

TS
Cahayahalimah
Lika liku Seorang Guru dalam Mengajar Daring, Jadi Melek Teknologi!
Kami, Para Guru Tidak Memakan Gaji Buta


Ketika melihat dan membaca berita onlineyang sedang viral di mana memberitakan bahwa guru memakan gaji buta, hati begitu sedih dan sangat kecewa atas statement pemberitaan tersebut.
Spoiler for dokpri:
Berhubung ada eventini, bolehlah sekiranya saya mengungkapkan kesedihan mewakilkan suara hati para guru, semoga para wali murid lebih bijak dalam berargumen dan mengeluarkan pendapat kalian. Nyinyir sedikit (Belajar dari film tilik).
Spoiler for :

Quote:
BeforePandemi
Spoiler for :

Keluarga besar suami, termasuk saya sendiri dari sebelum menikah diamanahkan sebagai salah satu pendidik. Sebelum pandemi tiba, kami menjalankan amanah tersebut selalu dengan semangat di pagi hari.
Jalan dari rumah setelah berbenah, mengurusi pekerjaan rumah tangga terlebih dahulu, setelah semua selesai, barulah mengurus anak murid kami.
Rasa lelah dengan pekerjaan di rumah, sirna setelah melihat wajah anak-anak yang lucu dan menggemaskan, kebetulan saya dan keluarga suami mengajar anak-anak, saya sebagai guru TK dan Mama Mertua mengajar anak MI sejajar SD.
Sampai di sekolah langsung menyiapkan materi pembelajaran, buku-buku disiapkan untuk materi hari ini, karena memang semua buku ada di sekolah.
Setelah anak-anak datang, bertemu kami/guru-gurunya dengan mencium tangan, terkadang saya mencium pipi mereka.
Sekolah TK diharuskan adanya kunjungan, sebagai salah satu materi yang diajarkan ke anak, melatih motorik kasarnya dan pengetahuan mereka, dan di akhir semester diadakan rihlah.
Spoiler for saat melakukan kunjungan:

Salah satu kunjungan setiap yaitu ke rumah makan, ke pemadam kebakaran, dan tempat lainnya, begitu seterusnya setiap tahunnya.
Spoiler for saat melakukan kunjungan:

Berkomunikasi kepada wali murid melalui buku penghubung dan berbicara langsung jika wali murid menjemput ke sekolah. Hampir tidak pernah menggunakan smartphone.
Sesudah Pandemi
Spoiler for :

Berhubung selama pandemi saya tidak merasakan menjadi guru TK, saya hanya mengajarkan membaca Alquran secara daring, untuk pengajaran anak remaja.
Akhirnya saya mencari info dari saudara dan mama mertua yang sampai detik ini masih melakukan pendidikan secara online.
Spoiler for Mama Mertua, sampai sore tetap di layar laptop:

Saudara adalah salah satu guru yang merangkap wali murid, sebagai manusia memang tempat berkeluh kesah, dia berkata semenjak pandemi, perubahan sangat drastis yang dirasakannya.
Berikut testimoni perubahan setelah pandemi dari seorang guru, wali murid, guru sekaligus wali murid, yaitu:
π Tidak sempat masak lagi, selalu beli matang, karena setiap pagi diharuskan belajar onlineuntuk ke 3 (tiga) anaknya, setelah selesai dengan anak-anaknya, dia berlanjut mengajarkan anak orang lain.
π Pulsa lebih boros, biasanya sebulan 1gb cukup, selama pandemi kuota baru dua minggu sudah menghabiskan biaya Rp. 120.000,-
π Bagi saya, ketika mengajar daring, materi saya persiapkan dari malam hari, kebetulan kelas saya memilih memakai vn (voice note) menunggu anak tidur, agar materi yang diberikan tidak terganggu dengan suara-suara lain.
Sebenarnya masih banyak perubahan yang terjadi sebelum dan sesudah pandemi ini, tentu semua dengan adaptasi yang sangat lama, terutama bagi Mama Mertua yang hampir memasuki masa pensiun, mata sudah tidak kuat memandang layar smartphone ataupun laptop.
Kepala sering pusing efek radiasi saat harus memberikan materi dan mengoreksi setiap mata pelajaran, satu murid saja bisa menghabiskan waktu kurang lebih satu jam, kebetulan murid mamer lebih dari 20 orang.
Mengutip kata Bu Tejo, orang itu harus solutip, beberapa solusi untuk mengurangi radiasi layar monitor ataupun smartphone, akhirnya mamer menyarankan setiap ada tugas atau tes untuk mengumpulkan tugas ke rumah saja, sudah tentu dengan mematuhi protokol kesehatan.
Bisa kaskuser bayangkan, bagaimana keseharian jika pembelajaran dilakukan secara online dan terus berlanjut seperti sekarang?
Bertahun-tahun mengajar secara tatap muka, tiba-tiba adanya pandemi di seluruh dunia, yang mengharuskan kami, para guru mengajar secara online, sungguh membuat kami kaget, apalagi bagi guru-guru di usia lanjut, yang memakai handphone hanya sekadar menelpon dan mengirim pesan.
Dengan adanya pandemi ini, para guru jadi melek teknologi, waktu yang lebih banyak dengan keluarga, karena memang mengajar di rumah saja, itulah salah satu dampak positif yang saya dan keluarga besar rasakan.
Saya jadi tahu adanya aplikasi zoom, meskipun saya lebih memilih memberi materi lewat voice note dan video call.
Selain dampak positif di atas, sudah pasti ada dampak negatif yang timbul, yaitu mata mudah lelah karena kelamaan menatap layar monitor laptop dan handphone, jaringan yang lola, saat melakukan video call, suaranya tersendat, materi yang disampaikan tidak maximal.
Ikatan antara guru dan murid lebih sedikit, terkadang mereka tidak disiplin untuk mengumpulkan tugas tepat pada waktunya, anak didik pun ada yang tidak paham jika diterangkan hanya melalui handphone, beberapa kali mengajak tatap muka, tetapi sampai detik ini belum terwujud.
Selain dampak positif dan negatif di atas yang kami rasakan, saya kutip dari sang ahli, dampak positif dan negatif pembelajaran daring.π
Quote:
Saya berharap pandemi ini segera usai, agar kami, para guru bisa bercengkerama dengan murid-murid kami.
Quote:
Jakarta, 22:56
Kamis, 27 Agustus 2020
Kamis, 27 Agustus 2020
Terimakasih yang sudah membaca



Keep smile and istiqamah.
Kalau saya keder dalam menarasikan, tolong beri saran dan kritik dengan cara yang sopan.






Opini pribadi, pengalaman dari mamer, saudara, referensi lain link tercantum







tien212700 dan 10 lainnya memberi reputasi
11
624
26


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan