Malam sudah hampir larut, ada bunyi sepeda motor yang datang menuju rumah saya. Saya merasa ketakutan ada bunyi sepeda motor menuju rumah saya, takut ada orang yang menagih hutang tengah malam, firasat saya begitu. Ketika saya lihat keluar, perasaan saya keliru. Ternyata Sosok aktivis sekaligus Ketua Gepsos yang datang kerumah. Dengan tergesah-gesah ia langsung masuk kamar. Katanya ia ingin menceritakan perihal sesuatu. Sesuatu yang tidak bisa dirangkai dengan kata-kata.

" Gek "
" Gek "
" Gek "


"Dia memanggil sebutan namaku dengan Gek."


"Ayo sini cepetan, saya ada sesuatu yang ingin di ceritakan."


" Aku sudah ngantuk gak mau mendengar ceritamu."


" Sebentar saja aku ceritakan, ini masalah hati. Sudah itu kamu langsung tidur."


" Saya terpaksa mendengarkan ceritanya. Untung saja dia Ketua Gepsos, kalau bukan pasti saya tinggal tidur."


" Ayo cepetan ceritakan, saya akan dengarkan."


" Perlahan-lahan dia mulai menceritakan dengan gaya bahasanya sendiri."


" Aku sekarang sudah gak JOMBLO lagi Gek, aku sudah baru jadian sekarang."


" Hanya itu yang kamu ceritakan, sampai-sampai memanggilku tiga kali."


" Ia hanya itu yang aku ceritakan."


" Wah ... bagus kalau kamu sudah laku. Soalnya kamu sudah terlalu lama menyendiri."


" Aku Memuji dia sekaligus mengejeknya."


Jelang beberapa hari, perkiraan hampir satu Minggu. Dia kembali lagi menceritakan sesuatu kepadaku. Dengan muka lusuh. Kayaknya dia ada masalah hari ini.

" Gek "
" Gek "
" Gek "


" Aku sekarang sudah putus."


" Wah kenapa kok bisa putus."


" Karena aku selalu mengecewakannya."


"Hahahaha"


Dengan riang aku gembira mendengar dia sudah putus. Berarti kamu jomblo lagi sekarang.


" Iya, sekarang aku jomblo lagi Gek. Kenapa kamu tertawa terbahak-bahak mendengar ceritaku."


" Aku merasa gembira sekaligus bahagia mendengar ceritamu."


Berarti Ke Jombloanmu Sudah Layak di Akui Oleh Negara. Negara harus bertanggung jawab mengusut tuntas ke Jombloanmu.


"Negara punya hutang terhadap Zainul Anshori. Untuk mengusut tuntas ke jombloannya."