AddIgonjbgAvatar border
TS
AddIgonjbg
Apa itu Bid'ah?

Sebenarnya saya sudah enggan menampilkan tulisan yang seperti ini, tapi saya disudutkan dan saya di hujjat dalam Gubug Saya sendiri, dan secara tidak langsung saya di tuduh sebagai orang yang tidak ber’ittiba’ kepada Rasulullah dan lebih-lebih lagi menghianati Al-Qur’an dan Sunnah Beliau SAW dalam hal ini.

Saya takutkan saudara-saudara saya yang lain yang sepaham dengan saya, yang cinta kepada Al-Qur’an dan Sunnah, yang Cinta kepada Rasulullah dan memuliakannya, yang memuliakan keluarga Nabi SAW dan sedang bimbang hatinya akan berbalik dan berputar haluan menjadi tidak percaya pada Ahlussunnah, Penerus Risalah, Pengemban Amanah, Pewaris dan keturunan Nabi Muhammad SAW yang di Indonesia dikenal dengan sebutan Habib.

Saya takutkan mereka yang sudah paham masalah Bid’ah pun bisa berbelok sebagaimana saya dulu. Dan saya juga mengharap bagi saudaraku yang berlainan, semoga Allah menjernihkan dada anda sebagaimana dijernihkan hati Sayyidina Abu-bakar ra, Umar ibn Khotob ra, Zeyd ibn haritsah ra.

#Pendapat para Muhadditsin#

1. Al Hafidh Al Muhaddits Al Imam Muhammad bin Idris Assyafii rahimahullah

(Imam Syafii)

Berkata Imam Syafii bahwa bid’ah terbagi dua, yaitu bid’ah mahmudah (terpuji) dan

bid’ah madzmumah (tercela), maka yang sejalan dengan sunnah maka ia terpuji, dan yang tidak selaras dengan sunnah adalah tercela, beliau berdalil dengan ucapan Umar bin Khattab ra mengenai shalat tarawih : “inilah sebaik baik bid’ah”. (Tafsir Imam Qurtubiy juz 2 hal 86-87)

2. Al Imam Al Hafidh Muhammad bin Ahmad Al Qurtubiy rahimahullah

“Menanggapi ucapan ini (ucapan Imam Syafii), maka kukatakan (Imam Qurtubi berkata) bahwa makna hadits Nabi saw yang berbunyi :

“seburuk buruk permasalahan adalah hal yang baru, dan semua Bid’ah adalah dhalalah” (wa syarrul umuuri muhdatsaatuha wa kullu bid’atin dhalaalah),

yang dimaksud adalah hal hal yang tidak sejalan dengan Alqur’an dan Sunnah Rasul saw, atau perbuatan Sahabat radhiyallahu ‘anhum, sungguh telah diperjelas mengenai hal ini oleh hadits lainnya :

“Barangsiapa membuat buat hal baru yang baik dalam islam, maka baginya pahalanya dan pahala orang yang mengikutinya dan tak berkurang sedikitpun dari pahalanya, dan barangsiapa membuat buat hal baru yang buruk dalam islam, maka baginya dosanya dan dosa orang yang mengikutinya” (Shahih Muslim hadits no.1017) dan hadits ini merupakan inti penjelasan mengenai bid’ah yang baik dan bid’ah yang sesat”. (Tafsir Imam Qurtubiy juz 2 hal 87)

3. Al Muhaddits Al Hafidh Al Imam Abu Zakariya Yahya bin Syaraf Annawawiy
rahimahullah (Imam Nawawi)

“Penjelasan mengenai hadits : “Barangsiapa membuat buat hal baru yang baik dalam islam, maka baginya pahalanya dan pahala orang yang mengikutinya dan tak berkurang sedikitpun dari pahalanya, dan barangsiapa membuat buat hal baru yang buruk dalam islam, maka baginya dosanya dan dosa orang yang mengikutinya”,

hadits ini merupakan anjuran untuk membuat kebiasaan kebiasaan yang baik, dan ancaman untuk membuat kebiasaan yang buruk, dan pada hadits ini terdapat pengecualian dari sabda beliau saw :

“semua yang baru adalah Bid’ah, dan semua yang Bid’ah adalah sesat”,

sungguh yang dimaksudkan adalah hal baru yang buruk dan Bid’ah yang tercela”. (Syarh Annawawi ‘ala Shahih Muslim juz 7 hal 104-105)

Dan berkata pula Imam Nawawi bahwa Ulama membagi bid’ah menjadi 5, yaitu Bid’ah yang wajib, Bid’ah yang mandub, bid’ah yang mubah, bid’ah yang makruh dan bid’ah yang haram.

Bid’ah yang wajib contohnya adalah mencantumkan dalil dalil pada ucapan ucapan yang menentang kemungkaran, contoh bid’ah yang mandub (mendapat pahala bila dilakukan dan tak mendapat dosa bila ditinggalkan) adalah membuat buku buku ilmu syariah, membangun majelis taklim dan pesantren, dan

Bid'ah yang Mubah adalah bermacam macam dari jenis makanan, dan

Bid’ah makruh dan haram sudah jelas diketahui,

demikianlah makna pengecualian dan kekhususan dari makna yang umum, sebagaimana ucapan Umar ra atas jamaah tarawih bahwa inilah sebaik2 bid’ah”.
(Syarh Imam Nawawi ala shahih Muslim Juz 6 hal 154-155)

4. Al Hafidh AL Muhaddits Al Imam Jalaluddin Abdurrahman Assuyuthiy
rahimahullah

Mengenai hadits “Bid’ah Dhalalah” ini bermakna “Aammun makhsush”, (sesuatu yang umum yang ada pengecualiannya), seperti firman Allah : “… yang Menghancurkan segala sesuatu” (QS Al Ahqaf 25) dan kenyataannya tidak segalanya hancur, (*atau pula ayat : “Sungguh telah kupastikan ketentuanku untuk memenuhi jahannam dengan jin dan manusia keseluruhannya” QS Assajdah-13), dan pada kenyataannya bukan semua manusia masuk neraka, tapi ayat itu bukan bermakna keseluruhan tapi bermakna seluruh musyrikin dan orang dzalim.pen) atau hadits : “aku dan hari kiamat bagaikan kedua jari ini” (dan kenyataannya kiamat masih ribuan tahun setelah wafatnya Rasul saw) (Syarh Assuyuthiy Juz 3 hal 189).

Maka bila muncul pemahaman di akhir zaman yang bertentangan dengan pemahaman para Muhaddits maka mestilah kita berhati hati darimanakah ilmu mereka?

Berdasarkan apa pemahaman mereka?,

atau seorang yang disebut imam padahal ia tak mencapai derajat hafidh atau muhaddits?

atau hanya ucapan orang yang tak punya sanad, hanya menukil menukil hadits dan mentakwilkan semaunya tanpa memperdulikan fatwa fatwa para Imam?



Bahan bacaan:

Idiot/keterbelakangan mental akibat perjanjian dengan iblis

Rizqimu sulit/seret/tertutup?

Pengertian Syareat Tarekat Hakikat Makrifat
Diubah oleh AddIgonjbg 16-08-2020 13:15
0
507
4
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan