Sebagai driver ojol, saya sangat merasakan sekali dampak pandemi corona dalam kehidupan terutama penghasilan saya. Dan saya percaya, semua merasakannya, apapun profesinya. Tak usah driver ojol seperti saya, presiden saja saya rasa ikutan pusing karena corona!

Tapi terus menerus meratapi keadaan bisa-bisa keluarga saya kelaparan karena tak makan. Mau tak mau saya lah yang harus menyesuaikan diri pada keadaan.

Jika sebelum pandemi, saya terbiasa berangkat setelah mengantarkan istri ke tempat kerja jam 7 pagi. Lalu pulang sekalian menjemputnya kembali jam 4 sore. Dan istirahat di rumah untuk bermain bersama anak, kini tak bisa seperti itu lagi. Karena makin berkurangnya jumlah orderan, mau tak mau saya harus menambah jam mengaspal.

Pagi-pagi sekali setelah shubuh, saya sudah menyalakan aplikasi dengan target penumpang yang berangkat kerja jarak pendek. Seperti mereka yang membutuhkan ojol untuk pergi ke halte busway, dan sebagainya.

Sebelum pandemi, jika saya menyalakan aplikasi di jam pagi seperti ini, saya akan kewalahan memilah orderan yang masuk bertubi-tubi. Anak sekolah yang ingin berangkat sekolah, maupun mereka yang ingin berangkat kerja. Bahkan saya kuatir, jika saya ambil orderan, saya malah tak bisa mengantarkan istri saya berangkat kerja. Maklum, motor kami hanya 1. Dan saya lebih baik 'mengabaikan' orderan atau mematikan aplikasi, daripada harus membiarkan istri saya justru memesan ojol orang lain. Secara ekonomi mungkin sama saja. Bahkan bisa lebih untung, karena pagi adalah jam sibuk. Tapi ada bentuk tanggung jawab saya sebagai suami. Maka saya lebih mengutamakan mengantar dan menjemputnya.

Tapi era sudah berubah, kini saat pagi menyalakan aplikasi, saya lebih banyak bengongnya daripada memilah orderan. Karena sangat jarang orderan masuk. Jadinya tetap saja saya mengaspal setelah mengantar istri. Dan pulang bareng di sore hari. Di jam istri kerja saya juga di luaran untuk mencari orderan.

Tapi bedanya, kini di malam hari saya kembali keluar untuk mencari orderan. Target saya adalah konsumen yang memesan makanan via aplikasi ojek online. Dan kadang saya harus pulang tengah malam. Agar pulang bisa membawa uang yang cukup. Tak perlu seperti dulu yang bisa dapet bonus karena target (tutup poin). Sekarang sekedar cukup saja saya sudah sangat Alhamdulillah.

Akibatnya, porsi untuk anak jadi sangat berkurang. Tak bisa menemaninya belajar dan bermain sebelum ia pergi tidur. Karena setiap saya pulang, anak sudah lelap tertidur. Tak mengapa, daripada dia tak bisa tidur karena lapar bukan?

Toh demikian, keadaan kini sudah lebih baik dibanding saat 'lockdown' pertama kali. Di mana tak hanya sekolah yang 'libur', tapi perkantoran juga 'libur'. Kini sudah banyak kantor dan instansi yang buka. Jadi peluang mendapat orderan sudah lebih baik. Meski masih jauh juga dari kata pulih.

Menurut data dari Detik Finance(31/3) pengguna jasa ojol harian berkurang 17% saat pertama kali WFH diberlakukan. Namun yang saya alami secara pribadi, jauh lebih besar angkanya. Karena saat itu, saya pernah beberapa hari tidak mendapatkan orderan sama sekali! Pernah juga dalam sehari hanya mendapatkan 1-2 orderan.

Saat ini saja saat keadaan sudah membaik, rata-rata dalam sehari saya 5-7 orderan. Padahal kala normal sebelum pandemi, dalam sehari saya minimal menyelesaikan 10 orderan. Padahal dengan durasi mengaspal yang lebih pendek.

Selain harus sering mencuci kendaraan dan atribut dan menyemprotnya dengan disinfektan, rajin mencuci tangan, sebagai driver ojol kami tak boleh menyerah. Karena saat banyak orang tak bisa keluar rumah karena pandemi, maka kami lah yang harus berjibaku di luar rumah sebagai perantaranya. Perantara restoran dengan pembelinya, perantara pengirim barang dan penerima barang, dsb.