cepatlah.pulangAvatar border
TS
cepatlah.pulang
Menjadi Komandan Regu Dadakan Lomba Gerak Jalan 17-an
Menjadi Komandan Regu Dadakan Lomba Gerak Jalan 17-an


Mewakili sekolah memang sangat membanggakan. Mungkin bagi atlet nasional, rasanya seperti membela negara dalam olimpiade kali ya? Tapi kalau kalah konyol ya malu juga!

Saat SD, saya pernah mewakili sekolah saya lomba gerak jalan antar SD se-kecamatan, dalam rangka memperingati Hari Kemerdekaan RI. Gerak jalannya di jalan raya. Yang sepertinya tak mungkin jika dilakukan di kota besar. Udah pasti riweh dengan kendaraan yang lewat. Kalau di desa kan cenderung sepi. Jadi aman meski banyak peserta lomba gerak jalan unjuk kebolehan. Kalaupun ada mobil yang lewat belum tentu 1 mobil dalam 1 jam.

Yang menjadi komandan regu adalah kakak kelas saya bernama Ardi. Karena suaranya cukup lantang. Total 1 regu kalau tak salah ada 15 anak, plus 1 anak sebagai komandan yakni Ardi. Jadi kalau berbaris 3 anak x 5 anak.

Kalau tak salah ingat juga, sekitar 2 minggu full kami latihan. Dari belajar baris-berbaris, balik kanan, balik kiri, hadap kanan, hadap kiri, lencang kanan, lencang kiri. Kemudian aba-aba berjalan seperti buka barisan, tutup barisan, jalan tegak, hormat pada dewan juri, dll. Saya tak ingat lagi semuanya. Yang saya ingat adalah, Ardi terkena cacar air hanya sehari sebelum pertandingan! Mencari pengganti peserta jelas tak sempat. Tapi mengganti komandan regu jelas harus. Kalau tak memiliki komandan regu, siapa yang kasih komando? Kami kan pasukan, bukan robot yang sudah diprogram.

Gurupun meminta saya untuk menggantikan Ardi. Keputusan yang tak boleh dibantah. Padahal, kalau gak salah, saat itu saya yang paling muda! Pasukan saya pun jadi bolong 1 karena saya keluar barisan untuk jadi komandan.

Esoknya, kami berangkat ke SD tuan rumah, yang letaknya di desa sebelah. Perasaan saya tak menentu. Memimpin pasukan tanpa sekalipun pernah latihan sungguh bikin deg-degan. Bahkan saya tak tahu kalau ada briefing seluruh komandan regu di awal lomba. Saya sibuk berlatih memimpin pasukan saya. Saya cuma maju saat SD saya dipanggil untuk mengambil nomor undian dan nomor dada. SD saya mendapat nomor 5.

SD nomor 1 berangkat. Selang 15 menit kemudian, SD nomor urut 2 maju berangkat. Begitu hingga SD nomor dada 4. Barulah giliran kami berangkat.

Ada beberapa pos sepanjang jalan. Di mana setiap pos ada 2 orang juri yang memberi penilaian. Pokoknya beberapa meter dari pos, saya selalu memberi komando jalan tegak, lalu di depan pos, barulah saya kasih komando untuk hormat kepada dewan juri. Setelah pos terlewati ya jalan seperti biasa lagi. Begitu terus.

Terus aba-aba lain macam buka tutup barisan kapan? Pertanyaan yang terjawab setelah saya melewati pos terakhir, di mana ada perwakilan guru SD saya sebagai juri.

Setelah menstop pasukan, merapikan barisan di tempat, saya membubarkannya, karena sudah tidak ada pos lagi.

Tak lama guru saya yang lain datang menghampiri dan bertanya kenapa aba-abanya hormat kepada dewan juri di pos terakhir? Karena harusnya berhenti, lalu lencang kanan, berhitung, istirahat di tempat, siap, dan bubar.

Saya jawab bahwa di semua pos gerakan kami sama seperti itu. Ternyata ini tadi isi briefing yang saya tidak ikut karena sibuk belajar memimpin pasukan, berisi instruksi/komando apa saja di setiap pos. Jadi di setiap pos komandonya berbeda-beda, jadi gerakannya juga berbeda! Wah, debut saya sebagai komandan regu lomba gerak jalan gagal total. Di lomba berikutnya saya tak mau lagi jadi komandan deh. Biar Ardi saja. Toh dia udah pernah cacar, jadi tak mungkin kena cacar lagi.

Spoiler for Ilustrasi:
Diubah oleh cepatlah.pulang 20-08-2020 18:02
0
365
0
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan