karena tidak ada perlombaan? Sabar, Gan Sist. Inilah situasi ulang tahun NKRI di tengah pandemi. Tentu, kondisi ini mengukir sejarah baru dalam perayaan HUT kemerdekaan RI. Meski begitu, semangat kita harus tetap berkobar dalam menyambut hari kemerdekaan bangsa Indonesia. Jangan meredup karena virus
yang masih mewabah ini.
Sudah 75 tahun Indonesia merdeka. Banyak hiruk pikuk peristiwa yang telah kita lewati. Bencana alam, wabah penyakit, kontroversi politik, dan berbagai bahaya dari dalam atau pun luar negeri yang dapat mengancam keutuhan negara kita. Tetapi, di balik itu tentu ada dorongan yang memperkuat kesatuan dan persatuan. Mulai dari persamaan tekad antarmasyarakat hingga kebersamaan dalam kehidupan sosial yang memperkokoh rasa cinta dan jiwa tanah air kita, terutama generasi muda bangsa.
Untuk mengimplementasikan itu, 17 Agustus erat kaitannya dengan perlombaan-perlombaan yang mengikutsertakan masyarakat. Sudah puluhan tahun acara perlombaan itu hadir untuk memperingati perayaan kemerdekaan Indonesia. Namun, tradisi tersebut kini harus dibatasi, bahkan mungkin ditiadakan demi memutus rantai penyebaran virus
. Sedih rasanya tidak bisa bereuforia dalam semarak HUT RI tahun ini😔. Untungnya, tahun-tahun sebelumnya banyak kenangan menyenangkan yang masih tersimpan di memori ingatan😃. Mari bernostalgia bersama😉!

Selama tiga tahun sebelumnya, yakni zaman SMA, kami memiliki rutinitas dalam merayakan 17 Agustus. Dari tahun ke tahun kegiatannya kurang lebih selalu sama. Hanya saja yang membedakan adalah konsep yang diambil selalu berkembang diiringi ide-ide kreatif yang ditanamkan di setiap kegiatan 17 Agustus. Kegiatan yang dilakukan tidak hanya untuk hiburan semata. Tetapi, juga untuk melatih, meningkatkan, dan mempererat kebersamaan antarsiswa, guru, dan warga sekolah lainnya.
Kegiatan tersebut dirancang oleh Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS).
Btw, aku tidak termasuk anggota OSIS, yaa😁. Jadi, aku kurang tau menau mengenai proses mempersiapkan kegiatan ini. Sebagai siswi yang hanya berpartisipasi dalam mengikuti kegiatan demi kegiatan, aku akan menceritakan acara rutinitas memperingati hari kemerdekaan di sekolahku yang aku tahu, ingat, dan ikuti.
So, stay read😉!
Pertama, biasanya seluruh murid dan guru mengikuti upacara bendera di lapang yang luas dekat sekolahku. Tidak hanya sekolahku saja yang mengikuti upacara di lapang itu, tapi banyak sekolah lainnya di sekitar daerahku dari SD, SMP, SMA, dan SMK yang juga mengikuti upacara tersebut. Hampir seluruh murid hadir untuk mengikuti upacara tersebut. Entah terpaksa, dipaksa, atau terbiasa😁.
Sebagai murid, kami diwajibkan hadir, selain untuk memperingati hari kemerdekaan Indonesia, juga sebagai tanda kehadiran agar tidak ada absen di daftar masuk kelas. Jadi, mau tidak mau harus mengikuti upacara tersebut. Panas, sudah pasti. Tapi kita harus ingat, panasnya upacara tidak sebanding dengan jerih payah para pahlawan bangsa yang memperjuangkan kemerdekaan melawan penjajah pada waktu itu. Lagi pula, para guru mewajibkan kami memakai topi agar bisa bertahan dari terik panasnya matahari.
Jika diingat sekarang, upacara tersebut menyenangkan. Karena kami tidak hanya melihat pengibaran bendera seperti upacara biasanya saja. Tetapi, ada drama yang diperankan warga sekitar tentang zaman dahulu. Zaman saat pribumi melawan penjajah. Jadi, kami mendapat gambaran langsung tentang bagaimana perjuangan orang dahulu beradu senjata dengan para penjajah. Juga tentang bagaimana penderitaan para wanita dan anak-anak zaman dulu. Itu sangat memperjelas imajinasiku tentang sejarah penjajahan bangsa kita pada masa lampau. Sayangnya, sekarang sudah tidak bisa ikut serta lagi dalam upacara itu.
Setelah upacara, kami kembali ke rumah masing-masing. Merayakan 17 Agustus dan mengikuti perlombaan di sekitar rumah. Biasanya aku hanya menonton saja, karena mayoritas yang mengikuti lomba adalah anak-anak. Tetapi, terkadang aku mengikuti perlombaan 17-an yang diadakan keluargaku. Lumayan, dapat hadiah banyak😅😂. Barulah besoknya mengikuti perayaan di sekolah. Sangat bersemangat karena bisa berpesta pora bersama teman-teman dalam merayakan acara setahun sekali ini.

Pagi harinya, kami upacara semi nonformal untuk mengetahui teknis perlombaannya. Perlombaan yang bisa diikuti sangat banyak dan beragam. Mulai dari lomba makan kerupuk, memasukkan paku ke dalam botol, kelereng estafet, tangkap belut, estafet karet melalui sedotan,
water tower, ambil koin di dalam terigu, meletuskan balon, tarik tambang, tim puncak gunung: jalan beberapa kilometer menuju bukit di sekitar sekolah sambil memecahkan tantangan selama perjalanan, dan masih banyak lagi perlombaan lainnya (lupa😆).
Setiap perlombaan memiliki tantangan tersendiri yang mengharuskan kami menjalin kerja sama yang baik. Di saat teman yang lain berusaha susah payah memenangkan perlombaan, aku dan teman lainnya tidak hanya menonton saja. Kami pun memberi dukungan dengan berbagai amunisi penyemangat yang telah kami buat sebelumnya. Begitu pun sebaliknya, kami saling mendukung dan menyemangati satu sama lain. Aku dan teman-teman lainnya selalu mencoba berusaha memberikan kontribusi terbaik kami agar acara ini sukses dan berkesan.
Dari kelas 10-12, aku sempat beberapa kali mengikuti perlombaan itu. Terakhir kali yang kuingat, aku mengikuti perlombaan ikat rambut. Terdiri dari empat siswi dan satu siswa. Satu siswi berperan mengambil karet yang berada di tumpukan terigu menggunakan sedotan di mulut, dua siswi menerima karet yang diestafetkan menggunakan sedotan di mulut, satu siswi lagi menerima karet untuk diikatkan di rambut seorang murid laki-laki. Pemenangnya ditentukan berdasarkan jumlah karet yang mengikat rambut. Akhirnya, kami pun menang. Menang di hati orang tua maksudnya (cielah😂).
Kalah menang sudah biasa dalam perlombaan. Yang terpenting kita bisa mendapatkan pengalaman yang bisa diingat sebagai kenangan, kebersamaan, dan keseruan pastinya😁. Itu adalah salah satu perlombaan yang bisa aku deskripsikan. Terlalu banyak jika harus diuraikan secara detail. Intinya, kami selalu melewati hari perayaan HUT kemerdekaan RI di sekolah dengan penuh suka cita. Menghabiskan sepanjang hari dengan berpartisipasi dalam setiap perlombaan dan memenangkan hadiah, tentunya😂.
Acara selesai sore hari. Aku dan teman-teman selalu menunggu pengumuman pemenang perlombaan. Meskipun, di beberapa perlombaan sudah kami ketahui pemenangnya. Namun, tetap saja momen itu selalu menyenangkan dan sedikit menegangkan😅.
Alhamdulillah, kelasku selalu memenangkan lebih dari tiga jenis perlombaan. Semakin banyak menang, maka semakin banyak hadiah😄😂.
Setelah pengumuman, kami selalu membagi rata hadiah agar bisa dinikmati seluruh anggota kelas. Mayoritas berupa makanan dan minuman. Tak jarang pula, salah satu hadiah yang didapatkan berupa fasilitas kelas, seperti sapu, karpet, dispenser, dan sebagainya. Sehingga dapat menghemat pengeluaran kas kelas dan menambah perlengkapan kelas yang sebelumnya tidak terpikirkan untuk dibeli.
Tak lupa, memenangkan perlombaan 17 Agustus juga dapat meningkatkan kebanggaan wali kelas terhadap kami😁. Karena tentunya, itu menandakan bahwa kelas kami bisa memberikan kontribusi yang baik dalam menyukseskan acara. Lelah pun terbayarkan karena keseruan yang tak dapat dilupakan. Setiap selesai acara, kebersamaan antarteman semakin erat dan kekompakan pun semakin terjalin. Tidak ada saling menyalahkan ketika ada suatu kekalahan. Karena satu untuk semua dan semua untuk satu😉.
Setelah acara berakhir, aku dan teman lainnya pun saling berlambai tangan untuk menandakan waktunya pulang dan beristirahat ke rumah masing-masing. Berakhirlah keseruan hari itu. Hari yang hanya dirayakan setahun sekali. Sudah tiga kali selama tiga tahun di SMA, aku merasakan momen seru itu. Selalu berkesan dan meninggalkan makna yang memberi pelajaran positif.
Quote:
Bahwa kebahagiaan, kesenangan, keseruan tidak bisa dilakukan seorang diri. Tetapi, seperti rumus hidup: kita pasti membutuhkan bantuan orang lain dalam menjalankan kehidupan sosial. Begitu pun dalam menyambut dan merayakan HUT kemerdekaan RI dengan ikut serta dalam berbagai perlombaan yang diikuti, kita pasti membutuhkan kerja sama dengan orang lain yang sekaligus melatih kebersamaan untuk berusaha memenangkan setiap perlombaan sehingga terciptalah keseruan dan secara otomatis kita akan relate, nge-blend, melebur, dan menikmati acaranya.
Disadari atau tidak, kebahagiaan pun akan hadir dengan sendirinya ketika kita bisa menikmati acara bersama, tanpa memaksakan keinginan pribadi yang bertentangan dengan banyak orang. Momen berharga bisa didapatkan tergantung pada bagaimana kita memproses momen itu dengan memberi respon positif.
Terpaksa, dipaksa, terasa, biasa, bisa!
, itulah kilas balik kenangan 17 Agustus yang pernah dialami sebelum pandemi ini terjadi. Tentu ada kerinduan tersendiri untuk bisa merayakan ulang tahun tanah air tercinta ini seperti tahun-tahun sebelumnya. Tetapi, walau
-19 tidak mewabah sekali pun, tetap saja aku sudah tidak bisa merayakan momen itu di sekolah. Karena kelulusan sudah aku dapatkan.
Namun, pandemi ini benar-benar meleburkan ekspektasiku. Bukan hanya mengikuti perayaan
di sekolah yang sudah mustahil terjadi saja, tapi di daerah tempat tinggalku pun sama sekali tidak ada perlombaan-perlombaan seperti sebelumnya. Sedih rasanya, karena momen itu yang biasanya selalu ditunggu-tunggu. Selain sebagai hiburan, juga sebagai ajang silaturahmi karena di momen seperti itu kita bisa saling bercengkerama antarwarga, terutama yang seumuran😆.
Bersahabat dengan situasi dan kondisi saat ini memang keputusan yang paling tepat. Menahan keinginan bereuforia untuk kepentingan dan keselamatan bersama. Walau tradisi perayaan 17 Agustus ditiadakan di mayoritas daerah, tapi antusias dan kegembiraan dalam menyambut hari bersejarah ini harus tetap dirasakan dengan cara kita sendiri.
Apakah di sekitar rumah Agan Sista masih mengadakan perlombaan sebagai tradisi 17-an? Yuk,
di kolom komentar👇! Mari kita saling berbagi opini😄.
, hanya tersisa dua foto di galeri karena waktu itu memori penuh. Jadi, sebagian dihapus😁😅)