- Beranda
- Komunitas
- Cinta Indonesiaku
Momen 17 Agustus di 3 tempat berbeda: Prabumulih, Sabang, dan Malaysia


TS
junoon
Momen 17 Agustus di 3 tempat berbeda: Prabumulih, Sabang, dan Malaysia

MERDEKA!!!

Apa kabar semuanya??

Thread ini mungkin gak sekeren thread teman-teman lainnya yang punya banyak kenangan tentang perayaan 17 Agustus, entah itu jadi paskibra, atau ikutan lomba. Aku sendiri, jujur, gak begitu banyak pengalaman berkesan dalam momen. Umumnya ya biasa saja. Waktu saya sekolah, aku ikut upacara di sekolah pagi-pagi, siangnya kalo ada lomba di kompleks ya ikut lomba, tapi sejak SMA pindah ke kompleks baru kita gak ada lomba-lomba lagi.
Sebelumnya aku mau cerita singkat soal kehidupanku. Jadi aku ini dilahirkan di Balikpapan, Kalimantan Timur. Tapi di sana cuma numpang lahir dan tinggal setahun. Setelah itu keluarga pindah ke Bekasi. Dan sekarang pun aku masih tinggal di Bekasi.
Selama SD, aku beberapa kali ikut lomba 17 Agustus, tapi yang paling sering aku ikut tiap tahun adalah SEPEDA HIAS. Dan yang capek-capek menghias sepeda semalaman adalah orang tuaku.
Quote:
Otomatis, hampir setiap tahun aku selalu merayakan 17 Agustus di lingkungan rumah dan sekolah, sampai sekarang.
Tapi, ada 3x momen dalam hidupku dimana aku merayakan 17 Agustus di luar rumah. Di luar Bekasi dan Jakarta. Inilah yang mau aku ceritakan kepada kalian.
17 AGUSTUS 2003 di PRABUMULIH, SUMATERA SELATAN
pertama kalinya pingsan waktu upacara
Tahun 2003, karena urusan kerja orangtua, kami harus meninggalkan Bekasi dan pindah ke Prabumulih, sebuah kota di Sumatera Selatan, sekitar 100 km dari Palembang ke arah barat. Di sinilah aku merayakan 17 Agustus di luar Bekasi pertama kalinya.
Pada saat itu kami merayakan upacara 2x. Yang pertama pagi di sekolah, dan yang kedua sore di lapangan kota, dengan Walikota (seingat saya walikota saat itu adalah H Rachman Djalili) sebagai pembina upacara. Ratusan siswa dan puluhan guru dari berbagai sekolah, termasuk sekolahku (SMP Negeri 1), dikumpulkan untuk upacara sore.
Nah di sini, aku lupa kenapa apakah karena kurang makan atau bagaimana, tiba-tiba mataku berkunang-kunang dan gak kuat berdiri. Akhirnya aku gak kuat, rebah di rumput lapangan. Teman-teman dan guru-guru di sekeliling langsung menolongku, mengolesi minyak wangi supaya aku agak enakan. Setelah agak mendingan, aku lanjut ikut upacara lagi.
Itulah pertama dan terakhir kalinya aku pingsan waktu upacara. Setelah itu gak pernah lagi.
Beberapa hari sebelum 17 Agustus, kami siswa-siswa sekolah mengikuti karnaval dengan menggunakan aneka macam kostum, seperti pakaian tradisional, pakaian profesi, pejuang, hingga busana Muslim. Aku sendiri kebagian jatah pakaian tradisional Palembang, dengan tanjak di kepala dan kain songket di pinggang. Dan aku harus berjalan lebih dari 3 km dari sekolah ke lapangan, dengan pasanganku yaitu kakak kelasku seorang perempuan yang juga memakai pakaian Palembang lengkap dengan mahkota emasnya.
Sayangnya aku gak simpan fotonya, tapi aku share foto lapangan dan sekolahnya saja ya. Pas cari-cari foto lapangannya, ternyata baru tau lapangannya sudah berubah jadi taman kota. Maklum aku belum sempat ke sana lagi.
Quote:
Sayangnya aku cuma setahun di Prabumulih, karena setelah naik ke kelas 2, orangtuaku mengirimku kembali ke Bekasi untuk mendapatkan pendidikan yang lebih baik, dan aku tinggal bersama nenekku. Sementara ortu dan adikku masih di sana sampai 2006, sebelum balik lagi ke Bekasi.
17 AGUSTUS 2015 di SABANG, ACEH
momen istimewa di ujung barat Indonesia
Kedua kalinya aku merayakan 17 Agustus di luar Bekasi adalah ketika aku memutuskan untuk merayakan momen spesial ini di ujung barat Indonesia yaitu Sabang, Provinsi Aceh. Di sini terdapat Tugu 0 km yang hanya ada 2. Yang satu di ujung barat Indonesia (Sabang) dan satu lagi di ujung timur Indonesia (Merauke).
Kenapa aku ke Sabang, bukan ke Merauke?? Karena sudah tentu biaya dari Jakarta ke Aceh masih jauuhhhh lebih murah dibanding ke Papua. Alternatif murah untuk menuju Aceh dari Jakarta adalah naik pesawat dulu ke Medan, kemudian lanjut naik bus ke Aceh. Ditambah lagi aku sudah pernah ke Aceh 1 tahun sebelumnya, jadi sudah agak familiar. Apalagi aku sendiri juga orang Batak, orang Sumatera, jadi tentu lebih dekat ke kampung halaman.
Saat itu aku coba mengajak teman-teman lain khususnya di Kaskus via thread ini.Tapi ternyata gak banyak yang menanggapi, mungkin karena sibuk kerja jadi waktunya kurang pas buat mereka. Akhirnya aku ketemu 2 orang teman jalan yang janjian ketemu di Sabang.
Tepat pada tanggal 17 Agustus 2015, aku menumpang motor dari penginapan di Iboih menuju Tugu 0 km. Sampai di sana, ternyata bukan cuma aku, tapi banyaaakkk sekali yang juga mengunjungi Tugu 0 km pada tanggal 17 Agustus. Aku menemukan rombongan dari Medan, Jakarta, dan kota-kota lainnya.
Quote:
Bahagia banget rasanya bisa menapakkan kaki di ujung barat Indonesia, walaupun ternyata sebenarnya bukan di ujung banget, karena titik ujung barat Indonesia sebenarnya adalah Pulau Benggala. Tapi karena tak berpenghuni dan sulit dijangkau, maka Tugu 0 km dibangun di Pulau Weh atau Kota Sabang. Sesuai dengan salah satu lagu patriotik negara ini "dari Sabang sampai Merauke... berjajar pulau pulau...".
Di hari yang sama aku langsung meninggalkan Sabang menuju Banda Aceh, dan baru tau dari tukang ojek yang mengantarku di Sabang bahwa saat itu juga ada upacara di bawah laut, di Pantai Gapang. Tapi karena agak jauh dari Iboih, aku gak sempat ke sana.
Quote:
Pada kali ini juga aku pertama kalinya tidak menonton upacara HUT RI di Istana, karena di jam yang sama aku berada di Tugu 0 km Sabang.
17 AGUSTUS 2019 di KUALA LUMPUR, MALAYSIA
kali pertama merayakan hari kemerdekaan di luar negeri + momen mengharukan di Gereja
Nah ini kejadiannya belum lama, setahun yang lalu. Ketika tahun-tahun sebelumnya aku merayakan 17 Agustus masih di dalam negeri, maka pada tahun 2019 di tanggal yang sama aku harus berada di luar negeri.
Kenapa??? Karena pada saat itu, salah satu group K-pop favorit saya yaitu TWICE (tau lah dari foto Nayeon di avatar saya

Untungnya jadwal konsernya pas sore hari, jadi paginya aku masih bebas mau ngapain. Nah, di sini sebenarnya aku sempat cari-cari info dari KBRI Kuala Lumpur, apakah ada kegiatan 17 Agustus atau bagaimana. Eh ternyata gak ada info dari sosmed KBRI KL sama sekalil. Artinya gak ada upacara dan sejenisnya, kalaupun ada mungkin tertutup untuk umum karena tidak diumumkan.
Belakangan beberapa hari kemudian baru aku tau ternyata ada upacara di KBRI KL tapi sepertinya memang tidak terbuka untuk umum, hanya untuk tamu undangan. Agak disayangkan sih, seharusnya ya terbuka untuk umum, ini kan bisa jadi momen silaturahmi sesama WNI di KL dan sekitarnya.
Quote:
Karena gak ada info, akhirnya aku memutuskan untuk menonton streaming upacara bendera di Istana Presiden, dengan menumpang Wi-fi di salah satu kafe di Menara Petronas.
Saat itu aku melihat Ibu Iriana (istri Pak Jokowi) menggunakan pakaian adat Simalungun, lengkap dengan kain "hiou" dan "bulang" di kepalanya. Sebagai orang dari suku tetangganya (Batak Toba) yang punya saudara orang Simalungun, saya ikut bangga.
Quote:
Pada saat itu aku sempat kontek-kontekan dengan teman FB yang juga nonton konser Twice di Malaysia. Katanya ada beberapa orang teman Once (fans Twice) Indonesia yang udah di Axiata Arena (tempat konser) dari pagi untuk foto bareng. Tapi aku emang udah bikin jadwal untuk merayakan 17 Agustus pagi itu.
Besoknya, 18 Agustus, karena hari Minggu aku harus beribadah, maka aku mengikuti misa bahasa Melayu di Gereja Katolik St Anthony, Pudu, tidak jauh dari Pudu & Bukit Bintang. Komposisi jemaat yang hadir bisa dikatakan 50% orang Malaysia khususnya dari Borneo (Sabah dan Sarawak), dan sisanya adalah orang Indonesia. Karena gereja ini dekat Bukit Bintang, salah satu tempat wisata favorit di KL, banyak turis Indonesia yang kebetulan lagi liburan di sini ikut beribadah.
Pastor gereja saat itu sadar bahwa umatnya banyak dari Indonesia, dan dia tahu bahwa kemarinnya adalah hari kemerdekaan Indonesia. Maka sebelum doa pembukaan, pastor yang keturunan India ini bertanya "siapa saja dari Indonesia??" kami yang dari Indonesia pun angkat tangan dan ikut didoakan dalam doa pembukaan.
Sebelum misa berakhir dengan berkat penutup, pastor meminta kami yang dari Indonesia untuk maju ke depan altar. Dan inilah momen yang paling mengharukan, pastor meminta kami untuk menyanyi "Indonesia Raya". Menyanyikan lagu ini di dalam negeri mungkin biasa saja, tetapi ketika kalian menyanyikan lagu kebangsaan di luar negeri, yakin deh perasaannya pasti beda. Beberapa umat pun terlihat menitikkan air mata. Setelah selesai, kami diperciki dengan air suci oleh pastor.
Quote:
Sungguh sangat unik rasanya berada di luar negeri pada tanggal 17 Agustus, cuma agak sayang aja karena gak bisa ke KBRI KL karena gak ada info.
Rencananya di mana lagi nih???
Di luar kotaku sendiri, aku sangat ingin merayakan 17 Agustus di tempat ini:
- Pulau Samosir, tempat asal leluhurku
- Surabaya, kota pahlawan dengan sejarah perjuangan mempertahankan kemerdekaan yang cukup panjang dan penting
- Merauke, kemarin sudah ke Sabang nah next target 17 Agustus harus ke Merauke dong biar komplit
- perbatasan Indonesia-Malaysia di Entikong & Pulau Sebatik
Baiklah segitu aja dulu ceritaku untuk ikut meramaikan 17 AGUSTUSkali ini.

Diubah oleh junoon 14-08-2020 09:45
0
403
1


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan