juga yang meragukan fakta ilmiahnya karena sosok tersebut bukan dokter, melainkan hanya seorang peneliti independen.

Sampai saat ini, obat Covid-19 memang masih dalam tahap pengujian di berbagai belahan dunia. Badan Kesehatan Dunia atau WHO sendiri menyatakan belum ada obat yang terbukti efektif mengatasi virus tersebut. Indonesia sendiri termasuk salah satu negara yang masih terus aktif mengadakan berbagai uji klinis terhadap bahan-bahan yang diduga berpotensi mengatasi penularan Covid-19.

Indonesia sendiri memiliki bahan herbal alami yang cukup kaya yang memiliki potensi meningkatkan kekebalan tubuh. Misalnya saja Jahe merah secara empiris memiliki efek anti inflamasi dan analgesik. Beberapa penelitian preklinis juga pernah dilakukan untuk indikasi daya tahan tubuh. Akan tetapi efektivitas jahe merah untuk menjaga daya tahan tubuh pada kasus Covid-19 belum terbukti secara ilmiah.

Dalam rangka mendukung program percepatan penanganan Covid-19, Bintang Toedjoe berinisiatif melakukan uji klinis terhadap jahe merah untuk memastikan efektivitasnya sebagai immunomudulator.

Terkait bahan tersebut, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) baru saja selesai melakukan uji klinis kandidat imunomodulator yang berasal dari tanaman herbal asli Indonesia untuk pasien Covid-19. Uji klinis ini selesai dilakukan pada 16 Agustus 2020 di Rumah Sakit Darurat Corona (RSDC) Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta. Salah satu bahan herbal pada komposisi produk tersebut yang dilakukan pengujian adalah jahe merah (Zingiber officinale var Rubrum).

“Uji klinis immunomodulator dengan bahan asli dari keanekaragaman hayati Indonesia merupakan yang pertama yang dilakukan secara independen serta melibatkan banyak pihak untuk memastikan obyektifitas dan akurasinya terjaga,” jelas Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Laksana Tri Handoko di Jakarta pada Senin (17/8) yang dilansir dari situs lipi.go.id.

Jika selanjutnya ditemukan khasiat berdasarkan analisis data hasil uji klinis dari BPOM, maka itu bisa menjadi fitofarmaka. Handoko melanjutkan, hal ini bisa membuat produk immunomodulator  dapat diproduksi massal dan diresepkan oleh dokter dalam menangani pasien. Harganya juga lebih murah karena formula dan bahan baku berasal dari lokal.

Terkait dengan bahan-bahan yang diklaim oleh Hadi Pranoto, juga harus melalui uji klinis terlebih dulu. Merespons hal ini, Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Daeng Mohammad Faqih mengatakan hal tersebut tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh pakar kesehatan. 

“Sampai saat ini belum ada pernyataan resmi dari IDI maupun BPOM terkait obat yang dapat menyembuhkan COVID-19. Baik obat maupun herbal, perlu diuji terlebih dahulu dan melewati serangkaian tahapan penelitian sebelum dapat diklaim mampu menyembuhkan COVID-19.” ujarnya.

Oleh karena itu, LIPI, BPOM, dan juga  PB IDI akan melakukan pengujian terhadap bahan-bahan yang disebutkan oleh Hadi Pranoto lewat sebuah webinar yang akan diselenggarakan tanggal 31 Agustus 2020. Webinar yang bertajuk Hoax atau Fakta : Uji Klinis Jahe Merah sebagai Immunomodulator Covid-19 ini akan menghadirkan Kepala BPOM Dr. Ir. Penny K. Lukito, MCP, Kepala LIPI Dr. Laksana Tri Handoko dari LIPI, Ketua Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) Dr. Daeng M. Faqih, SH, MH, serta Presiden Direktur PT Bintang Toedjoe, Simon Jonatan.

Saksikan live streamingnya pada Senin, 31 Agustus 2020 pukul 14.00 - selesai di Liputan6 dan Vidio. Pastikan kamu ikutan webinar tersebut supaya bisa cek fakta secara cerdas dan tepat ya!



Link Pendaftaran