Kaskus

Entertainment

esportsnesiaAvatar border
TS
esportsnesia
Upaya Esports Meregulasi Industri Yang Mungkin Tidak Bisa Diregulasi
Upaya Esports Meregulasi Industri Yang Mungkin Tidak Bisa Diregulasi

Setelah melihat keterlibatan esports di berbagai ajang olahraga multinasional, seperti SEA Games dan juga Asian Games; tidak mengherankan bila selanjutnya kita menantikan kemunculan esports di perhelatan Olympic Games (Olimpiade).

Pada bulan Desember silam, para penggerak Olympic Games dituntut untuk menyikapi perihal partisipasi video game dalam perlombaannya.

Dalam 8th Olympic Summit, Komite Olimpiade Internasional (IOC) mendorong federasi olahraga untuk “mempertimbangkan cara meregulasi bentuk elektronik maupun virtual dari olahraga mereka,” dan “mengeksplorasi peluang bekerja sama dengan penerbit game.”

Sepuluh hari kemudian, muncul sebuah organisasi esports yang tampaknya ingin menjadi Suara dan Otoritas untuk Gerakan Esports di Seluruh Dunia, yaitu Global Esports Federation (GEF).

Sejak awal GEF berfokus pada regulasi, dengan harapan untuk memperkenalkan standar internasional yang lazim dalam olahraga tradisional, seperti komisi atlet/pemain, gerakan anti-doping, menjunjung praktik permainan yang adil, dan federasi nasional.

Persaingan antar organisasi esports?

Akan tetapi GEF bukanlah yang pertama untuk menjadi FIFA-nya esports. Sejak tahun 2000, sebuah organisasi yang berbasis di Korea Selatan, yaitu International eSports Federation (IeSF), telah lama berusaha mencari standar internasional dalam video game kompetitif.

Saat ini IeSF memiliki anggota federasi dari 56 negara, dan telah menyelenggarakan “Esports World Championships” tahunan, yang menghadirkan pesaing amatir.

Di tingkat benua, ada juga Asian Electronic Sports Federation (AESF), yang dibentuk pada 2017, dan dipimpin oleh Kenneth Fok, anggota kehormatan dari Komite Olimpiade Hong Kong. AESF mengatur demonstrasi cabor esports di Asian Games 2018, yang turut diikuti oleh Sang Raja Iblis Abadi dari Korea Selatan, yaitu Lee “Faker” Sang-hyeok.

Selain itu, organisasi tingkat benua lainnya, European Esports Federation, juga akan segera dibentuk. Walaupun organisasi-organisasi ini banyak tidak diketahui oleh masyarakat esports, mereka semua menunjukkan pengaruhnya di dalam dunia politik olahraga tradisional.

Sebagai contoh, Pendiri GEF, Chris Chan yang juga menjabat sebagai sekretaris jenderal dari Singapore National Olympic Council dan berperan dalam membentuk federasi esports di negaranya sendiri, turut mengirimkan atlet-atlet esports di SEA Games tahun lalu.

Upaya Esports Meregulasi Industri Yang Mungkin Tidak Bisa Diregulasi

Kami tidak bersaing dengan badan lain. Kami tahu IeSF dan beberapa lembaga lainnya. Bila kalian lihat orang-orang berada di lembaga GEF, kami semua adalah pemimpin dalam gerakan Olimpiade atau industri olahraga.”

Wakil presiden Global Esports Federation terdiri dari: Wei Jizhong, mantan sekretaris jenderal dari Chinese Olympic Committee, Charmaine Crooks, peserta Olimpiade dan pendiri NGU Consultants, dan Cheng Wu, wakil presiden Tencent Holdings dan CEO Tencent Pictures.

Keterlibatan Cheng Wu di sini sangatlah penting karena Tencent Esports juga merupakan salah satu pendiri Federasi. Konglomerat Tiongkok ini telah menguasai sebagian besar ruang esports, termasuk di antaranya League of Legends dari Riot Games, Clash Royale dari Supercell, dan juga Fortnite dari Epic Games! Beberapa judul mobile esports ciptaannya sendiri: PUBG Mobile dan Honor of Kings.

Meskipun GEF memiliki dukungan dari penerbit esports, namun kekuasaan ini justru berpotensi juga menimbulkan konflik kepentingan.

Apakah GEF akan mengizinkan gim non-Tencent ke dalam kompetisinya?
Diperkirakan pada akhir tahun 2020, GEF akan mengadakan kompetisi pertamanya. “Tencent memiliki perusahaan game dan teknologi terbesar di dunia, dan akan membantu pertumbuhan, pendidikan, kebudayaan, dan teknologi olahraga,” kata Chan.

“Oleh karena itu, saya mengatakan bahwa tidak hanya game milik Tencent yang akan diikutkan dalam kejuaraan dunia yang kami persiapkan untuk akhir tahun ini.”

Nicolas Besombes, seorang associate professor untuk fakultas olahraga di University of Paris, dan juga seorang penasihat untuk konferensi tingkat tinggi (KTT) Olympic esports yang diadakan di Lausanne pada tahun 2018. Dia mengungkapkan bahwa kemunculan federasi baru hanya akan membuat kebingungan.

“Saya rasa penting bagi penerbit game untuk berpartisipasi dalam memperkuat industri ini, tetapi tidak sendirian,” katanya. “Dengan menyatukan semua pemangku kepentingan (pemain, tim, penyelenggara liga, penyiar, produsen, dan penerbit), kemajuan pasti akan terjadi.

Nicolas menambahkan bahwa kehadiran mereka yang berasal dari penggerak Olimpiade sangatlah bermanfaat, dan mampu meyakinkan para calon investor dan otoritas publik (olahraga atau lainnya).

“Saya mengagumi Charmaine Crooks; yang saya tahu dia tulus dan peduli dalam pendekatannya terhadap esports.”

Sumber : Esportsnesia
0
508
4
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan