Covid19 bagi masa depan anak-anak lulusan sekolah menengah atas menghawatirkan. Pada bulan Juni ijazah sekolah menengah atas sudah bisa diambil dan pada Agustus anak-anak SMA sudah harus menentukan nasib tentang kelulusannya selama menempuh pendidikan.

Jangan sampai tidak tau harus berbuat apa setelah lulus sekolah 12 tahun. Anak-anak yang tidak mandiri akan lebih rapuh kehidupannya bersaing menghadapi masa pandemi. Pertama kali yang dilakukan anak-anak adalah mendiskusikan masa depannya kepada orang tua. Orang tua yang baik akan mampu berdiskusi dengan anaknya untuk mencari jalan keluar masalah kehidupan. Begitu juga untuk anak-anak yang lulus pesantren, maka mereka juga membutuhkan diskursus kehidupan mandiri.

Langkah jitu selanjutnya adalah jalin relasi terhadap teman-teman dan lembaga sekolah. Jangan ada kata lulus lalu menghilang dari lingkungan lama. Tentukan posisi dan tujuan untuk memantabkan situasi di masa depan. Anak-anak yang melanjutkan ke perguruan tinggi harus bersyukur.

Lapangan pekerjaan harus dibuka lebih banyak di masa pandemi covid19, biarkan beberapa perusahaan makro tutup namun banyak inovasi baru muncul dari perusahaan mikro dan lapangan kerja baru yang memungkinkan survive di masa pandemi covid19. Orang tua yang menghabisi anaknya dengan marah-marah karena lulus dari sekolah tidak bekerja adalah kesalahan.

Diskusi kekeluargaan selagi masa covid19 adalah mempererat hubungan di tengah bencana, bersatu di tengah bencana, dan menghadapi bencana pandemi secara bersama-sama sambil mempercayakan generasi muda untuk berkembang. Anak-anak yang berhenti harapannya akan lemah, tidak bisa sukses.