

TS
ymulyanig3
Kangen Belajar Di Sekolah?
Adaptasi Belajar di Rumah Akibat Pandemi

Kangen ke sekolah. Kalimat itulah yang akhir-akhir ini sering terdengar dari mulut anak-anak.

Suasana pandemi yang berkepanjangan memberi dampak kepada semua aspek kehidupan. Salah satunya pendidikan.
Dunia pendidikan ikut terdampak, semenjak diberlakukannya sosial distancing akibat pandemi covid 19 yang menyebar dengan cepat.
Anak-anak harus mulai beradaptasi dengan segala perubahan itu. Mulai dari hidup bersih dan senantiasa mencuci tangan hingga menjaga jarak dengan teman dan mulai membiasakan diri untuk belajar di rumah
Sistem belajar mengajar di sekolah pun berubah, dari yang tadinya belajar di sekolah bersama teman menjadi sistem daring maupun laring secara online.
Aktifitas belajar mengajar hanya dilakukan seminggu sekali. Anak- anak menjadi terbiasa untuk belajar bersama teman seminggu sekali dengan tetap menerapkan protokol kesehatan dengan memakai masker dan hand sanitizer.
Seperti yang dirasakan anak ane yang duduk di kelas tiga Sekolah Dasar. Guru hanya memberikan tugas lewat pesan di grup whattshap.
Setiap seminggu sekali, anak ane pergi ke rumah wali kelasnya untuk mengumpulkan tugas dan mendapatkan tugas baru.
Tidak banyak yang disampaikan guru selama satu jam setiap pertemuannya. Anak-anak harus lebih cepat dan tanggap dengan apa yang disampaikan guru.
Semua kendala dalam mata pekajaran diserahkan kepada wali murid. Di sini kita mulai beradaptasi meluangkan waktu untuk mendampingi anak-anak belajar.
kendalanya, banyak pelajaran yang tertinggal, apalagi sifat moody anak-anak di rumah yang sulit diatasi kami sebagai wali murid.

Anak-anak kurang disiplin dalam mengerjakan tugas di rumah. Hampir setiap hari, ane selaku wali murid harus memutar otak agar anak mau mengerjakan tugas.
Sekolah terasa seperti tidak sekolah. Anak-anak yang seharusnya berbaur dan belajar bersama teman sekelasnya di sekolah, terpaksa harus belajar sendiri di rumah.
Permasalahan demi permasalahan anak timbul akibat pandemi. Mulai dari malas mengerjakan tugas sampai pergaulan anak-anak yang semakin kurang dan berakibat berkurangnya kemampuan bersosialisasi mereka.
Anak-anak akan kembali canggung dan lebih individualisme. Jika dibiarkan terlalu lama, ane khawatir anak-anak malah akan menikmati indivialisme mereka dan sulit bersosialisasi kedepannya.
Bukan hanya anak-anak yang terdampak akibat pandemi ini. Para orang tua pun harus rela menyisihkan sebagian uangnya untuk membeli kuota agar anak-anak bisa mengikuti pelajaran secara online.
Dampak lain yang mulai terlihat adalah ketergantungan dengan gedget dengan alasan belajar.
Anak-anak mulai tidak mau lepas dengan gedget dengan alasan belajar online, padahal yang ane lihat, mereka malah lebih sering bermain game atau tiktok.
Kita harus sedikit lebih bersabar karena kabar yang beredar di media online Nusantara. Sistem belajar mengajar tatap muka akan mulai diberlakukan bulan januari tahun depan tepatnya januari 2021 untuk wilayah Bandung barat yang mengacu keputusan kementrian pendidikan.
Bupati Bandung barat khawatir anak-anak akan rentan tertular covid 19, jika sistem belajar mengajar tatap muka diberlakukan saat new normal sekarang.
Dikhawatirkan anak-anak tidak bisa menahan diri karena kangen sama teman-temannya, sehingga tidak memperhatikan jaga jarak dengan bersalaman atau malah cipika cipiki.
Dampak positifnya adalah anak-anak mulai terbiasa hidup bersih dengan rajin mencuci tangan.
Apapun keputusan pemerintah, kami akan selalu mematuhinya demi kesehatan bersama. Semoga bulan januari pandemi ini benar-benar hilang, agar kami bisa melepas anak-anak ke sekolah dengan tenang.
Sekian dari ane, semoga bermanfaat.
Terima kasih
Sumber : opini pribadi dan
link sumber
Gambar : dokpri

Kangen ke sekolah. Kalimat itulah yang akhir-akhir ini sering terdengar dari mulut anak-anak.

Suasana pandemi yang berkepanjangan memberi dampak kepada semua aspek kehidupan. Salah satunya pendidikan.
Dunia pendidikan ikut terdampak, semenjak diberlakukannya sosial distancing akibat pandemi covid 19 yang menyebar dengan cepat.
Anak-anak harus mulai beradaptasi dengan segala perubahan itu. Mulai dari hidup bersih dan senantiasa mencuci tangan hingga menjaga jarak dengan teman dan mulai membiasakan diri untuk belajar di rumah
Sistem belajar mengajar di sekolah pun berubah, dari yang tadinya belajar di sekolah bersama teman menjadi sistem daring maupun laring secara online.
Aktifitas belajar mengajar hanya dilakukan seminggu sekali. Anak- anak menjadi terbiasa untuk belajar bersama teman seminggu sekali dengan tetap menerapkan protokol kesehatan dengan memakai masker dan hand sanitizer.
Seperti yang dirasakan anak ane yang duduk di kelas tiga Sekolah Dasar. Guru hanya memberikan tugas lewat pesan di grup whattshap.
Setiap seminggu sekali, anak ane pergi ke rumah wali kelasnya untuk mengumpulkan tugas dan mendapatkan tugas baru.
Tidak banyak yang disampaikan guru selama satu jam setiap pertemuannya. Anak-anak harus lebih cepat dan tanggap dengan apa yang disampaikan guru.
Semua kendala dalam mata pekajaran diserahkan kepada wali murid. Di sini kita mulai beradaptasi meluangkan waktu untuk mendampingi anak-anak belajar.
kendalanya, banyak pelajaran yang tertinggal, apalagi sifat moody anak-anak di rumah yang sulit diatasi kami sebagai wali murid.

Anak-anak kurang disiplin dalam mengerjakan tugas di rumah. Hampir setiap hari, ane selaku wali murid harus memutar otak agar anak mau mengerjakan tugas.
Sekolah terasa seperti tidak sekolah. Anak-anak yang seharusnya berbaur dan belajar bersama teman sekelasnya di sekolah, terpaksa harus belajar sendiri di rumah.
Permasalahan demi permasalahan anak timbul akibat pandemi. Mulai dari malas mengerjakan tugas sampai pergaulan anak-anak yang semakin kurang dan berakibat berkurangnya kemampuan bersosialisasi mereka.
Anak-anak akan kembali canggung dan lebih individualisme. Jika dibiarkan terlalu lama, ane khawatir anak-anak malah akan menikmati indivialisme mereka dan sulit bersosialisasi kedepannya.
Bukan hanya anak-anak yang terdampak akibat pandemi ini. Para orang tua pun harus rela menyisihkan sebagian uangnya untuk membeli kuota agar anak-anak bisa mengikuti pelajaran secara online.
Dampak lain yang mulai terlihat adalah ketergantungan dengan gedget dengan alasan belajar.
Anak-anak mulai tidak mau lepas dengan gedget dengan alasan belajar online, padahal yang ane lihat, mereka malah lebih sering bermain game atau tiktok.
Kita harus sedikit lebih bersabar karena kabar yang beredar di media online Nusantara. Sistem belajar mengajar tatap muka akan mulai diberlakukan bulan januari tahun depan tepatnya januari 2021 untuk wilayah Bandung barat yang mengacu keputusan kementrian pendidikan.
Bupati Bandung barat khawatir anak-anak akan rentan tertular covid 19, jika sistem belajar mengajar tatap muka diberlakukan saat new normal sekarang.
Dikhawatirkan anak-anak tidak bisa menahan diri karena kangen sama teman-temannya, sehingga tidak memperhatikan jaga jarak dengan bersalaman atau malah cipika cipiki.
Dampak positifnya adalah anak-anak mulai terbiasa hidup bersih dengan rajin mencuci tangan.
Apapun keputusan pemerintah, kami akan selalu mematuhinya demi kesehatan bersama. Semoga bulan januari pandemi ini benar-benar hilang, agar kami bisa melepas anak-anak ke sekolah dengan tenang.
Sekian dari ane, semoga bermanfaat.
Terima kasih
Sumber : opini pribadi dan
link sumber
Gambar : dokpri
Diubah oleh ymulyanig3 29-08-2020 00:03


Bgssusanto88 memberi reputasi
1
105
1


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan