Pendidikan adalah sesuatu yang penting bagi generasi muda negeri ini, tak heran bila banyak sekolah yang menjamur di mana-mana. Di daerah ane sendiri tentunya banyak sekolah mulai dari sekolah tingkat dasar hingga sekolah tingkatan SMA. Setiap senin sampai sabtu pada umumnya semua anak berangkat sekolah, tak heran bila banyak anak-anak sekolah yang wara-wiri di jalanan menggunakan kendaraan bermotor berangkat ke sekolah. Pemandangan tersebut lazim dan biasa ditemukan di hari-hari sebelum datangnya pandemi corona. Sebelum datangnya pandemi corona ini aktivitas berjalan seperti biasa dimana belajar dilakukan secara tatap muka dari awal hingga akhir.


Namun semua berbeda saat pandemi corona hadir, semenjak ditemukannya kasus Covid-19 di Indonesia hal tersebut berdampak pada banyak hal termasuk ke dunia pendidikan. Di daerah ane sendiri pertengahan bulan maret sekolah-sekolah mulai di liburkan, akibatnya pembelajaran secara tatap muka otomatis di hentikan dan digantikan dengan pembelajaran secara online. Pembelajaran online sendiri bukan tanpa masalah, pembelajaran dengan metode ini telah melahirkan banyak problem karena anak sudah terbiasa dengan belajar tatap muka dan tak biasa belajar secara online. Tak heran bila muncul keluhan dari anak dan juga orang tua. Tak hanya itu saja, pembelajaran secara online juga terkadang tak efektif mulai dari anak yang tak punya gadget, pemberian tugas yang berlebihan yang ujungnya penyampaian pelajaran tidak tersampaikan dengan baik.

Setelah sekian lama berlalu, bertepatan dengan ajaran baru sebagian sekolah sudah mulai dibuka terutama di daerah zona hijau termasuk di daerah ane. Meskipun sudah dibuka namun belajar secara tatap mukanya di batasi. Sebagai contohnya di daerah ane sekolah SD yang sudah mulai aktivitas belajar memberlakukan siswa yang belajar di sekolah dimana siswa yang masuk sekolah bergantian mulai dari  kelas 1-3 belajar Senin, Rabu, Jumat dan kelas 4-6 masuknya Selasa, Kamis, Sabtu. Selain itu ada juga yang belajar di sekolahnya bergantian tiap minggunya dimana satu minggu belajar di sekolah dan satu minggunya lagi belajar online. Sedangkan untuk sekolah yang siswanya banyak dan sulit dikendalikan sekolah masih diliburkan dan belajar masih secara online. Untuk pendidikan sekolah yang berbasis kepesantrenan juga sudah di buka kembali di daerah ane, hanya saja memang pendidikan belum pulih seperti biasa lagi sehingga efektif belajar belum seperti saat sebelum pandemi datang.


Adaptasi kebiasaan baru pun dilakukan dimana di sekolah sekitar ane dengan adanya spanduk bertuliskan untuk ajakan menjaga kesehatan di lembaga pendidikan dan juga adanya fasilitas tempat cuci tangan meskipun dalam prakteknya masih banyak siswa yang tidak memakai masker dan tak jaga jarak. Sekolah di masa pandemi juga serasa ada yang kurang karena anak-anak sekolah belajar di sekolah pun memakai pakaian bebas namun tetap sopan dengan jam belajar yang minim tak seperti sebelumnya saat sebelum pandemi hadir.

Dibukanya kembali sebagian sekolah di daerah ane yang masuk zona hijau ini memang menjadi angin segar tersendiri, namun ditengah pandemi yang belum berakhir ini masih menjadi kekhawatiran tersendiri dimana kesadaran anak-anak sekolah untuk memakai masker masih kurang. Sudah semestinya meskipun dalam zona hijau ajakan untuk menjaga kesehatan oleh lembaga pendidikan tetap diberlakukan agar mengantisipasi hal-hal buruk yang terjadi di dunia pendidikan.


Ditengah susahnya belajar online, belajar tatap muka di sekolah memang baiknya dilaksanakan di daerah zona hijau selama bisa dikendalikan dan protokol kesehatan tetap diterapkan. Kedepannya mungkin lambat laun dengan dibukanya sekolah seperti biasanya ini selama pandemi belum berakhir pembelajaran akan terus berjalan tapi belum seefektif biasanya, namun dari segi pembelajaran setidaknya bisa tersalurkan dengan baik dibandingkan belajar secara online. Semoga pandemi ini bisa segera berakhir dan lembaga pendidikan bisa berjalan efektif seperti biasa lagi. Demikian tulisan ane kali ini, bagaimana pendapat agan dan sista? silahkan sampaikan di kolom komentar dan sampai jumpa di tulisan selanjutnya.

Sumber : Opini Pribadi dan Hasil Pengamatan Pribadi
Sumber gambar : Dokumentasi Pribadi,